Topeng Monyet
Entah harus bilang apa : Animal harrasment atau kreativitas? Rombongan topeng monyet (2 musicians & 1 little monkey) yang jadi rutinitas mingguan lewat depan rumah (dan selalu di stop anakku untuk atraksi) malah membuat gw miris setiap kali melihatnya.
Seekor monyet kecil dengan rantai panjang mengikat erat pinggangnya, dipaksa untuk mempertunjukkan kebolehannya : lompat gelang, pakai payung, dorong gerobak, jumpalitan, dll. Apakah si monyet merasa terpaksa? gw sangat yakin ya. Beberapa kali si monyet kecil malang itu berusaha untuk menolak atraksi, dan si tuannya dengan kasar menarik rantainya, memaksanya menurut titah darinya. Oh my Godness, hal itu terjadi berulang2 dan selalu begitu setiap minggunya di depan mata gw (dan pasti setiap hari di setiap atraksinya). Dengan rantai erat di pinggangnya si monyet mungkin sudah pasrah akan nasibnya.
Dilain pihak, apakah ini kreativitas si empunya monyet? Dengan berat hati harus gw jawab ya. No matter where they got the monkey, tapi dijaman serba sulit seperti sekarang ini atraksi topeng monyet ini adalah pekerjaan yang halal. Daripada maling, rampok, atau ngemis?? Uang recehan yang dilempar anak-anak ke kaleng bekas susu yang disodorkan si monyet, atau lembaran ribuan lusuh kalo ada orang tua yang ikut tersentuh, mungkin
akan jadi sesuap nasi buat si tuan, tapi apakah si monyet akan mendapatkan suapan yang sama dan sepadan dengan keringatnya? Mudah-mudahan ya. Karena anak-anak dan kita tidak akan mau melihat dan membayar apabila si tuan yang jumpalitan, dorong gerobak, lompat gelang, dan tidak ada kehadiran monyet apapun disitu. Hmmm … Topeng manusia?
Seekor monyet kecil dengan rantai panjang mengikat erat pinggangnya, dipaksa untuk mempertunjukkan kebolehannya : lompat gelang, pakai payung, dorong gerobak, jumpalitan, dll. Apakah si monyet merasa terpaksa? gw sangat yakin ya. Beberapa kali si monyet kecil malang itu berusaha untuk menolak atraksi, dan si tuannya dengan kasar menarik rantainya, memaksanya menurut titah darinya. Oh my Godness, hal itu terjadi berulang2 dan selalu begitu setiap minggunya di depan mata gw (dan pasti setiap hari di setiap atraksinya). Dengan rantai erat di pinggangnya si monyet mungkin sudah pasrah akan nasibnya.
Dilain pihak, apakah ini kreativitas si empunya monyet? Dengan berat hati harus gw jawab ya. No matter where they got the monkey, tapi dijaman serba sulit seperti sekarang ini atraksi topeng monyet ini adalah pekerjaan yang halal. Daripada maling, rampok, atau ngemis?? Uang recehan yang dilempar anak-anak ke kaleng bekas susu yang disodorkan si monyet, atau lembaran ribuan lusuh kalo ada orang tua yang ikut tersentuh, mungkin
akan jadi sesuap nasi buat si tuan, tapi apakah si monyet akan mendapatkan suapan yang sama dan sepadan dengan keringatnya? Mudah-mudahan ya. Karena anak-anak dan kita tidak akan mau melihat dan membayar apabila si tuan yang jumpalitan, dorong gerobak, lompat gelang, dan tidak ada kehadiran monyet apapun disitu. Hmmm … Topeng manusia?
Komentar