[repost] Naskah yang Teristimewa

Sudah nggak bisa dipungkiri kalo hidup saya sudah mulai bergelut dengan berbagai naskah sekarang ini. Naskah yang sudah ditulis, naskah yang sedang ditulis, naskah pesanan, naskah eksperimen, dan naskah-naskah menggantung yang entah kapan ada mood untuk dilanjutkan. Memang sudah jalannya begitu kali ya, setiap hari harus selalu berurusan dengan penulisan naskah. Alhamdulillah ...

Ngomong-ngomong tentang kata NASKAH, ada sebuah naskah yang begitu istimewa. Bukan, ini bukan tentang setumpuk kertas berisi barisan-barisan kalimat yang berkesinambungan makna. Bukan pula tentang sebuah file berisi ratusan halaman. Ini tentang seseorang yang begitu istimewa. ini tentang NASKAH ALIMAH.

Tahukah  anda kalau Ibu saya bernama NASKAH? Entah apa maksud Kakek saya memberi nama Ibu saya seperti itu.

"Ah, Itu hanyalah sebuah nama," kilah Ibu saya ketika saya menanyakan kenapa diberikan nama seperti itu. Adakah arti khusus? Kakek menginginkan Ibu menjadi seorang jurnalis hebat pas besar nanti, misalnya. Ternyata tidak. It's just a name. Atau Kakek memang tidak sempat memberitahu arti khususnya?

Yang jelas, sosok  NASKAH yang ini adalah penyemangat dan penyubur bakat menulis saya sedari kecil. Ya, sedari kecil. Perjuangan Ibu saya mensupport kegiatan corat-coret saya sempat saya abadikan dalam buku TEGAR - Kekuatan dalam keterpurukan (kumpulan Cerita Mini Indosiar ) yang diterbitkan Elex Media Komputindo. Baca aja kalo penasaran dan pengen tahu kiprah iwok kecil di dunia penulisan. hehehe.

Sayang, almarhumah tidak sempat melihat hasil perjuangannya meminjam mesin tik ke sana kemari untuk saya. Bahkan ketika buku perdana saya terbit, beliau sudah berpulang.

Ketika saya sekarang semakin intens dalam pergulatan naskah (dan naskah, dan naskah, dan naskah lagi), saya merasa begitu nyaman.  Setiap naskah akan selalu mengingatkan saya terhadap seorang NASKAH. NASKAH yang teristimewa itu akan selalu dekat di hati saya. Saya selalu mengerjakan sebuah naskah untuk seorang NASKAH. Entah apa jadinya saya kalau tidak ada beliau (Ibu saya yang membentengi saya ketika almarhum Bapak [sempat] membenci apa yang saya kerjakan -mengurung diri hanya untuk menulis).

Saya akan selalu mempersembahkan naskah-naskah saya untuk seorang NASKAH ALIMAH, ibu saya.

"Lapor Mah, minggu ini sebuah naskah sudah saya selesaikan. Sudah dikirim pula tadi malam. Sebuah naskah sudah akan terbit awal bulan depan. Satu lagi sudah dijadwalkan terbit  tahun depan. Kita lihat, katanya cerpen saya pun akan nongol di majalah bulan depan. Sayangnya, satu naskah ditolak sebuah penerbit, Mah. Nggak papa, kan? Saya akan tulis yang lebih bagus lagi. Laporan selesai."


22 Desember 2010, Hari Ibu
ketika kerinduan itu mencuat kembali tiba-tiba.

Komentar

rafaqo mengatakan…
Sangat besar memang jasa para ibu....
Anonim mengatakan…
Terharu bacanya.

Postingan populer dari blog ini

Keajaiban Itu Ada; Bocil Sembuh dari Panleukopenia

Digitalisasi Usaha untuk Bertahan di Masa Pandemi

[Tips] Mengirimkan Naskah Novel ke Penerbit