Hand in Hand untuk Anak-Anak Nias

Pernah membaca buku Totto Chan’s Children; a Goodwill Journey to the Children of the World karya Tetsuko Kuroyanagi? Sebuah buku yang sangat mengharukan dan membuat dada sesak saat membacanya. Buku ini merupakan catatan perjalanan Tetsuko Kuroyanagi (Penulis dan artis terkenal Jepang yang menjadi Duta Kemanusiaan UNICEF periode 1984 - 1997) saat harus mengunjungi anak-anak yang menjadi korban akibat peperangan antar negara, perang saudara, bencana alam, dan musim kering yang berkepanjangan di beberapa negara. Buku ini mengajak kita untuk menyaksikan langsung betapa anak-anak yang tak berdosa selalu menjadi korban paling besar. Seperti yang ditulis oleh Tetsuya di bukunya, selama menjabat sebagai Duta Kemanusiaan UNICEF antara tahun 1984-1997, tidak kurang dari 180 juta anak meninggal karena kekurangan gizi, penyakit menular, dan perang saudara. Angka yang membuat bulu kuduk merinding seketika.

Saya mengira anak-anak kekurangan gizi hanya terdapat di Sudan, Tanzania, Nigeria, India, Angola, dan negara-negara seperti tersebut dalam buku tersebut. Tapi, saya tidak pernah mengira kondisi seperti ini terdapat juga di Nias!

Nias, sebuah pulau cantik di sebelah barat Sumatera dan termasuk ke provinsi Sumatera Utara. Saya ingat sangat dikenal dengan atraksi Lompat Batunya. Saya juga teringat kalau ombak di perairan Pulau Nias menjadi buruan surfer dari seluruh penjuru dunia karena memiliki ombak yang sangat cocok untuk olahraga surfing. Informasi mengenai adanya anak-anak kekurangan gizi di Pulau Nias benar-benar menjungkirbalikkan bayangan saya.

Saya menangis melihat kisah Brian Harefa dan Khoiriah Jambak, anak-anak Nias, di video ini :


Betapa anak-anak yang seharusnya menikmati masa kecilnya yang indah, harus diisi dengan tangis yang kadang tanpa suara. Jangankan tertawa dan berceloteh riang, untuk tersenyum saja mereka tidak bisa. Gizi buruk sudah memenjara masa kecil mereka. Siapa yang tidak menangis melihat hal tersebut? Saat kita bisa memilih makanan yang kita suka, membelanjakan uang yang kadang untuk hal yang tidak berguna, di belahan lain negara ini, saudara-saudara kecil kita menderita hanya karena tidak mendapatkan makanan yang bernutrisi.

Saat gizi buruk sudah membelit, tidak ada lagi keindahan dunia yang bisa dinikmati. Mereka hanya dapat terbaring lemah tanpa tenaga. Hati siapa yang tidak akan miris? Kondisi ini dapat dilihat dari anak-anak kekurangan gizi di negara-negara yang dikunjungi Tetsuko Kuronayagi. Dia menulis; “Normalnya, banyak anak (yang sakit akibat kekurangan gizi) akan menangis keras. Tapi di klinik ini, anak-anak tak punya cukup tenaga untuk menangis.” (hal. 31)

Indonesia adalah negara yang subur dan kaya. Rasanya miris melihat apa yang terjadi pada saudara-saudara kecil kita seperti itu. Sulit sekali dipercaya, bahwa kekurangan gizi masih terdapat di bumi nusantara. Sungguh kontradiktif dengan slogan ‘Gemah ripah loh jinawi’ yang berarti kekayaan yang berlimpah bagi negeri tercinta ini.Slogan itu seolah tidak berarti lagi dan kita tidak perlu bangga karenanya, ketika kemakmuran yang didengungkan tidak bisa dikecap secara merata. Apalah artinya ketika ketimpangan atas kemakmuran dan kemiskinan justru terlihat begitu nyata.

Mari Kita Berbagi
Kisah dalam video Brian Harefa dan Khoiriah Jambak memang berakhir bahagia. Masa depan mereka dapat diselamatkan karena masih ada yang peduli dengan nasib mereka. Tango Peduli Gizi  berhasil menyelamatkan keduanya (dan ratusan anak lainnya) sehingga masa depan mereka bisa terbentang kembali. Rasanya air mata ini semakin deras justru saat melihat kedua anak itu dapat kembali tersenyum pada dunia. Mereka akhirnya dapat berjalan, bermain, dan tertawa! Itulah yang harus dilakukan anak-anak sebenarnya. Dunia mereka adalah dunia yang indah penuh tawa, jangan dipenuhi dengan tangis dan air mata.

Foto dari http://www.jawaban.com/news/userfile/TPG_main.jpg
Tango Peduli Gizi hadir di Nias membuka cakrawala baru bagi anak-anak di sana. Mereka hadir untuk mengawal dan memberikan penyuluhan tentang gizi pada masyarakat melalui Balai Pemulihan Gizi (BPG) Tango. Tango Peduli Gizi sudah berlangsung sejak tahun 2010, dengan misi memperbaiki status gizi anak Indonesia, seperti yang disampaikan oleh Yuna Eka Kristina, PR Manager Orang Tua Group; “Program ini dilakukan sebagai komitmen untuk memperbaiki status gizi anak Indonesia, dan menciptakan generasi muda yang sehat dan ceria. Program ini dilakukan Tango untuk membantu pemerintah mengentaskan gizi buruk di Indonesia, dan merupakan program berkesinambungan untuk pemberantasan gizi buruk di Indonesia" (dikutip dari kompas.com)

Program Tango Peduli Gizi ini, seperti yang dituangkan di sini , telah dilaksanakan sejak tahun 2010, dengan program sebagai berikut :
  • Tango Peduli Gizi 2010 terdiri dari dua aktivitas besar yaitu Pemberian Makanan Tambahan (PMT) dengan gizi seimbang yang diberikan setiap hari selama 3 bulan kepada 526 anak berumur di atas enam bulan hingga 12 tahun di Nias dan Ruteng, serta Balai Pemulihan Gizi (BPG) Tango yang memberikan perawatan intensif terhadap 72 anak dengan gizi buruk di Nias.
  • Tango Peduli Gizi 2011 dititikberatkan pada program pemberdayaan ekonomi, perbaikan sanitasi dan pendampingan di wilayah Nias, Sumatera Utara. Wafer Tango berharap bahwa program TPG 2011 ini mampu membantu keluarga Nias untuk mempertahankan kondisi kesehatan dan status gizi anak yang telah pulih setelah mengikuti program TPG 2010.

Tidak salah kalau kita memberikan apresiasi tinggi untuk kegiatan sosial seperti ini. Cukup dengan memberikan jempol apresiasi? Tidakkah kita tergerak untuk membantu? Hand in Hand, bergandengan tangan bersama tentu akan memberikan dampak yang lebih besar bagi anak-anak Nias.

Banyak hal yang bisa kita lakukan untuk Nias. Terlebih pada saat ini Tango kembali menggalang ‘Semangat Peduli’ bagi anak-anak Nias. Sumbangsih apa yang bisa kita berikan? Mari kita tengok lemari buku dan lemari mainan masing-masing. Ada berapa banyak buku dan mainan yang kita miliki? Adakah di antaranya yang sudah tidak kita butuhkan lagi? Buku-buku cerita lama yang mungkin kita sudah sangat hapal dan bosan dengan ceritanya, sehingga dibiarkan tergeletak di sudut-sudut lemari. Atau, mainan dan boneka yang sudah tidak kita mainkan lagi karena banyak mainan baru yang sudah kita beli. Buku dan mainan itu mungkin barang bekas pakai dan sudah tidak kita sukai lagi, tapi tahukah kalau buku dan mainan itu akan sangat berharga bagi anak-anak Nias?

Anak-anak Nias tidak hanya membutuhkan gizi yang baik, tetapi juga membutuhkan buku bacaan dan mainan yang menghibur. Ingat, mereka juga anak-anak yang masih sangat membutuhkan banyak hiburan seperti layaknya anak-anak di tempat lain. Sudah saatnya kita berbagi bagi mereka. Sebuah buku bacaan bekas atau sebuah mainan yang masih layak pakai tentu akan memberikan keceriaan dan kegembiraan tersendiri bagi seorang anak di Nias. Bayangkan apabila satu orang Indonesia mengirimkan bantuannya, akan berapa banyak buku dan mainan yang terkumpul untuk anak-anak Nias?

Kalau kamu tergerak untuk berbagi bagi anak-anak Nias, donasi buku dan mainan layak pakai bisa dikirim ke kantor Tango Wafer di Jl. Lingkar Luar Barat Kav. 35-36, Cengkareng – Jakarta Barat. Donasi masih ditunggu sampai tanggal 30 Agustus 2013, karena akan segera didistribusikan segera.

“Kita tidak dilahirkan untuk saling membenci, kita dilahirkan untuk saling mengasihi” (Tetsuko Kuronayagi)


Mari, saatnya kita mengembalikan kembali senyum ceria anak-anak Nias. Together, make them smile in simply way!

Catatan Tambahan :
Seandaianya saya diberikan kesempatan untuk terpilih melakukan kunjungan sosial ke Nias melalui program Tango Hand in Hand ini, Insya Allah saya akan membawa buku-buku cerita anak yang sudah saya tulis dan terbitkan (beberapa teman juga sudah bersedia menitipkan buku-buku karyanya untuk saya bawa). Saya ingin mereka pun mendapatkan kegembiraan yang sama dengan anak-anak lain yang sudah membaca buku-bukunya lebih dulu.

Saya juga ingin bisa bermain dan berbagi cerita dengan anak-anak Nias, karena siapa tahu sepulang dari sana saya bisa membuat sebuah cerita tentang Nias. Tidak saja tentang keindahan alamnya, tetapi juga tentang keceriaan dan semangat yang selalu hidup di mata anak-anak Nias. Tentang semangat mereka untuk menyongsong masa depan dengan senyum dan harapan. Semoga.

#Tango Wafer

Komentar

Haya Aliya Zaki mengatakan…
Itu di Sumut huhuhu ... pulau kelahiranku. Aku masih punya 1 kardus baju anak-anak bekas, tapi layak pakai. Apa masih bisa nyumbang ke sana ya, Mas?
wylveraleisure.com mengatakan…
Wah, aku suka banget sama Tango. Kalau menang, aku boleh titip sesuatu nanti ya, Kang untuk dibawa ke sana?
Iwok mengatakan…
Mba Haya dan Mba Wiwik - mohon doanya ya. Seandainya terpilih nanti, saya akan senang hati membawakan titipan-titipannya.

Postingan populer dari blog ini

Keajaiban Itu Ada; Bocil Sembuh dari Panleukopenia

Digitalisasi Usaha untuk Bertahan di Masa Pandemi

[Tips Menulis] Ketebalan Sebuah Naskah Novel?