Membangun Daerah Melalui Kuliner

“Jangan tanyakan apa yang negara ini berikan kepadamu, tapi tanyakan apa yang telah kamu berikan kepada negaramu.” ~ John F. Kennedy

Membangun daerah memang tidak mudah. Pemerintah tidak selalu harus jadi tumpuan dan jadi bulan-bulanan harapan. Kalau memang ada yang bisa kita lakukan, kenapa tidak? Sebuah kemajuan butuh  peran serta dari berbagai pihak, bahkan kita sebagai warga daerah biasa. Sekecil apapun hasil yang tercipta, setidaknya kita sudah berani berupaya. Daripada hanya duduk menunggu dan menuding kesalahan di sana-sini?

KWKT dalam event Karnaval HUT Kota Tasikmalaya ke 14 [Foto dok. KWKT]
Dan, itulah yang kami lakukan sejak 7 tahun lalu. Berawal dari beberapa orang yang peduli terhadap industri kuliner lokal, siapa sangka kalau anggotanya sekarang sudah puluhan ribu orang? Siapa sangka pula kalau sudah banyak penggiat kuliner yang merasa terbantu dengan kehadiran kami. Dan, siapa mengira kalau keberadaan kami sudah mencuri perhatian pemerintah daerah sehingga mengukuhkan kami sebagai salah satu Kompepar (Kelompok Penggerak Pariwisata) kota Tasikmalaya?
Penyerahan member KWKT kehormatan kepada Walikota Tasikmalaya [Foto dok. KWKT]
Komunitas Wisata Kuliner Tasikmalaya (KWKT) awalnya hanya sekelompok orang yang hobi jajan. Setiap saat hanya dijadwalkan berkumpul di lokasi kuliner yang berbeda, makan dan mengobrol dari satu tempat ke tempat lainnya. Intinya hanya satu, menjajal kuliner apa saja yang ditawarkan di kota ini. Tidak lebih, dan tidak berharap jauh. Mengenal beragam kuliner di tanah kelahiran sendiri tentu menyenangkan. Apalagi, kedatangan kami di setiap lokasi kuliner pasti disambut suka cita para penggiatnya. Kami bisa melihat senyum merekah mereka melihat kami datang. Pelanggan yang datang adalah sumber bertahannya usaha mereka.

Gathering para penggiat kuliner - program BIKUL [Foto dok. KWKT]
 Dari awal, memotret makanan adalah salah satu ritual wajib kami. Buat sebagian orang mungkin jadi hal menggelikan dan layak ditertawakan. Tapi, tahukah kalau hal sederhana ini memberi pengaruh yang sangat besar? Aktivitas tak lagi sekadar memotret makanan lalu menyantapnya sampai tandas. Terlebih, ada hal lain yang perlu kami sampaikan selanjutnya; menyebarkan foto tersebut ke sosial media. Nah, di sinilah semuanya bermula.

Talkshow kuliner di radio Martha FM [Foto dok. KWKT]
Media sosial adalah sarana komunikasi massa yang sangat potensial. Satu orang memposting sebuah jenis kuliner, puluhan, ratusan hingga ribuan orang langsung terjangkau. Tak heran setiap anggota KWKT diminta untuk aktif menyebarkan setiap foto jajanan yang disantap; nama jajanan/kuliner, lokasi, harga, dan juga informasi tambahan lainnya. Semakin banyak yang menyebarkan informasi, semakin banyak pula masyarakat yang mengetahui kuliner tersebut.


Jumkul - Jumat Kuliner, agenda mengunjungi lokasi kuliner berbeda setiap Jumat [Foto dok. KWKT]
Siapa yang diuntungkan? Penggiat atau pengusaha kuliner tersebut tentu saja. Semakin banyak yang menyebarkan informasi mengenai produknya, diharapkan memancing kepenasaran masyarakat untuk datang dan mencoba kuliner tersebut. Sebuah promosi gratis yang akan mendukung kelangsungan usaha mereka. 


Bapak Walikota bersama para penggiat kuliner KWKT dalam festival kuliner yang diselenggarakan Bank Indonesia [Foto dok. KWKT]

Lalu, apa yang didapat KWKT? KWKT adalah komunitas non profit yang anggotanya bergerak tanpa tekanan atau paksaan, tanpa batasan harus makan dan jajan di mana, di pinggir jalan atau café mentereng, pun harus jajan kapan dengan budget berapa. Menyebarkan informasi kuliner di media sosial hanyalah bentuk sebuah kepedulian.

“Barang siapa mempermudah rezeki orang lain, maka Allah juga akan mempermudah rezekinya dengan beragam bentuk dan jalan.”

Inilah moto dan pengingat yang selalu didengungkan Teguh Nugraha, pendiri sekaligus ketua umum KWKT. Langkah kami hanya berlandaskan keikhlasan. Dalam setiap prosesnya, KWKT tidak pernah berorientasi terhadap uang. Semua harus dilakukan dengan suka rela tapi penuh suka cita.


Program Berbagi Kopi dan cara menyeduh kopi dengan berbagai versi [Foto dok. KWKT]
Dalam perkembangannya, KWKT berkembang pesat. Berbagai media menjadi sarana kami melebarkan sayap dan berkarya. Sebuah grup di facebook menjadi ajang pertemuan antara pengusaha dan penikmat kuliner. Tidak kurang 62ribu orang sudah tergabung dalam grup ini. Interaksi yang berlangsung selama 24 jam tanpa henti menjadi sarana promosi potensial bari para penggiat. Anggota KWKT tidak hanya para penggiat kuliner, terlebih adalah para penikmat yang setiap saat membutuhkan informasi kuliner yang ada. Mereka datang dari profesi yang beragam; dari pelajar sampai dosen, dari dokter sampai PNS, dari pengusaha rumahan sampai pengusaha bergedung megah. Para penggiat kuliner bebas mempromosikan hidangannya tanpa harus memikirkan biaya promo. Semua disajikan gratis! KWKT hanya bertindak sebagai moderator yang mengawasi jalannya grup untuk kenyamanan bersama.

Bersama Kita Berbagi - Program sosial buka bersama bersama anak Panti Asuhan pada ramahan 1437 H [Foto dokpri]

 “Setiap kita menebar energi positif atau kebaikan, maka akan kembali kepada kita dalam bentuk kebaikan yang lain.”

Selain akun twitter yang sudah memiliki 9.152 follower dan lebih dari 21 ribu follower di instagram, KWKT juga hadir di sosial media path dan line. Sementara untuk website resmi, kami hadir di www.kulinertasik.com. Semua menjadi jembatan penyebar informasi seputar kuliner yang ada di Tasikmalaya.

Hanya itu saja kinerja KWKT? Tentu saja tidak. Sebagai Kompepar kota Tasikmalaya, kami merasa harus berbuat lebih tanpa meninggalkan nilai sosial yang sejak awal ditanamkan. Struktur kepengurusan internal diperkuat dengan membentuk divisi-divisi yang lebih luas dengan pengawakan yang lebih solid. Relawan ditambah dengan satu saja syarat yang harus dipenuhi; ingin memajukan industri kuliner di Tasikmalaya.

Rapat kerja pengurus KWKT untuk mematangkan program kegiatan [foto dok KWKT]
 Ya, KWKT semakin dilirik keberadaannya. Dalam setiap event festival kuliner, baik yang diselenggarakan pemerintah daerah maupun instansi dan swasta, kami selalu diundang hadir sebagai peserta. Talkshow tentang kuliner di 2 radio lokal rutin menjadi agenda mingguan, mengundang para penggiat kuliner yang sudah bergabung sebagai anggota KWKT. Begitu pula kerjasama dengan surat kabar lokal untuk mengisi rubrik kuliner mingguan yang setiap minggunya mengulas tentang kuliner yang ada di Tasikmalaya.

“Sebaik-baiknya orang adalah yang memberi manfaat bagi orang lain.”

Tasikmalaya bukanlah sebuah kota yang kaya akan destinasi wisata alam seperti kota lainnya. Banyak hal yang harus digali dan diangkat apabila ingin menjadi sorotan dan mendatangkan banyak wisatawan. Kalau kita tidak bisa bersaing dari sisi kekayaan wisata alam, mengapa tidak mengangkat sisi lainnya yang kita miliki? Setiap daerah diciptakan dengan keunggulan masing-masing, tinggal bagaimana kita mengolahnya sehingga dapat menonjol dan terlihat sebagai keunggulan yang layak untuk dijual.

Workshop Bahan Baku Sehat untuk para penggiat kuliner [Foto dok. KWKT]

Indeks daya saing pariwisata mencakup beberapa poin yang harus menjadi titik perhatian; lingkungan pendukung pariwisata, tata kelola pariwisata, infrastruktur pendukung pariwisata, dan potensi wisata alam dan buatan. Dan, apa yang bisa kami lakukan? Menciptakan potensi wisata buatan berupa deretan kuliner yang ada. Berangkat dari hal itu, salah satu visi kami kemudian tercanangkan, yaitu mewujudkan Tasikmalaya menjadi salah satu destinasi wisata kuliner tanah air. Kalau kota lain bisa, mengapa Tasikmalaya tidak?

 
Profile KWKT di channel Youtube

Sebagai sebuah komunitas independen, visi ini menjadi tujuan yang sangat berat. Tetapi, tidak ada yang tidak mungkin kalau tidak dicoba, bukan? Kami bisa mengejar visi ini dalam tahapan yang berkesinambungan. Tak heran, setiap divisi di KWKT kemudian menjabarkannya dalam agenda kegiatan yang dipecah ke dalam bentuk kegiatan rutin, insidental, creative project, big project, sehingga benang merahnya akan terus terbentang.

Beberapa kegiatan yang kami laksanakan, di antaranya;

  • Jumkul (Jumat Kuliner) adalah program dua mingguan berupa kunjungan ke lokasi-lokasi kuliner. Dua minggu sekali kami berkumpul di lokasi kuliner yang berbeda, bersilaturahmi dengan pemilik kuliner, sekaligus mengupas pengelolaan usaha lokasi tersebut. Agenda ini bisa diikuti oleh umum, tidak hanya member KWKT saja.
  • Bikul (Bina Kuliner) ditujukan khusus untuk anggota KWKT yang berprofesi sebagai penggiat/pengusaha kuliner. Biasanya acara ini mendatangkan tenaga-tenaga ahli di bidangnya, sehingga materi yang disampaikan akan menambah wawasan dan pengetahuan para penggiat usaha. Selain itu, KWKT membuka grup khusus online (whatsapp) untuk para anggota Bikul ini, sehingga mereka dapat konsultasi dan sharing setiap permasalahan yang ada setiap saat.
  • Rapat bulanan, merupakan agenda pertemuan khusus pengurus KWKT untuk membahas setiap program kerja yang sudah dan akan dilaksanakan.
  • Talkshow Kuliner mingguan di radio Martha dan Purnama. Setiap minggunya KWKT menunjuk penggiat kuliner yang akan menjadi nara sumber. Kegiatan ini menjadi promosi secara tidak langsung bagi penggiat tersebut. Biayanya? Gratis!
  • Festival kuliner yang dilaksanakan baik oleh pihak pemerintah maupun swasta. Salah satu agenda besar yang ingin diwujudkan adalah menciptakan festival kuliner sendiri dengan memberdayakan seluruh anggota yang terhimpun.
  • Lomba-lomba seputar kuliner. Selama ini kami sudah melaksanakan lomba makan bakso, lomba review kuliner, lomba foto kuliner, dan lain-lain.
  • Maksimalisasi setiap akun sosial media, baik di facebook, twitter, instagram, youtube, path, line, maupun website www.kulinertasik.com.
  • Penjualan merchandise KWKT (kaos, tumbler, keychain, stiker) yang keuntungannya digunakan untuk mendanai kegiatan-kegiatan KWKT.

Langkah besar selalu diawali dengan niat dan konsistensi. Kami berharap, apa yang kami lakukan akan memberi dampak positif bagi industri kuliner di Tasikmalaya. Menggapai visi tentu menjadi tujuan kami, tetapi menjadi partner bagi para penggiat kuliner sudah membuat kami senang. Apalagi, kami berusaha untuk tidak tebang pilih. Semua industri kuliner yang ada, baik industri rumahan yang hanya mengandalkan sistem Delivery Order (DO) maupun yang sudah memiliki lokasi tersendiri, sama-sama kami publikasikan.

Liputan Komunitas di Koran Kabar Priangan [Foto dok. KWKT}
"Grup Wisata Kuliner Tasik di facebook sangat membantu dalam mempromosikan produk saya. Dengan anggota sebanyak 63.000 orang membuat produk saya lebih mudah diketahui masyarakat luas. Saya juga bergabung dengan kegiatan Bikul (Bina Kuliner) untuk menjalin networking dan silaturahmi dengan penggiat kuliner lainnya. Apalagi, banyak ilmu yang kemudian saya peroleh dari kegiatan tersebut,” papar Tria, penggiat usaha Baso Abda yang berlokasi di jalan Letnan Harun no. 11 Tasikmalaya.

Aivi, pengusaha ‘Pepes Nasi Hj. Lilis’ berkomentar lain. “Yang pertama kali membuat saya tertarik untuk bergabung dengan KWKT adalah channel media sosialnya yang aktif. Puluhan ribu anggota (di facebook) merupakan lahan basah prospektus sebagai target pasar. Apalagi saya bisa melakukan promo setiap hari secara gratis. Terbukti dengan promosi melalui grup facebook KWKT, omzet saya bisa meningkat 2 kali lipat dengan cepat. Padahal, saya hanya mengandalkan penjualan melalui pemesanan langsung (delivery order) saja. Selain itu, KWKT juga menjalin kerjasama dengan pemerintah serta berbagai instansi dan dipercaya mengorganisir penggiat kuliner untuk mengisi event-event tertentu. Sebagai anggota KWKT, saya sangat terbantu sehingga bisa ikut terlibat dalam festival-festival kuliner seperti itu.  Di samping memberikan kemudahan promosi, KWKT juga memberikan kemudahan akses ilmu bisnis. Program Bikul-nya sangat membantu saya memperbesar dan mengelola usaha. Setiap anggotanya tidak pelit berbagi ilmu sehingga setiap permasalahan selalu diberikan solusinya.”

Daerah yang ingin berkembang memang membutuhkan banyak tangan. Pemerintah daerah dan masyarakat harus erat bergandengan karena dampak yang dihasilkan tentu saja untuk kebaikan bersama. Mulai dari apa yang bisa kita lakukan adalah langkah awal yang tentunya tidak bisa diabaikan. Seseorang yang melakukan berdasarkan minat dan bakat tentu akan memberikan hasil yang berbeda dibanding sesuatu yang dipaksakan.

Pengurus KWKT pada event Annivesary KWKT ke-7 [Foto dok. KWKT]


Kami dan KWKT bergerak di dunia kuliner karena di sinilah passion kami. Membantu para penggiat kuliner dan memudahkan para penikmat kuliner adalah sisi yang ingin kami raih. Inilah Inovasi Daerah yang bisa kami lakukan Untuk Indonesia. Semoga kami bisa menjadi sebuah Kabar Baik, tidak saja untuk Tasikmalaya, tetapi juga untuk Indonesia.[iwok]

Artikel ini diikutsertakan pada Kompetisi Menulis Blog Inovasi Daerahku - https://www.goodnewsfromindonesia.id/competition/inovasidaerahku

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Keajaiban Itu Ada; Bocil Sembuh dari Panleukopenia

Digitalisasi Usaha untuk Bertahan di Masa Pandemi

[Tips Menulis] Ketebalan Sebuah Naskah Novel?