The Nine Lessons - Kevin Alan Milne

Tidak salah kalau ada sebagian pria yang merasa lebih nyaman dengan status singel mereka ketimbang mengejar status pernikahan. Terlepas dari berbagai alasan yang tentu saja satu sama lain tidak akan sama, keputusan untuk menunda pernikahan banyak diambil para pria. Ketakutan akan tanggung jawab besar setelah menikah menjadi salah satu momok menakutkan bagi mereka. Bagaimana tidak, ada beban tambahan yang harus dipikirkan matang-matang; bagaimana dengan nasib istri dan anaknya kelak, apakah ia sanggup memberikan masa depan yang baik bagi mereka?

Permasalahan ini pula yang diangkat oleh Kevin Alan Milne dalam novelnya The Nine Lessons, terbitan Qanita. Hanya saja, yang menjadi sentral cerita ini bukan tentang seorang pria yang takut akan pernikahan, melainkan ketakutan terhadap kehadiran seorang anak!

Sejak awal pernikahan, Augusta Witte menolak untuk memiliki anak. Satu yang sangat mendasari penolakan kehadiran anak baginya adalah; Ia takut tidak bisa menjadi ayah yang baik! Bukan tanpa alasan kalau ia memikirkan hal tersebut, masa kecilnya tidaklah bahagia. London Witte, ayahnya, bukanlah seorang figur ayah yang baik. Dunianya hanya berkisar dari golf dan golf. Ia bahkan lupa kalau ada August kecil yang membutuhkan kasih sayangnya sepeninggal ibunya. Augusta tidak ingin kesalahan ayahnya terulang lagi pada dirinya apabila ia memiliki anak.

Ketika Erin, istri August, tiba-tiba mengandung di usia 7 tahun pernikahan mereka, August pun kalang kabut. Dalam kekalutannya, Ia melampiaskan kemarahannya terhadap London Witte yang dianggap sudah memberikan kesan buruk tentang sosok seorang ayah, sehingga membuatnya tak pernah ingin menjadi ayah.

Menarik sekali melibat bagaimana London Witte tetap konsisten dengan pandangannya terhadap golf. Golf adalah hidupnya. Dia memeras inti dari setiap permainan golf (dan manfaat lain dari sebuah kartu skor) untuk sebuah pelajaran yang sangat berharga. Dan pelajaran itulah yang ingin ia sampaikan kepada August, tentang kesalahan dan rahasia masa lalunya.

The Nine Lessons adalah sebuah drama keluarga yang menarik. Ditulis dengan sudut pandang seorang pria, kisah ini menjadi lebih fresh karena bisa memunculkan sosok pria seutuhnya yang biasanya luput diungkap detil dalam novel drama biasa. Meski terbalut dalam label drama romance, novel ini tidak lantas kehilangan kemaskulinannya, terbukti dengan dimasukkan olahraga golf sebagai latar belakang cerita.

Hidup ini tak selamanya lurus. Untuk menuju ke satu titik, terkadang kita harus melewati putaran dan arah yang berbelok-belok. Seperti halnya tagline dari judul novel ini; Sebuah novel tentang cinta, keluarga, dan kesempatan kedua, saya menggarisbawahi sebuah istilah dalam golf yang diucapkan oleh London;
Mulligan dalam kehidupan dapat terwujud dalam berbagai macam bentuk. Namun, kurasa mereka semua berakar pada satu sumber –memaafkan!” (hal. 231).

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Keajaiban Itu Ada; Bocil Sembuh dari Panleukopenia

Digitalisasi Usaha untuk Bertahan di Masa Pandemi

[Tips Menulis] Ketebalan Sebuah Naskah Novel?