Blogfam, Indahnya 8 tahun dalam kebersamaan

Saya masih tidak akan pernah lupa, keheranan dan tanda tanya besar yang tersimpan di benak Iren, istri saya, bertahun-tahun lalu. Dia selalu saja heran saat saya meminta izin dan berpamitan untuk pergi ke Bandung atau Jakarta untuk sebuah acara KOPDAR. Dalam pikirannya, dan sempat juga tercetus dalam ucapannya, ada kebingungan melihat antusiasme saya untuk selalu pergi ke pertemuan-pertemuan itu. Bandung dan Jakarta bukan jarak yang dekat dari Tasikmalaya. Untuk mencapai Bandung, tidak kurang waktu 5 jam yang saya butuhkan, sejak keluar dari rumah sampai mencapai lokasi pertemuan. Ke Jakarta pasti lebih jauh dan memakan waktu lebih lama lagi. Setidaknya saya butuh waktu 2 hari meninggalkan rumah untuk sebuah acara di Jakarta. Tidak jarang saya sudah pergi tengah malam buta untuk sebuah Kopdar yang dilaksanakan esok paginya.

Saya mengerti keheranan Iren. Untuk acara yang hanya 'sekadar' temu muka, lalu 'haha-hihi' beberapa saat, ngobrol ini-itu, cekakakan lagi, lalu acara pun bubar, tentunya banyak hal yang harus saya korbankan. Waktu bersama keluarga tentu saja nomor satu. Saat-saat weekend, di mana keluarga lain memilih untuk berkumpul bersama, saya justru harus meninggalkan mereka. Tidak jarang saya pun harus mengambil cuti kalau pertemuannya dilakukan saat hari kerja. Selain itu, tentu ada biaya yang harus dikeluarkan. Hueeey ... naik bis kan nggak gratis. Naik angkot juga, beli minuman dan makanan di jalan juga. hehehe ... mulai matre nih. Belum lagi kekesalan Istri Saya karena saya kalau pulang dari luar kota selalu saja bikin susah. Saya sangat tidak bersahabat dengan angin. Pulang dari mana saja, selalu saja berujung meriang, panas dingin, sakaw, dan minta pijitin. Kalau Iren lagi baik (hihihi), dia mau aja ngerokin. Kalau lagi bete (udah ditinggalin, eh pulangnya disuruh mijit, kebangetan kan?), terpaksa manggil tukang pijet. Keluar duit lagi dah. Hahaha ... matre lagiiii. Dan itu terjadi setiap kali. Saya nggak tahu sudah berapa kali saya pergi jauh-jauh untuk ikutan kopdar atau mengikuti acara komunitas, yang jelas sudah cukup sering lah.

Apa sih yang dicari dari Blogfam? Apa yang sih yang didapat dari setiap pertemuan itu?

Itu adalah pertanyaan besar yang mungkin tidak pernah terucap dari Iren sepanjang tahun 2005 sampai tahun 2008, saat saya masih saja wara-wiri ikut Kopdar sana-sini. Saya bergabung dengan Blogfam tahun 2005. Sejak itu, komunitas ini  membetot perhatian saya untuk aktif di dalamnya. Tidak hanya di dalam forum sebagai ajang pertemuan online, tapi juga dalam kegiatan-kegiatan offline-nya. [Baca di sini untuk mengetahui sejarah Blogfam].

Saya mungkin tidak bisa menjelaskan rinci saat itu, karena sejujurnya saya pun tidak tahu apa sih yang saya kejar dari sana. Saya hanya merasakan kegembiraan yang luar biasa saat bertemu teman-teman dunia maya, dan menjalin persahabatan di dunia nyata. Tapi lambat laun, saya mulai menyadari ada sesuatu yang  saya peroleh dari semua itu. Iren pun tampaknya memahami sendiri pada akhirnya, karena apa yang sudah saya lakukan dan korbankan, pada akhirnya bisa terlihat dengan sendirinya.

Blogfam sudah memberikan sebuah persahabatan dan kekeluargaan, sebuah kehangatan yang tidak saya dapatkan di tempat lain. Nilainya tentu tidak dapat diukur, dan saya pun tidak hanya berbasa-basi dengan hal ini. Blogfam sudah memberikan sahabat-sahabat luar biasa, yang hebatnya masih terjalin sampai sekarang. Tidak bisa disangka kalau persahabatan dunia maya akan menjelma seutuhnya dalam dunia nyata.

Melalui Blogfam dan support sepenuhnya dari seluruh membernya, siapa mengira kalau saya pun menemukan bakat menulis di sini. Siapa mengira saya bisa jadi penulis kalau Blogfam tidak mengadakan Lomba penulisan cerita anak dan saya menang dalam ajang ini? Siapa mengira saya bakal punya buku kalau blogfam tidak mengadakan seleksi penerbitan buku 'Ortu, Kenapa Sih?' dan tulisan saya lolos untuk ikut diterbitkan? Siapa menyangka pula kalau Blogfam telah mempertemukan saya dengan Benny Rhamdani, yang kemudian ikut membidani buku-buku saya? Semua karena saya bergabung dengan Blogfam!

Indahnya sebuah kebersamaan, persahabatan dan kekeluargaan, itulah yang saya rasakan di Blogfam. Tak ada yang merasa paling hebat, tak ada yang merasa paling jago, semua berjalan berdampingan. Saling berbagi, saling menyemangati, agar kita bisa maju bersama-sama.

Lambat laun, tanpa perlu dijelaskan pun, Iren mulai paham bahwa saya mendapatkan banyak hal dari Blogfam, dari setiap pertemuan yang jauh-jauh saya hadiri, dari setiap persahabatan yang saya jalin. Minimal, dia nggak perlu takut saya nyasar di rimba ibukota kalau saya ke Jakarta, nanti tidur di mana, atau main sama siapa. Ada sahabat-sahabat yang siap menampung saya. Iya gitu? hehehe. Ada hal lain yang tentunya dia (dan tentu saja saya) syukuri, kalau Blogfam dan Blogfamous sudah ikut membantu saya menemukan profesi lain yang bisa saya geluti sampai sekarang.

Terima kasih Blogfam, sahabat-sahabat Blogfamous. Selamat ulang tahun ke-8 untuk kita semua. Horeeee ....

Tasikmalaya, 6 Desember 2011
Postingan ngebut untuk merayakan #HUTBlogfam

Komentar

Greiche Gege mengatakan…
weleh kang.. postingannya mengharu biru.. btw mo peluk teh Iren dulu ahh :)
Goiq mengatakan…
selamat ultah untuk Blogfam...
Iwok mengatakan…
@gege - hahaha ... pasti ngobrolin makanan lagi :P
@Goiq - tengkyuuu ... kapan mau ikut rame2 di blogfam lagi? :D
daengrusle mengatakan…
lengkap dan tuntas! ternyata blogfam bisa begitu empuk menjadi pintu mengais profesi ya.
selamat ya mas Iwok, senang rasanya mengenal penulis produktif via blogfam...

dari salah seorang fans
Iwok mengatakan…
@Daeng Rusle - Fans? waduuuh ... tersanjung sekali saya. Terima kasih banyak Daeng. Alhamdulillah ... saya menemukan dunia baru gara-gara Blogfam, juga dipertemukan dengan orang-orang hebat. Daeng Rusle salah satunya :)
Rini Nurul Badariah mengatakan…
Atau main sama siapa, hihihi... Itu memang pemikiran para istri sepertinya, terutama yang bernama Rini:))
Iwok mengatakan…
Hahahaha ... sesama Rini sepertinya memikirkan hal yang sama :))

Postingan populer dari blog ini

Keajaiban Itu Ada; Bocil Sembuh dari Panleukopenia

Digitalisasi Usaha untuk Bertahan di Masa Pandemi

[Tips Menulis] Ketebalan Sebuah Naskah Novel?