#10DaysforAsean - Karena Kita adalah Saudara

#Day2

Fakta bahwa penduduk Asean adalah bangsa serumpun sebenarnya sudah mencuat sejak lama. Disadari atau tidak, kesamaan itu banyak terdapat dalam berbagai hal di sekeliling kita; perawakan fisik dan karakter penduduk, bahasa dan juga kultur budaya setiap negara Asean memiliki kemiripan satu sama lain. Wajar saja kalau kita merasa sebagai satu rumpun bangsa yang sama, bahkan memiliki nenek moyang yang sama.  

Sebuah kesamaan tentu tidak berdasarkan kebetulan belaka. Siapa yang akan menyangkal kalau bangsa Indonesia dan Malaysia memiliki aliran darah yang sama? Bahkan selintas pun kesamaan ini sangat jelas terlihat pada suku-suku melayu di daerah Sumatera dan semenangjung malaysia. Dari bahasa, pakaian, makanan, hingga unsur unsur budaya keduanya kental dengan nuansa yang sama. Bahkan agama dan kepercayaan penduduknya pun didominasi oleh agama yang sama. Ada yang tidak setuju?  

Dulu, saya mengira keramah-tamahan itu hanya milik bangsa Indonesia. Tetapi, saat saya berkesempatan melancong ke Bangkok, ternyata anggapan tersebut harus saya coret  lagi. Keramahan tidak dikuasai bangsa kita, tetapi ditebarkan oleh negara-negara tetangga juga. Kita sudah dibesarkan dan diwarisi oleh tatanan dan pola asuh yang sama, yang menjunjung tinggi sopan-santun dalam berinteraksi dengan orang lain; interaksi saling menghargai, menghormati, dan tak pernah melepaskan senyum di setiap kesempatan.  

Pada saat berada di Bangkok, saya berkunjung ke Kampung Jawa, sebuah daerah yang dihuni oleh ribuan masyarakat bangkok yang merupakan keturunan orang Jawa. Tahukah bagaimana Kampung Jawa ini bermula? Dari kisah yang pernah saya baca, saat zaman penjajahan Jepang, banyak orang Jawa dibawa ke Bangkok untuk bekerja rodi di sana. Mereka bermukim di tempat itu, berkeluarga dengan penduduk setempat, memiliki anak-cucu dan kemudian menjadi sebuah komunitas tersendiri di tengah-tengah penduduk asli Thailand. Anak-cucu mereka mungkin ada yang belum pernah menginjakkan kaki di Indonesia, tapi mereka memiliki darah keturunan Indonesia yang sangat kental.  

Pernahkah terpikir bahwa kemungkinan yang terjadi pada masyarakat Kampung Jawa di Bangkok ini kemungkinan besar terjadi pula pada ratusan tahun lalu di antara penduduk negara Asean? Sejarah mungkin tidak mencatat secara jelas mengenai kemungkinan ini, tetapi bagaimana kalau kita melihat pada bukti peninggalan-peninggalan yang ada?  

Siapa yang tidak mengenal Candi Borobudur dan Angkor Wat? Yang satu merupakan Situs Warisan Dunia UNESCO kebanggaan Indonesia, dan yang satu lagi Situs Warisan Dunia UNESCO kebanggaan negara Kamboja. Keduanya memiliki nilai budaya dan keindahan yang sangat tinggi sehingga mampu menarik jutaan wisatawan dari seluruh penjuru dunia. Fakta yang beredar belakangan ini, Borobudur dan Angkor Wat memiliki kesamaan! Meskipun kedua peninggalan bersejarah ini dibangun dalam rentang abad yang berbeda, tetapi banyak model relief yang sama di antara keduanya. Tidakkah terpikir bahwa keduanya dibangun oleh sebuah kelompok masyarakat dan kebudayaan yang SAMA?

Sebuah seminar mengenai penelitian Candi Borobudur dan Angkor Wat pernah dilaksanakan antara Indonesia dan Kamboja di kota Siem Reap pada 5-6 Desember 2009. Salah satunya dibahas mengenai kemungkinan adanya hubungan yang telah terjalin antara kerajaan di Kamboja dengan kerajaan di Indonesia (Jawa) pada masa lampau. Unsur perdagangan dianggap sebagai jembatan penghubung interaksi ini, sehingga masyarakat Kamboja dan Indonesia sudah menjalin komunikasi dan ekonomi sejak zaman dulu.  

Melihat unsur sejarah ini, tidak bisa dipungkiri lagi kalau perpindahan penduduk antara kedua negara sangat mungkin terjadi. Tentu saja perpindahan tersebut akan membawa unsur-unsur budaya, adat-istiadat, kepercayaan, yang melekat pada masyarakat yang berpindah dan menyebar di lokasi yang baru. Pada akhirnya kedua belah pihak berada pada sebuah sosiokultural yang sama, sehingga unsur-unsur kehidupan berada pada lingkaran yang sama pula. Kalau kemudian Candi Borobudur dan Angkor Wat memiliki beberapa kesamaan, hal itu memang bisa saja terjadi karena unsur budaya itu sudah berada di garis yang sama.  

Perniagaan yang dilakukan bangsa Indonesia dulu tentu tidak sebatas negara Kamboja saja. Kerjasama mungkin terjalin pula dengan negara-negara lain seperti Malaysia, Thailand, Singapura, Filipina, dan lain-lain,  sehingga pertukaran budaya pun akan terjadi lagi. Bukan tidak mungkin di lain waktu akan ditemukan pula beberapa bukti kesamaan sejarah di antara dua negara lainnya.  

Saya selalu meyakini bahwa penduduk di negara Asean adalah bangsa serumpun. Lambat laun sejarah bisa membuktikan itu bahwa kita berada dalam jalinan persaudaraan yang sangat dekat. Karena itu miris sekali kalau melihat adanya persinggungan, ketegangan, dan perseteruan di antara negara-negara Asean untuk sesuatu yang sebenarnya bisa diselesaikan dengan jalan damai. Telinga ini panas seketika taktala perang di sosial media antar warga dua negara yang terjadi karena sebuah topik yang sebenarnya bisa disingkapi dengan lebih bijak dan kepala dingin. Tidak ada yang paling benar apabila perpecahan sudah terjadi.  

Asean Blogger Chapter Indonesia sudah membuka jalan untuk ASEAN lives peace in harmony. Melalui Asean Blogger Conference (ABC) 2011 dan Asean Blogger Festival Indonesia (ABFI) 2013, sudah saatnya blogger Asean bersatu. Kita bisa menjadi contoh nyata bahwa negara hanyalah sebuah identitas, bukan pemisah untuk sebuah persatuan dan persahabatan. Melalui Asean Blogger, blogger diharapkan dapat membawa perubahan dan menebarkan semangat persatuan kepada masyarakat luas. Dan hey, kita memang bersaudara, kan? Terlepas dari silsilah keluarga yang panjang dan berliku, akar kita tetap sama dan berujung pada darah yang sama.  

Mari kita junjung rasa persaudaraan yang lebih erat dalam menyongsong Komunitas Asean 2015. Kesadaran bahwa kita adalah bangsa serumpun tentu akan menunjang keberhasilan target yang dicanangkan para pemimpin negara Asean. Kita bisa bahu membahu menjalani setiap tantangan yang ada, bersaing secara sehat, dan membuang jauh niat untuk saling menjatuhkan. Mari kita ciptakan kawasan Asean yang damai untuk tergapainya kemajuan bersama dalam Komunitas Asean 2015.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Keajaiban Itu Ada; Bocil Sembuh dari Panleukopenia

Digitalisasi Usaha untuk Bertahan di Masa Pandemi

[Tips Menulis] Ketebalan Sebuah Naskah Novel?