[Laporan Perjalanan] Jalan-jalan [lagi] di Bali - Part 1

Bali memang memiliki pesona tersendiri. Sebagai salah satu destinasi wisata dunia, Bali masih menjadi destinasi unggulan bagi pariwisata Indonesia. Indonesia memang kaya, dengan potensi wisata alam yang tersebar di penjuru tanah air, banyak lokasi yang tidak kalah menarik dari Bali. Tapi, bagaimana pun, tidak bisa dipungkiri kalau nama Bali masih paling menjual sampai saat ini.

Tiga kali sudah saya menginjak tanah Bali, dan masih terasa excitement yang sama saat menginjakkan kaki di sana lagi. Entahlah, ada sesuatu yang memang membuat saya kangen dengan suasananya, budayanya, adat istiadatnya, dan tentu saja panorama wisatanya. Semuanya menjadi sebuah paket yang sangat menarik, bagaimana sebuah adat istiadat dan kebiasaan harian bisa menjadi sebuah daya tarik tersendiri. Perempuan-perempuan berkebaya dan berkain batik masih terlihat di mana-mana. Para pria dengan ikat kepala (udeng) dengan selipan sekuntum kemboja di telinga menjadi pemandangan yang mengesankan. Atau kebiasaan masyarakat Bali yang selalu menyajikan sesajen masih kerap ditemui kemanapun kita melangkah. 

Kata “Bali” sendiri sebenarnya berarti “persembahan” atau “sesajen” dalam Bahasa Bali kuno. Hal ini mengingatkan kita pada kebiasaan masyarakat Hindu yang ada di Bali, yang setiap hari selalu menghaturkan sesajen kepada Tuhan supaya mereka selalu sehat, selamat dan sejahtera. [Dikutip dari sini]

Di era modernisasi saat ini, Bali masih lekat mempertahankan adat dan budayanya. Bahkan ketika Bali pun terlihat giat dengan pembangunannya yang serba modern, adat ritual ini tidak serta merta menjadi hilang. Inilah yang menjadikan Bali begitu istimewa.

Dua kunjungan saya sebelumnya, rasanya saya belum sempat ke mana-mana. Saya hanya berputar-putar sekitar Kuta, Legian, Jimbaran, dan sempat bertandang ke Tanah Lot serta keliling Denpasar. Karena itu, saya berharap ada tempat menarik lagi yang bisa saya kunjungi dalam kesempatan kali ini.

Seperti sudah saya sampaikan dalam Laporan Perjalanan saya sebelumnya di bagian 1 dan bagian 2, kedatangan saya ke Bali kali ini dalam rangka mengikuti ASEAN Blogger Conference di Nusa Dua. Semula agenda konferensi dijadwalkan selama 2 hari (16-17 November 2011). Hanya saja, karena agenda ini bertepatan dengan penyelenggaraan ASEAN Summit yang dihadiri kepala negara-negara ASEAN, plus Presiden AS, Barrack Obama, akhirnya jadwal konferensi dipadatkan menjadi satu hari saja. Hikmahnya, seluruh peserta ABC diajak jalan-jalan untuk mengisi jadwal acara tanggal 17 November yang sudah dikosongkan. Horeeeey.

Saya sempat girang pas baca jadwal jalan-jalan yang disodorkan panitia. Kita akan berkunjung ke Festival ASEAN, Kerajaan Karangasem, dan Pasar Sukowati. Wah, itu adalah tempat-tempat yang belum pernah saya kunjungi sebelumnya. Tentunya ini akan sangat menarik dan menambah catatan perjalanan saya tentang tempat-tempat yang pernah saya kunjungi di Bali. Sayang, suasana di Bali begitu semrawut saat itu. Adanya KTT ASEAN membuat sejumlah ruas jalan ditutup, dan kemacetan terjadi dimana-mana. Hal inilah yang mengakibakan panitia akhirnya mengalihkan rencana perjalanan ke GWK - Garuda Wisnu Kencana saja. Wew, saya juga belum pernah ke sana. So, tetep semangat dong. *jingkrak-jingkrak mau lihat patung raksasa*

Garuda Wisnu Kencana (GWK)

Tiba di GWK disambut gerimis. Wew, mudah-mudahan aja nggak jadi hujan gede, soalnya nggak asik kan kalau jalan-jalannya pakai hujan-hujanan? Alhamdulillah ... ternyata cuma gerimis sekelebatan, karena tak lama sinar matahari pun kembali menyengat. Keringetan lagi deh ah. Tiket masuk dikenakan sebesar Rp. 25.000,- untuk dewasa, Rp. 20.000,- untuk anak-anak dan pelajar, serta Rp. 50.000,- untuk orang asing.

Foto : @wisnudewobroto

GWK sendiri berlokasi di Jl. Raya Uluwatu - Jimbaran, Badung. Lokasinya hanya setengah jam saja kalau dari Kuta. Tapi karena kita kemarin berangkat dari Hotel di Denpasar, plus ditambah kemacetan yang merajalela, tidak kurang dari satu jam jarak tempuh yang kita habiskan untuk mencapai tempat ini. Tempatnya? Asyik banget, bertempat di dataran tinggi yang berbukit-bukit, kita bahkan bisa melihat Kuta, Sanur, Benoa, dan Ngurah Rai Airport dari bukit tertinggi (Kalau mau jelas bisa pakai teropong yang bisa disewa lima ribu perak saja untuk 2 menit).

Sebelum menuju Main Attraction berupa patung Garuda dan Dewa Wisnu, rombongan bergerak terlebih dahulu menuju pangung pertunjukkan seni. Sesuai jadwal yang tertera, setiap harinya ada beberapa jadwal pertunjukkan tari yang bisa dinikmati. Kebetulan saat kita datang bertepatan dengan jadwal penampilan pertama, yaitu pukul 10 pagi.



GWK sendiri adalah sebuah proyek pendirian patung raksasa; Dewa Wisnu yang mengendarai Burung Garuda, yang direncanakan akan setinggi tidak kurang dari 150 meter! Ajegile, kan? Ketinggian patung ini sudah jelas akan mengalahkan ketinggian Patung Liberti yang tingginya 'hanya' 93 meter saja. Sayangnya, proyek yang sudah dimulai tahun 1997 ini sampai sekarang tersendat-sendat. Kabarnya karena proyek ini membutuhkan biaya yang suangat besar sehingga belum ada kabar kapan keseluruhan proyek GWK ini akan dituntaskan. Dari keseluruhan proyek yang sudah direncanakan, baru dua bagian patung saja yang sudah diselesaikan, yaitu bagian dada ke atas dari sosok Dewa Wisnu setinggi 20 meter, yang ditempatkan di bukit tertinggi di tempat ini. Bagian lainnya adalah kepala Sang Garuda setinggi 18 meter, diletakkan di bawah bukit tidak jauh dari patung Dewa Wisnu. Saya tidak bisa membayangkan bagaimana kalau keseluruhan patung ini sudah selesai dikerjakan, pasti akan sangat luar biasa. Ah ya, design dari GWK ini dikerjakan oleh Nyoman Duarta, seniman kenamaan dari Bali.

Yang jelas, sarana untuk lokasi GWK ini tampaknya sudah cukup siap. Ratusan hektar tanah sudah tersedia untuk segala sarana dan prasarana yang dibutuhkan. Souvenir shop (karena saya koleksi magnet kulkas, saya menemukan 3 design magnet kulkas yang keren di sini) dan Tempat rehat dengan beberapa penjualan makanan pun sudah tersedia, lumayan cukup memenuhi kebutuhan pelancong yang mengejar cenderamata atau melepaskan lapar-dahaga setelah berlelah-lelah menaiki bukit dan berpanas-ria.

The statue and its pedestal will be surrounded by more than 240 hectares cultural park which was once an abandoned and unproductive limestone quarry. The cultural park will provide attractions for both local and foreign visitors with supporting facilities such as Lotus Pond, Festival Park, Amphitheater, Street Theater, Exhibition Hall, as well as Jendela Bali The Panoramic Resto and souvenir shop. At present time, the statue of Wisnu, the statue of Garuda, and the hands of Wisnu have been placed temporarily in three different plazas within the park. [Dikutip dari sini]

Kalau saja semuanya sudah terbangun dengan lengkap, GWK adalah lokasi wisata yang tidak boleh dilewatkan begitu saja untuk wisatawan yang mengunjungi Bali. Mudah-mudahan proyek GWK ini dapat segera dituntaskan sehingga Bali dan Indonesia akan memiliki kebanggaan baru dalam dunia pariwisata.

Pusat Oleh-Oleh Krisna

Sudah lewat tengah hari saat kita meninggalkan GWK. Siang semakin terik dan kita bisa mendinginkan kepala sejenak di dalam bis yang membawa kita ke Pusat Oleh-oleh Krisna. Mayoritas peserta konferensi memang dijadwalkan meninggalkan Bali pada hari ini, sehingga sebelum mengantar mereka ke airport, Panitia mengantar mereka terlebih dahulu untuk belanja oleh-oleh. Yippiiie ... tentu saja ini adalah salah satu hal terpenting apabila kita berkunjung ke suatu daerah. Membeli cenderamata, entah untuk diberikan kepada orang lain atau untuk diri sendiri, adalah sesuatu yang harus dilakukan. Selain foto, oleh-oleh dan cenderamata ini adalah kenang-kenangan bahwa kita memang pernah ke tempat tersebut.


Krisna adalah pusat oleh-oleh terbesar dan terlengkap yang ada di Bali. Tidak heran kalau tempat ini menjadi tujuan utama para wisatawan. One stop shopping sepertinya bisa ditujukan untuk tempat ini. Segala macam cenderamata ada. Tidak hanya makanan khas Bali, tapi juga cenderamata lainnya bisa diperoleh di sini. Bahka untuk kenyamanan pengunjung, mereka buka 24 jam. Olala, mau belanja oleh-oleh dini hari pun mereka siap sedia.

Terakhir ke Bali tahun 2010 lalu, saya sempat juga mengunjungi Krisna, tapi bukan Krisna di Jalan Tuban ini. Entah di Krisna yang mana, karena saya hanya dibawa oleh tour guide saya waktu itu. Ternyata Krisna sudah memiliki 4 lokasi. Meski begitu, tampilan outlet Krisna ternyata sama di mana-mana, terbukti saya merasa tidak asing lagi dengan layout Krisna di Jalan Tuban ini. Oalaah... coba dibikin agak beda ya, sehingga ada nuansa tersendiri kalau kita mengunjungi outlet Krisna yang berbeda.

Kacang disko, kacang oven, dan kacang-kacangan lainnya adalah pilihan utama kalau kita memilih makanan sebagai oleh-oleh. Tidak lengkap rasanya kalau tidak membawa kacang-kacangan ini sebagai buah tangan. Padahal, kacang disko atau kacang lainnya pun sebenarnya ada di daerah lain. Hanya brand 'Kacang Disko' di kemasan saja yang menunjukkan kalau ini adalah oleh-oleh dari Bali. hehehe. Jenis oleh-oleh lainnya adalah Brem khas Bali, yang rasanya sebenarnya tidak berbeda dengan Brem dari Madiun. Sama-sama asem. hehehe. Oya, ada juga Salak Bali yang namanya Salak Gula Pasir. Sayangnya berat banget bawanya kalau memang bau beli salak buat oleh-oleh. :D

Dari awal saya tidak ingin terlalu ribet dengan urusan oleh-oleh. Karena itu saya hanya membeli kaos produksi Krisna untuk keluarga, untuk istri dan dua anak saya. Biar kompak, warnanya diseragamkan; abu-abu. Hanya motifnya saja yang dipilihkan berbeda. Tapi ternyata saya tidak bisa mengabaikan adanya keluarga lain dan juga teman-teman yang pasti mengharapkan oleh-oleh. Namanya pulang jalan-jalan, rasanya tidak enak juga kalau tidak ada yang bisa diberikan kepada mereka. Karena itu beberapa kacang disko, kacang oven, dan brem bali akhirnya masuk dalam keranjang. Fyuh ... alamat tentengan makin berat nih.

Sebenarnya ada tempat souvenir lain yang harus dikunjungi kalau kita ke Bali. Siapa tidak mengenal JOGER? Di tempat ini pun banyak merchandise asyik dan unik yang layak dikoleksi. Sayang karena keterbatasan waktu, saya tidak bisa mengunjungi Joger kali ini. Namun, setidaknya saya pernah mengunjungi tempat ini pada dua kesempatan sebelumnya, jadi tidak merasa terlalu kecewa karena tidak ke sana kali ini.

Bersambung...

Komentar

Greiche Gege mengatakan…
sama kang.. ntah kenapa Bali ini ga pernah bosen dikunjungi :))
Iwok mengatakan…
Iya Ge, apalagi masih banyak tempat di Bali yang belum dikunjungi. Jadi pengen keliling lagi muterin seluruh daerah wisata di sana, jangan Kuta doang yg selalu dikunjungi :D

Postingan populer dari blog ini

Keajaiban Itu Ada; Bocil Sembuh dari Panleukopenia

Digitalisasi Usaha untuk Bertahan di Masa Pandemi

[Tips Menulis] Ketebalan Sebuah Naskah Novel?