Komunitas Asean 2015 – Gerbang Perubahan

image from http://static.zerochan.net/ASEAN.full.830804.jpg
Komunitas Asean 2015 segera datang. Dalam tempo tidak kurang dari 2 tahun, mau tidak mau, siap atau tidak siap, kita akan terjun dan terlibat langsung di dalamnya.  Kita akan berada pada sebuah kumparan yang memaksa kita bergerak bersama setiap putarannya. Mengerikan memang apabila kita berpikir jauh bagaimana sebuah pasar bebas, persaingan tingkat global, akan menyerang kita kembali tidak lama lagi. Pasar tanah air akan mendapatkan serbuan produk-produk asing dengan variasi harga dan kualitas. Sebuah ketidaksiapan menyongsong Komunitas Asean 2015 ini akan menjadi bumerang yang bisa menyulitkan.

Tapi, benarkah kita tidak siap? Lalu, kapan kita akan siap untuk memasuki era kompetisi global? Bagaimanapun, yang harus disadari adalah sebuah kompetisi cenderung akan memacu setiap yang terlibat untuk memberikan usaha yang maksimal, menyuguhkan yang terbaik yang kita bisa. Kita tidak bisa terus berdiam diri dalam zona nyaman, yang memaksa kita terus menyembunyikan potensi sesungguhnya yang mungkin bisa lebih besar dari itu. Bukankah sebuah kompetisi adalah sebuah tantangan? Kita tidak bisa mengatakan tidak bisa sebelum berani maju untuk mencoba.

Era global adalah era kompetisi. Komunitas Asean 2015 mungkin akan membuka peluang asing untuk merangsek masuk ke tanah air, tidak saja dalam bentuk komoditi produk tapi juga sumber daya manusianya. Mereka akan memperoleh peluang yang sama untuk bersaing ketat dalam setiap bidang usaha. Yang terbaik yang akan unggul, dari mana pun mereka berasal!

Sebagai negara berkembang, segala bentuk perubahan selalu dimungkinkan setiap saat. Kita tidak bisa mengurung diri dalam pola pikir yang sama tanpa keinginan untuk bergerak maju. Komunitas Asean 2015 adalah salah satu gerbang perubahan tersebut, dan sangat disayangkan kalau masyarakat Indonesia tidak membuka tangan terhadap kesempatan itu. Kapan lagi? Kita tidak ingin menjadi negara yang akan tertinggal, bukan?

image from http://www.eslblogcafe.com/skr/baimon09380/files/2013/06/6571_1_1.jpg
Dua tahun menjelang 2015 memang bukan waktu yang lama, tapi bukan berarti waktu yang singkat pula untuk mempersiapkan diri. Kita masih memiliki cukup waktu untuk berbenah, mengolah segala sumber daya untuk dapat bersaing. Yang terutama, tentu saja memperbaiki pola pikir masyarakat agar perubahan ini dipandang sebagai bentuk perubahan positif bagi kemajuan dan kesejahteraan bersama. Kita tidak akan kalah dari negara lain karena segala potensi besar berada di Indonesia. Apalagi yang kurang dari negara kita? Kekayaan alam dan budaya begitu melimpah ruah, begitu pula sumber daya manusianya. Yang harus menjadi fokus perhatian kita saat ini hanyalah bagaimana kita bisa memaksimalkan potensi tersebut, sehingga saat 2015 tiba kita sudah siap dengan segala potensi yang bisa dijual.

Ya, Komunitas Asean 2015 bukan sebuah momok yang harus ditakuti. Tidak mungkin para pemimpin Asean berembuk lalu memutuskan sesuatu yang akan membawa dampak buruk bagi seluruh warganya, atau hanya memihak negara tertentu saja. Komunitas Asean 2015 diciptakan agar seluruh negara di kawasan Asia Tenggara ini dapat maju bersama-sama, bergandengan tangan menciptakan kehidupan ekonomis yang lebih baik. Bukankah untuk itu ASEAN dibentuk?

Komunitas Asean 2015 dicanangkan bukan hanya menyoroti masalah ekonomi saja, tetapi juga bidang keamanan dan sosiokultural setiap negara. Ketiganya ditetapkan sebagai tiga pilar utama agenda besar Komunitas Asean 2015; ASEAN Political-Security Community (APSC), ASEAN Economic Community (AEC), dan ASEAN Socio-Cultural Community (APSC). Ini membuktikan bahwa para pemimpin negara Asean sudah menggarisbawahi ketiga bidang ini yang harus menjadi titik sorot untuk dapat dikembangkan secara maksimal dan berjalan beriringan satu sama lain dalam waktu dekat. Satu bidang dengan bidang lain harus bisa menjadi ikatan yang kuat dalam terciptanya pertumbuhan negara yang sehat. Dunia ekonomi dan sosiokultural negara akan tercapai pada saat sisi keamanan juga lebih terjaga. Di sanalah harmoni itu akan tercipta.

Blogger Sebagai Ujung Tombak

Tidak bisa dipungkiri lagi kalau blogger adalah salah satu ujung tombak yang dapat memberikan kontribusi terhadap Komunitas Asean 2015. Blogger bukan lagi anak bawang yang dipandang sebelah mata. Keberadaan blogger sudah membuka mata bahwa suara yang didengungkan para blogger dapat mencapai sasaran yang bahkan mungkin tidak bisa diduga sebelumnya.Itulah mengapa blogger belakangan ini menjadi incaran berbagai industri sebagai media yang tepat dalam penyebaran informasi.

Jutaan blogger tersebar di seluruh penjuru nusantara; dari pusat kota sampai pelosok-pelosok daerah, perempuan dan laki-laki, dari anak-anak sampai usia lanjut. Informasi yang dibawa seorang blogger melalui blognya dapat menusuk sampai titik-titik terjauh yang bahkan jarang tersentuh di dunia nyata. Beruntunglah akses internet tidak lagi menjadi barang mewah sehingga dapat diakses segala lapisan masyarakat. Hanya dengan sekali klik di mesin pencari, ribuan informasi yang dibutuhkan dapat ditemukan dengan mudahnya, termasuk informasi yang disebarkan oleh blogger melalui tulisannya.

Suara blogger adalah opini murni tanpa dibuat-buat penuh rekaan, karena itu banyak diburu sebagai media informasi pilihan. Unsur-unsur dan opini pribadi memang banyak dilibatkan dalam setiap tulisan blogger, tetapi justru itu yang menjadi daya tariknya. Tulisan blogger lebih ringan dan mudah dicerna tanpa kehilangan sisi informatifnya.

Menyongsong Komunitas Asean 2015, Komunitas Asean Blogger sudah mempersiapkan diri sejak tahun 2011 lalu. Melalui Asean Blogger Conference (ABC) pada bulan Desember 2011 di Denpasar, Bali, dan Asean Blogger Festival Indonesia (ABFI) pada bulan Mei 2013 di Solo, Asean Blogger sudah menjembatani terciptanya persahabatan, persaudaraan, dan kedamaian di kawasan Asia Tenggara melalui pertemuan akbar ratusan blogger dari seluruh perwakilan negara Asean. Targetnya satu; Kita adalah satu, bukan musuh yang harus saling sikut satu sama lain. Bukankah itu yang terpenting? Segala hal akan berjalan lebih mudah apabila kedamaian itu sudah tercipta. ABC 2011 dan ABFI 2013 mungkin hanya event yang melibatkan sebagian kecil blogger saja. Tapi persaudaraan yang terjalin diharapkan dapat menular dan berimbas pada blogger lainnya di seluruh Asean. Sesuatu yang besar akan berawal dari hal kecil terlebih dahulu, bukan? ABC 2011 dan ABFI 2013 tidak ubahnya sebuah modal awal bagi kiprah blogger menjelang Komunitas Asean 2015.

Menarik melihat agenda yang disajikan Asean Blogger pada ABFI 2013 apabila dikaitkan dengan peranan blogger dalam menyongsong Komunitas Asean 2015. Dalam agenda tersebut terdapat sesi pembagian kelas diskusi sesuai dengan spesialisasi blog atau minat blogger masing-masing; Travel blogging, Photo Blogging, Culinary Blogging, Freedom of Expression, dan lain-lain.  Ini bisa jadi bekal blogger untuk memberikan kontribusi pada Komunitas Asean 2015. Setiap sesi tersebut menggambarkan langkah nyata apa yang bisa blogger lakukan.

Langkah apa yang bisa kita lakukan untuk Komunitas Asean 2015? Mari kita menulis. Bukankah itu keahlian yang kita bisa?

Mari kita menulis tentang indahnya alam Indonesia, agar wisatawan mancanegara tidak hanya mengenal Bali saja. Potensi wisata alam Indonesia tidak semestinya mematok nama Bali saja di mata dunia, karena setiap sudut wilayah Indonesia memiliki keindahan yang sama. Mari kita menulis tentang lezatnya varian kuliner penuh cita rasa, agar Indonesia tidak dikenal dengan rendangnya saja. Tulislah uniknya seni dan budaya di setiap suku yang ada, agar mereka tahu Indonesia memiliki keragaman suku bangsa yang beragam indahnya. Tulis juga tentang batik, songket, anyaman, ulos, tenunan, kelom geulis, agar semakin banyak wisatawan dari negara tetangga yang menyerbu Tanah Abang, Pasar Baru, atau pusat grosiran lainnya di penjuru daerah. Semakin banyak wisatawan yang membaca informasi ini, dan pada akhirnya memutuskan untuk datang, bukankah kita sudah ikut membantu meningkatkan perekonomian (pilar ekonomi) dan pariwisata (pilar sosiokultural)? Jangan lupa, tulis juga tentang keramahan dan bersahabatnya masyarakat Indonesia agar mereka akan merasa aman dan juga nyaman berada di negara ini (pilar keamanan). Biarkan gaung tentang Indonesia menyerbu di dunia maya agar semakin membuka mata dunia tentang keberadaan Indonesia.

image from www.dreamstime.com
Blogger bisa melakukan itu. PASTI BISA! Saya teringat program bulanan yang dilakukan di Komunitas Blogger Tasikmalaya (KBT). Setiap bulan kita mengagendakan untuk menulis tentang tema yang sama. Cukup satu bulan sekali agar setiap anggota tidak merasa terbebani. Misalnya, bulan ini setiap anggota KBT diwajibkan menulis tentang ‘Bakso Tasikmalaya’. Dapat dipastikan dalam bulan tersebut akan ada puluhan tulisan tentang ‘Bakso Tasikmalaya’ dengan berbagai sudut pandang yang wara-wiri di internet. Bulan berikutnya kita menulis tentang ‘Alun-alun Tasikmalaya’, sehingga tulisan tentang ‘Alun-Alun Tasikmalaya’ pun akan banyak dijumpai pada bulan tersebut. Bulan berikutnya kita menulis tentang objek wisata lokal. Bayangkan kalau setiap komunitas blogger di Indonesia yang sedemikian banyaknya melakukan hal yang sama? Akan ada berapa banyak yang menulis tentang lokasi wisata di suatu daerah? Tulisan tentang kulinernya? Tentang sejarahnya? Budayanya? Bahkan informasi kedaerahan bisa naik lewat aksi tulisan para blogger. Peranan komunitas-komunitas blogger dalam posisi ini tentu akan lebih memaksimalkan apa yang ingin kita capat bersama.

Sekecil apapun kontribusi kita menghadapi Komunitas Asean 2015, akan sangat berarti daripada tidak melakukan apapun, bukan? Mari kita mulai dengan apa yang kita bisa, mulai dari sekarang. Tidak perlu menunggu orang lain selama kita bisa memulainya lebih dulu. Apabila setiap blogger memiliki pikiran yang sama, kita pun sudah bergerak bersama-sama pada akhirnya.

Mari kita buktikan bahwa blogger memang bisa berperan penting bagi Komunitas Asean 2015!

Komentar

Benny Rhamdani mengatakan…
jadi pengen ngebaso
Iwok mengatakan…
hahaha ... hayu Bhai :D
Haya Aliya Zaki mengatakan…
Kiprah blogger udah ga bisa dipandang sebelah mata lagi ya, mas Iwok. Walau kadang-kadang sedih rasanya pas diundang ke sebuah acara, blogger kastanya seolah-olah di bawah media cetak atau online. Wis, yang penting tetap semangat dan tetap ngeblog! ^_^
Iwok mengatakan…
Betul Mba Haya, seharusnya peranan blogger bisa sejajar dengan media lainnya karena sama-sama mewartakan untuk masyarakat luas. Hanya saja seringkali, beberapa pihak masih melihat brand media lebih dianggap ekslusif karena membawa bendera tertentu, sementara blogger personal nggak punya bendera apa pun. hehehe

Tetap semangaaat .. kita bisa! ^^

Postingan populer dari blog ini

Keajaiban Itu Ada; Bocil Sembuh dari Panleukopenia

Digitalisasi Usaha untuk Bertahan di Masa Pandemi

[Tips Menulis] Ketebalan Sebuah Naskah Novel?