[Wisata Kuliner Tasikmalaya] Tutug Oncom Naik Kelas

Tidak bisa dipungkiri, sajian kuliner menjadi salah satu daya tarik wisata pada saat ini. Para pelaku wisata tidak bisa lagi mengabaikan kunjungan wisata dengan melewatkan jajaran kuliner khas yang ada di daerah yang dikunjungi. Bukan lagi sebagai kunjungan pelengkap sebuah perjalanan wisata, melainkan sudah menjadi agenda wajib yang harus dilakoni. Bagaimanapun, kuliner adalah sebuah bagian dari budaya daerah yang sudah sepantasnya untuk diketahui bahkan dilestarikan. Sebagai bangsa yang menjunjung tinggi kearifan budaya lokal, sudah sepantasnya kita ikut menjadi bagian dalam pelestarian tersebut, bukan?

Menggeliatnya wisata kuliner menjadi peluang usaha tersendiri bagi para pelaku bisnis. Tentunya ini menjadi efek positif dari sebuah perkembangan dunia pariwisata, bagaimana dunia pariwisata memberikan dampak nyata bagi masyarakat. Kalau mau dicermati, penggiat bisnis kuliner tradisional ini semakin menampakkan diri dalam geliat pariwisata. Coba tengok di daerah-daerah wisata, pebisnis kuliner mulai merebak dan menciptkan nuansa tersendiri.

Beragam kuliner tradisional (maupun modern) semakin marak. Setiap kota menunjukkan kekhasan masing-masing. Coba lihat kota Yogyakarta, penjual gudeg tersedia di mana-mana. Atau saat ke Solo, sajian Selat Solo maupun Nasi Liwetnya selalu menjadi buruan yang tak boleh dilewatkan. Begitu pula dengan Bandung, rasanya tidak lengkap kalau tidak memburu batagor maupun baso tahunya yang terkenal lezat. Jauh ke Makasar, Sop Konro dan Coto Makasar menjadi santapan wajib kalau berkunjung ke sana.

Setiap daerah hadir dengan ciri khas kuliner tersendiri. Bagaimana dengan Tasikmalaya? Rasanya tak berlebihan kalau saya menyebut Tasikmalaya sebagai kota Tutug Oncom.

Nasi Tutug Oncom
Entah kapan tepatnya Nasi Tutug Oncom atau lebih dikenal Nasi TO ini mulai membumi di kalangan masyarakat Tasikmalaya. Yang jelas, peringkat nasi TO ini sekarang sudah terangkat menjadi sajian yang lebih terhormat. Yang saya ingat, nasi TO ini sudah ada sejak zaman dahulu. Bahkan ketika saya kecil. Namun yang paling saya ingat,  makanan ini disajikan apabila kondisi keuangan dapur keluarga sedang krisis. Saat-saat tanggung bulan, sajian ini seringkali hadir. Kenapa seperti itu? Karena Nasi TO adalah makanan murah dan sangat sederhana. Hanya berbekal sepapan oncom, beberapa siung bawang merah, bawang putih, garam, kencur, dan cabe, sebuah sajian nikmat bisa terhidang cepat di meja. Tentu saja plus nasi putih yang masih panas.

Arti kata Tutug Oncom sendiri adalah oncom yang ditutug (ditumbuk). Jadi, bawang merah, bawang putih, garam, kencur, dan cabe ini diulek sampai halus, lalu campur dengan oncom. Tumbuk-tumbuk sampai bumbu bercampur rata. Setelah itu, campuran oncom dan bumbu disangrai hingga oncom matang dan kering. Campurkan sangrai oncom ini dengan nasi yang masih panas. Aduk-aduk hingga rata. Beres! Sajian nikmat dan menggoda pun bisa tersaji tanpa perlu waktu lama dan pengolahan yang ribet.

Mungkin aneh kalau ada masyarakat Tasikmalaya yang belum mengenal Nasi Tutug Oncom. Bisa dimaklumi kalau mereka ada pendatang. Tapi untuk penduduk Tasikmalaya? Akan menjadi hal yang aneh dan langka kalau berlum pernah mencoba.

Nasi TO Benhil Dadaha. Yang nggak kebagian duduk mohon antri!
Kembali ke cerita tentang Nasi TO yang sekarang begitu menjamur di Tasikmalaya, saya jadi ingat sebuah warung TO di daerah Dadaha. Saat itu awal tahun 2000-an. Mungkin warung ini adalah cikal bakal betapa sebuah warung TO bisa menjadi trend tersendiri nantinya. Warung TO Dadaha ini tidak bagus, hanya kios yang sangat sederhana. Lokasinya bahkan di pinggir sebuah aliran sungai kecil yang tidak begitu bersih. Tapi jangan salah, pengunjungnya ternyata membludak! Untuk memesan sebungkus nasi TO bahkan harus rela antri dalam waktu yang cukup lama. Belum lagi kalau pembelinya sudah saling serobot dan minta didahulukan pesanannya. Menarik sekali melihat sebuah sajian yang semula dianggap sepele ternyata naik kelas dengan cepat. Bukan hanya masyarakat kalangan menengah ke bawah yang memburu nasi TO saat ini, tapi mereka yang terlihat datang dari kelas atas.

Apa yang menarik dari sebungkus nasi TO? Karena sebuah sajian nikmat tidak perlu mahal. Tahukah berapa harga sepiring atau sebungkus nasi TO ini? Saya masih ingat, pertama kali membeli nasi TO ini cukup mengeluarkan uang Waktu itu hanya Rp. 2.500,- saja! Itu untuk nasi TO nya saja, karena makan TO tidak akan lengkap kalau tidak disantap dengan Cipe (Aci Tempe/Tempe goreng). Sebuah tempe harganya Rp. 500,-. Jadi, tidak perlu membawa dompet tebal untuk makanan nikmat dan mengenyangkan. Bahkan kalau satu piring dianggap kurang,  nambah satu atau dua porsi lagi  pun tidak akan membuat dompet jadi kurus.

Saya pernah mengajak dua orang teman dari Jakarta untuk wisata kuliner di Tasikmalaya. Saya menatap geli saat mereka sempat terbengong-bengong sewaktu membayar makanan. "Nggak salah, nih?" katanya kaget.

Tidak bisa dipungkiri kalau keberhasilan TO Dadaha akhirnya segera mendapat pengikutnya. Berbagai warung TO serentak hadir di seluruh penjuru kota. Cita rasa mungkin sedikit berbeda-beda, tapi tetap menawarkan kenikmatan dan kemurahan yang sama. Nasi TO menjadi wabah dan mulai masuk daftar kuliner yang harus disantap kalau memasuki kota Tasikmalaya.

Warung Nasi TO Mr. Rahmat
Semakin hari, warung TO yang berdiri semakin banyak. Mulai dari warung pinggir jalan sampai yang menawarkan tempat yang sangat representative. Tidak lagi harus makan di pinggir jalan kalau memang enggan, anda bisa memilih warung-warung lesehan yang luas dan nyaman. Salah satunya adalah Warung TO Mr. Rahmat, masih di sekitar komplek olahraga Dadaha. Warung yang baru dibuka dua tahun lalu ini langsung diserbu penikmat TO dan jadi tempat nongkrong yang asyik. Lokasinya di atas pesawahan, berbentuk saung, dan memiliki jumlah meja yang banyak dan ruangan yang lapang. Cobalah ke sana malam Sabtu atau Minggu, suasana akan terlihat ramai! Beruntunglah kalau anda masih mendapatkan tempat duduk.

Apakah makanan di sini mahal? Hohoho ... TO tetap murah meriah. Jangan perlu takut dompet akan terkuras kalau makan sajian yang satu ini. Meskipun pesanan ditambah dengan lauk pauk lainnya, seperti : telur dadar, tumis asin jambal, cipe, ayam goreng, dan es jeruk, total yang harus dibayar tetap terasa hemat dibandingkan makan di restoran.

Sepiring Nasi TO biasanya sudah dilengkapi dengan sambal hejo (sambal cabe rawit mentah), sambal merah (cabe merah) dan lalapan (mentimun dan leunca). Dengan porsi ini saja makan sudah nikmat. Tapi kalau ingin lebih lengkap, ada beberapa lauk tambahan yang bisa dipesan. Biasanya berupa gorengan tempe, bakwan, ikan asin goreng, tumis ikan jambal, telur dadar, ayam goreng, dll.

Murah tak perlu jadi murahan. Nasi TO memiliki kandungan nilai dan mutu gizi  yang cukup baik. Dari oncom yang menjadi bahan utama kuliner ini ternyata memiliki sumber karbohidrat dan protein yang cukup tinggi. Tak perlu khawatir dengan gizinya lagi, dong?

Sekarang, warung TO serupa sudah mewabah. Di mana-mana ada. Bahkan di seruas jalan Dadaha (masih satu jalan dengan Mr. Rahmat) berderet warung-warung TO lainnya dengan jarak yang tidak berjauhan. Tak heran kalau secara berseloroh jalan ini sering dijuluki Jalan Tutug Oncom. Karena menjamurnya warung TO ini, tak heran kalau kemudian banyak yang menyebut Tasikmalaya sebagai kota TO. Kalau anda ke Tasikmalaya, tak ada salahnya menjajal makanan yang satu ini; murah, meriah, dan pasti nikmat! [iwok]

*Tulisan ini diikutsertakan dalam Tasikmalaya Blogging Competition yang diadakan oleh Hotel Santika Tasikmalaya. Informasi tentang Hotel Santika Tasikmalaya bisa melalui Fan page Facebook Hotel Santika Tasikmalaya, atau melalui akun twitter Hotel Santika Tasikmalaya

Komentar

iRa mengatakan…
Kapan saya diundang ke Tasik? ihik
Iwok mengatakan…
Ayo kemariiii ... undangan selalu terbuka lebaaar. *Undangan tidak termasuk tiket pesawat dan akomodasi* hahahaha
Iwok mengatakan…
@Rizki - silakan. Terima kasih. Hidup Tasik! :)
D' Ajeng mengatakan…
Pak, saya ada rencana ke tasik 1 hari full.. bisa bantu rekomen itinerary buat kulineran selama di tasik..? Terima kasih..
Iwok mengatakan…
Halo Ajeng,
Untuk database kuliner lebih lengkap, bisa dicek di website kami di : kulinertasik.com
Kalau mau tanya-tanya, bisa juga lewat twitter atau akun instagramnya di @wiskultasik . Nanti mimin dan momonnya akan bantu jawab ya :)
Unknown mengatakan…
thank infonya sangat menarik, jangan lupa kunjungi web kami http://bit.ly/2oRxd3w
Kulineri_ASMR mengatakan…
bagus sekali blogg nya , saya suka dengan postingan nya , dan saya penggemar kuliner khs tasikmlaya yang sangat legendaris dan kaya cita rasa .
Kulineri_ASMR mengatakan…
bagus sekali blogg nya , saya suka dengan postingan nya , dan saya penggemar kuliner khs tasikmlaya yang sangat legendaris dan kaya cita rasa .

Postingan populer dari blog ini

Keajaiban Itu Ada; Bocil Sembuh dari Panleukopenia

Digitalisasi Usaha untuk Bertahan di Masa Pandemi

[Tips Menulis] Ketebalan Sebuah Naskah Novel?