Promo TIKIL di website Gagasmedia

Perjuangan Mempertahankan Sebuah Perusahaan


Ditulis Oleh Newsroom
Wednesday, 03 December 2008

Keberadaan Tikil a.k.a Titipan Kilat—sebuah perusahaan jasa pengiriman barang—di Tasikmalaya ibarat pepatah hidup segan, mati tak mau. Setelah sekian lama berada di pusat kota Tasikmalaya, perusahaan inipun mulai tipis harapannya untuk tetap bertahan di antara perusahaan jasa pengiriman lain yang baru muncul.

Emang sih, perusahaan Tikil bukanlah perusahaan jasa pengiriman barang yang besar. Namun, empat orang karyawan—Lilis, Dasep, Mang Dirman, dan Kusmin—serta seorang pimpinan bernama Pak Saleh—yang selama ini berada di sana telah mampu menjalankan dan mempertahankan keberadaan Tikil hingga detik ini.

Sayangnya, penurunan pendapatan yang sangat drastis membuat Pak Saleh mengajukan pensiun dini ke kantor pusat Tikil. Akhirnya, keempat orang karyawan Tikil lainnya mau nggak mau harus menerima dan beradaptasi dengan kepala cabang yang baru, yaitu Pak Priyadi.

Kedatangan Pak Pri ke kantor Tikil Tasikmalaya disambut keempat karyawannya dengan keanehan masing-masing. Lilis, sang resepsionis, adalah seorang cewek ‘polos’ yang mengidolakan Adjie Massaid. Saking anehnya, seorang supir angkot bernama Bowo aja dikira Adjie Massaid yang sedang mendalami peran sebagai supir angkot.

Lain halnya dengan Dasep. Kurir yang satu ini selalu aja sial. Hobinya saat mengendarai motor adalah nabrak. Makanya jangan heran jika banyak benjolan hadir di kepala Dasep. Sedangkan Mang Dirman adalah seorang kurir yang cinta mati dengan sepedanya. Mang Dirman bukan nggak mau naik motor saat mengantar barang ke tempat yang dituju, tapi Mang Dirman nggak bisa naik motor. Dan, Kusmin—sang OB—selalu menganggap dirinya superhero. Ia sigap berlari saat sirene pemadam kebakaran berbunyi.

Kelakuan keempat karyawan ini jelas membuat Pak Pri pusing dan malas untuk mempertahankan kelangsungan nasib Tikil. Yang ada, Pak Pri malah sibuk dengan hobi masak-memasaknya. Namun, Lilis, Dasep, Mang Dirman, dan Kusmin nggak tinggal diam melihat kelakuan bos-nya itu. Dengan sindiran halus, mereka pun sanggup menyentuh hati Pak Pri untuk menaikkan kembali pamor Tikil yang sudah sangat terpuruk. Tujuannya hanya satu, mempertahankan Tikil agar tidak ditutup!

Berhasilkah mereka? Kira-kira, apa ya yang bakal dilakukan kelima orang ini dalam usahanya untuk mempertahankan Tikil agar dapat bersaing dengan perusahaan jasa pengiriman barang lainnya?

Temukan jawabannya dalam novel Tikil; Titipan Kilat: Kami Antar, Kami Nyasar karya Iwok Abqary yang diterbitkan GagasMedia. Dengan karakter-karakter unik yang diciptakan Iwok, novel ini menjadi hidup dan lucu saat dibaca. Meski tiap karakter memiliki keanehannya sendiri, namun satu hal yang pasti, mereka juga memiliki rasa empati yang cukup tinggi untuk memperjuangkan nasib perusahaan tempat mereka bekerja.

Source : www.gagasmedia.net

Komentar

Anonim mengatakan…
kang iwok salam kenal nya
saya ge orang tasik lagi kuliah di bandung dan sedang meniti karir jadi penulis komedi...
numpang nanya saya kirim naskah ke gagasmedia juga bulan novemberan kira-kira ditindaklanjutinya berapa lama ya?

Eh iya TIKIL udah saya baca seru tuh
ngomomg-ngomong beneran ketemu Adjie Masaid ya???

Eh cek blog saya juga pengen belajar banyak nih....
Anonim mengatakan…
Baru denger nigh boss Tikil, thx infonya. izin baca2 yang lainnya
Anonim mengatakan…
udah baca bukuna..
asli daku ketawa terpin9kal pin9kal kan9..:lol:

sumpah ne buku n9ocol abisss,sukses men9hiburQ hehehhe...

Postingan populer dari blog ini

Keajaiban Itu Ada; Bocil Sembuh dari Panleukopenia

Digitalisasi Usaha untuk Bertahan di Masa Pandemi

[Tips Menulis] Ketebalan Sebuah Naskah Novel?