[Behind The Book] Me Love EXO

Penerbit : Nourabooks - Rp. 29.000,-

Saat mendapatkan tawaran untuk menulis duet dengan anak saya, Abith (12 tahun), saya langsung bilang; “Oke!”. Abith sudah terlihat bisa dan suka menulis. Beberapa tulisan pendeknya pernah dimuat di Majalah BOBO, Kompas Anak, dan Majalah Binar. Masalahnya, dia kadang masih sering malas-malasan. Beberapa draft tulisannya bahkan menggantung begitu saja, tanpa kejelasan kapan akan dibikin tamat. Sepertinya, belum ada pemicu ‘kenapa saya harus sering menulis?’. Beberapa kali ‘paksaan’ yang saya lakukan hanya berbuntut keterpaksaan dan wajah merengut saat dia akhirnya mau menulis beberapa paragraf dan kemudian berhenti kembali.

Saya memang tidak ingin memaksakan sesuatu yang tidak disukai Abith. Kalau memang dia suka menulis, dia pasti akan melakukannya sendiri dengan suka cita—seperti yang dulu saya lakukan saat kecil. Mengingatkan untuk kembali menulis seringkali saya lakukan, tapi tidak lagi dengan paksaan. Apalagi setahun terakhir Abith sudah duduk di kelas 6, dengan waktu belajar yang semakin padat, ditambah sekolah agama setiap siang sampai sore, plus les bahasa Inggris dua kali seminggu. Saya semakin tidak ingin memaksakan kehendak hanya untuk menyenangkan perasaan saya.

Tapi, saat mendapatkan tawaran ini, saya optimis Abith mau kembali menulis. Seketika saya mendapatkan ide cerita yang akan kita tulis berdua; menuliskan sesuatu yang sangat dia suka! Dua tahun lalu, Abith mulai menyukai One Direction, boyband asal Inggris yang melejit jadi idola dunia gara-gara ajang X-Factor UK. Semua lagunya Abith hafal. Video klipnya, konsernya, dan semua tentang One Direction yang ditayangkan di youtube memenuhi dua buah flashdisk-nya. Video-video  itu diputar setiap hari di setiap ada kesempatan. Tidak heran kalau saya kemudian ikut teracuni dan bahkan ikut hapal lagu-lagunya. Hehehe. Ya, sebelum saya menyerahkan sebuah video untuk ditonton, saya sudah menyeleksi (menonton)nya terlebih dulu; aman atau tidak untuk anak seumurannya. Selain itu, Abith mulai mengumpulkan buku-buku biografi boyband ini, dan memenuhi dinding kamar dengan poster-posternya!

Setahun belakangan, minatnya terhadap One Direction mulai bergeser, digantikan oleh boyband asal Korea; EXO! Kasus yang sama terjadi. Saya harus menyediakan flashdisk tambahan untuk menyimpan koleksi video-video lagu EXO dari youtube, karena ternyata Abith tidak mau video One Directionnya dihapus begitu saja. “Aku kan masih ngefans juga sama mereka!” begitu katanya. Well, okelah kalau begitu. Poster-poster EXO pun semakin memenuhi dinding kamar, berbagi tempat dengan poster 1D yang sudah ada.

Dari sanalah ide itu akhirnya muncul. Kalau Abith menulis sebuah cerita tentang EXO, saya yakin dia akan semangat! Betul saja, saat saya sampaikan kabar itu, dia menyambutnya dengan gempita. Apalagi dengan iming-iming; “kalau ceritanya bagus, Abith bakalan punya buku sendiri, lho.”

Mulailah kita diskusi tentang alur cerita yang akan diangkat. Saya menyodorkan tema tentang seorang anak perempuan yang mengidolakan sebuah boyband. Tanpa saya duga, Abith menambahkan dengan semangat beberapa adegan yang membuat saya semakin girang menyusun plot cerita. Sesekali kami tertawa berdua karena saya sengaja memasukkan beberapa kejadian nyata yang pernah dialami Abith.

Ya, dalam benak saya, tokoh Cecil dalam novel ini adalah sosok Abith yang sebenarnya. Adegan di toko buku, tertangkap basah membawa buku EXO ke sekolah, berantem dengan adiknya gara-gara poster yang robek, dan ... ah ya, sosok Ayah Cecil dalam cerita ini pun tidak jauh dari apa yang sudah saya lakukan saat menghadapi kelakuan Abith dengan EXO-nya. Bahkan, Abith memasukkan nama teman-teman sekelasnya juga di buku ini hingga kisah benar-benar seperti nyata.

Jadi, Me Love Exo ini adalah kisah nyata? Nggak gitu juga sih. Tapi banyak kejadian nyata yang akhirnya meramaikan alur kisah ini. Hehehe.

Proses menulisnya sendiri gimana, sih?

Ini dia yang seru. Setelah oret-oretan tentang plot, sekarang tinggal pembagian penulisan bab. Sesuai arahan dari mas Noor H. Dee, editor Nourabook, serial duet ini harus ditulis dalam dua sudut pandang yang berbeda; orangtua dan anak. Karena itulah, saya ambil peranan di sini, membagi tugas mana bab yang harus saya tulis (dengan sudut pandang sebagai ayah/ibu), dan mana yang harus ditulis Abith sebagai Cecil. Penulisannya bergantian. Saya mulai di Bab 1, Abith Bab 2, begitu seterusnya, sehingga peran orangtua dan tokoh anak muncul bergantian. Hanya di Bab terakhir saja saya ikut menambahkan ending yang dibikin Abith, agar lebih menarik dan tambah greget. Hehehe.

Karena target serial duet ini adalah (minimal) 60 halaman, dari awal saya sudah bilang kalau Abith harus bisa menulis minimal 5-6 halaman setiap bab yang ditulisnya. Dan reaksinya adalah; “Hah, banyak amat?” hadyuuuh .... maklum baru, jadi masih syok dikasih target halaman banyak. Hehehe. Tapi saya bilang, kalau alur cerita bab tersebut sudah terbayang, pasti bakalan bisa kok ngejar sampai 6 halaman. Dan ternyata? Abith bisa menyelesaikan setiap bab bagiannya dalam waktu 2-3 hari saja, meski kadang saya yang kebagian melanjutkan ceritanya jadi kelimpungan, karena Abith sering keluar dari plot cerita yang direncanakan. Ujung-ujungnya saya harus berusaha untuk menarik lagi alur kembali ke jalan yang benar. Hehehe.

Tapi seru! Nulis duet dengan anak sendiri benar-benar menyenangkan. Terkadang kita berdiskusi alur cerita di sela-sela makan malam, saling mempertanyakan ‘kok ceritanya jadi begini-begitu’, rebutan laptop karena cuma ada satu, dan ngerumpi asyik gimana caranya promo biar bukunya laku. Hihihi.

So, yang tertarik nulis duet dengan putra-putrinya, ayo beli dulu ME LOVE EXO ini biar kebayang formatnya gimana. Penerbit Nourabook masih nunggu kiriman naskah duetnya tuh. Yuk, ikutan kirim! ^_^

Komentar

Rane mengatakan…
Wookeeeh! Makasih tipsnya Kang!
Beli bukunya lagi baru nanya-nanya.. :)
Iwok mengatakan…
Ahahaha .. sip, sip. Arrigato Om Rane :D
zaqiamomfafa.com mengatakan…
Haliyu wave melanda orangtua dan anak ya hehe...pngen puny bukunya...sya jga pnggemmar kpop nih
Iwok mengatakan…
@Zaqia - hahaha iya, gara-gara Abith, saya jadi ketularan suka sama EXO nih. hehehe. Ditunggu di toko buku ya :D
Reviansyahm mengatakan…
Halo mas Iwok, boleh saya minta kontak emailnya?
Atau mas Iwok bisa menghubungi saya di partnership@pikavia.com
Terima Kasih
Iwok Abqary mengatakan…
@reviansyah - sudah saya email ya mas :)

Postingan populer dari blog ini

Keajaiban Itu Ada; Bocil Sembuh dari Panleukopenia

Digitalisasi Usaha untuk Bertahan di Masa Pandemi

[Tips Menulis] Ketebalan Sebuah Naskah Novel?