[Percikan] Setangkai Mawar


Sitta menatap vas bunga di atas meja belajarnya tanpa berkedip. Setangkai mawar merah yang begitu segar dan merekah indah. Tidak biasanya memang ia menyimpan bunga hidup di dalam kamarnya, baru kali ini saja ia melakukannya. Tentu saja, karena mawar ini begitu istimewa dan harus ia simpan baik-baik.

Wangi mawar yang lembut terbawa semilir angin yang menerobos tirai jendela kamarnya. Hmmm... wanginya membuai Sitta, seakan ingin  mengajaknya melayang dalam lamunan indahnya.

Sitta tersenyum seraya meraih tangkai mawar itu, lalu mendekatkannya ke hidungnya. Wangi itu semakin tajam dan semakin membelainya dalam sejuta khayalan, lamunan tentang sosok cowok yang selama ini menghiasi mimpi-mimpinya. Ugh, dada Sitta seakan mau meledak saking senangnya.

Doni memberikan mawar itu tadi siang!

“Ini buat lo!” katanya gugup sebelum kemudian membalikkan lagi badannya dan berlari menjauh, meninggalkan Sitta yang hanya bisa terbelalak tak percaya.

Percaya nggak sih kalau Doni bisa seromantis itu? Doni yang urakan tapi cakep, Doni yang slengean tapi gagah, Doni yang terlihat kumal tapi tetep wangi, Doni yang…. Ah, Doni adalah sosok cowok yang tak pernah terbayangkan bisa seromantis ini. Memberikan bunga? Sitta mengira hanya cowok-cowok yang berambut licin, perpakaian rapi dan selalu menyenandungkan lagu-lagu mellow saja yang bisa melakukan perbuatan seromantis itu.

Doni kesambet setan mana, ya? Apa dia baru saja nonton ‘Breaking Dawn’ dan langsung ingin bergaya bak Edward Cullen memperlakukan Bella Swan? Perasaan nggak ada adegan Robert Pattinson ngasih bunga, deh!

Bodo ah, yang jelas ada mawar merah merekah di depan matanya saat ini, dan itu dari Doni! Terserah Doni mau terinspirasi berbuat romantis itu dari mana, yang penting Sitta merasakan mawar di dadanya merekah indah, seindah mawar yang ada di depannya.

Litta pasti ngiri kalau ia tahu Sitta menerima bunga itu dari Doni. PASTI! Saudari kembarnya itu tidak bisa disalahkan kalau memiliki pengharapan yang sama dari cowok itu. Siapa yang tidak kepincut sama Doni, sih? Cowok macho itu selalu jadi topik utama obrolan cewek-cewek satu sekolahan.

Dan sekarang Doni memberikan setangkai mawar untuknya! Untuk Sitta!

Sitta melirik geli ke arah tempat tidurnya yang sudah acak-acakan tidak keruan. Tempat tidurnya itu sudah jadi sasaran jungkir balik merayakan kegembiraan hatinya sepulang sekolah tadi.

Eh, Litta mana ya? Perasaan tidak kelihatan dari tadi? Masa sampai sesore ini belum pulang juga dari sekolah? Bubaran sekolah tadi mereka memang tidak barengan. Litta bilang mau latihan vocal group dulu. Ia memang ikut ekskul vocal, tapi masa sampai sesore ini? Duh, padahal Sitta tidak sabar ingin menyampaikan kabar gembira ini secepatnya!

TULILAT... TULALIT...

Ponselnya di atas meja tiba-tiba berbunyi. Sitta meraihnya dengan cepat. Bunyi itu menandakan ada SMS masuk ke ponselnya. Dari siapa ya?

DONI!

Sitta merasakan dadanya hampir meledak pecah! Doni mengiriminya SMS! Pasti mau nanya, “Senang nggak dengan bunganya?” dan Sitta sudah tahu harus menjawab apa: “Senang sekaliii, makasih ya atas perhatiannya.”

Dengan tangan bergetar, Sitta membaca isi SMS itu :

Sitta, maaf ya, gue kirain tadi elo itu Litta! Titip bunganya buat dia ya!

Belum hilang rasa kagetnya, ponselnya berbunyi lagi, menandakan ada SMS lain yang masuk.
SMS dari Litta!

Sit, lo tahu nggak gue sama siapa sekarang? DONI! Kita mau nonton sekarang. Bilangin Mami gue pulang telat ya?
Sitta melihat kelopak mawar itu gugur satu per satu.[]

Dimuat di Majalah Gadis edisi Desember 2012.
Mau kirim naskah Percikan ke Gadis juga? Baca cara-caranya di sini.

Komentar

Unknown mengatakan…
Bagus Bang...et ^_^

Makasih ya udah mau berbagi. Saya mau ngobrak-abrik yang lain juga lah ^_^
Iwok mengatakan…
ayo-ayo kirim juga ^^

Postingan populer dari blog ini

Keajaiban Itu Ada; Bocil Sembuh dari Panleukopenia

Digitalisasi Usaha untuk Bertahan di Masa Pandemi

[Tips Menulis] Ketebalan Sebuah Naskah Novel?