Kepincut Dog's Love

Bismillahirrahmanirrahim

Hahahahaha…*ups!* hihihi….*sstt* kwkwkw…*tutup mulut.* hahahaha…*apaan sih?*
Alhamdulillah, akhirnya selesai juga gue baca buku ini. Bukan karena novel ini tuuuebel, juga bukan karena ennegh  hingga gak selera baca. Tapi emang waktu gue yang harus dibagi-bagi banget.

 ‘Dog’,  kata itu yang membuat gue tertarik banget sama buku ini. Udahan deh meskipun gak pakai kata ‘love’ gue juga tertarik kalau yang aroma binatang-binatang gitu. Gue gak bisa membayangkan isinya apa, tapi jelas ini bukan kayak fabelnya Beatrix potter.

Maka, Bismillah,mulai gue baca dari halaman ‘thanks!’ hahaha…baru baca kalimat pertama aja gue ikutan jejingkrakan, keingat sama note penulisnya bagaimana perjalanan buku ini. Sedep banget dah.

Glutuk…glutuk..brak! what? Suara apa tuh? Suara itu bersumber dari Pondok Jayalah Selalu (PJS) tempat kos kusus cowok-cowok. Dido sedang menghindari tatapan Wita (cewek yang diam-diam ditaksirnya) hingga dia terpeleset dan jatuh dari lantai dua, gelutukan di tangga, kepala membentur tiang dan brem! Dia sukses pingsang!

Berdarah-darah? No! Tapi otak Dido sedikit bergeser. Eit, jangan nebak amnesia lho! Tapi, oh Tuhan, so sweet deh bagi gue, karena ajaib, Dido malah jadi ngerti bahasa anjing. *gue jingkrak-jingkrak saking senengnya.(Lho?)

“Pada dasarnya setiap manusia bisa bicara dengan anjing, Bos,” kata Bleki, anjing kampung yang sering nongkrong di kosnya dan anjing pertama yang menyapanya. “Ada bagian kecil otak manusia yang kalau posisinya bergeser dikit bisa mengakibatkan manusia mengerti bahasa anjing. Geseran otaknya harus pas karena klo geserannya semakin jauh justru akan membuat manusia jadi gila!” *kalimat ini gue baca berulang kali, beneran gak ya ini? apa cuma imajinasi penulisnya? Dan kira-kira klo kepala gue kejedug tembok apa gue bisa bahasa kucing?*

Waduuh dari sini masalah datang, Bayu sahabat Dido menganggap Dido gila karena semakin hari makin mesra sama Bleki. Sampai dia nelpon ke bapak Dido di kampung. Parahnya bapak Dido malah menjawab yang membuat pembaca jadi ngikik terkikikkikiK deh. Apa? baca aja sendiri!

Parahnya lagi seisi kos mulai tahu kalau Dido gila, daaaan parahnya lagi *dari tadi parah2 mulu  ya gue nulisnya?*  Wita juga tahu kalau Dido yang sering titip salam ke dia lewat Bayu ternyata gila! WO-O-OWW! Dido jadi muntab alias otak mendidih gak terima, karena Dido justru memergoki Bayu makan malam berduaan dengan Wita!pagar makan tanaman!

Yup, bersama Bleki, Dido menyusun strategi mengejar sang pujaan hati. Apapun caranya dia harus menaklukkan Wita. Padahal Witanya sering keder sendiri tuh diincar cowok gila!

Asli ini novel yang membuat gue terkikik-kikik sendiri sepanjang halamannya. Sebenarnya klo ada waktu novel ini pasti habis sekali lahap deh. Dengan alur cepat dan kriuk-kriuk, vokus ke Dido, Bleki, Bayu dan Wita. *sayangnya karena waktu, gue butuh tiga tahap alias tiga hari. Tapi gak mengurangi kerenyahannyai sih.

Tapiiii…tenyata gue mendapat kejutan di ending novel ini. Setelah sepanjang perjalanan gue tertawa-tawa, gue gak nyangka kalau di halaman terakhir gue bener-bener netesin air mata. Serius, gue sampai mengulang membacanya dan tetep, gue nangis, Rek!

            Selamat buat pak Iwok, atas terbitnya Dog's Love. sukses membuat saya tertawa dan menangis pada akhirnya. Klo bahasa jawanya ‘bar ngguyu nangis’.

Dikutip dari Note FB-nya Eni Shabrina WS

Komentar

Anonim mengatakan…
abis tau kalau si wita punya rasa. Gabisa ngomong ama bleki jadi konsekuensinya, sedih banget

Postingan populer dari blog ini

Keajaiban Itu Ada; Bocil Sembuh dari Panleukopenia

Digitalisasi Usaha untuk Bertahan di Masa Pandemi

[Tips Menulis] Ketebalan Sebuah Naskah Novel?