[Review] Gokil Dad by Liza
Gokil habis! Seorang Iwok ketika menjadi bapak dikupas habis di sini. Cerita-ceritanya mengalir santai dan lugas, membuat saya berpikir jangan-jangan suami saya seperti Kang Iwok ya, secara keduanya sama-sama jaim.
Membaca tuturan-tuturan Kang Iwok tentang tegang dan berdarah-darah ketika harus menemani Iren, istrinya, melahirkan Abith (anak pertama mereka) membuat kita terbahak-bahak sekaligus terharu. Berdarah betulan! Kan habis itu lengan dicakar-cakar oleh istrinya.
Atau yang menceritakan tentang tumbuh kembang Abith ( lain kali cerita juga tentang Rayya ya, Kang), membuat saya teringat dengan si sulung yang kelakuannya sama persis dengan sulungnya kang Iwok. Menginspirasi saya untuk tidak jutek dan judes kepadanya kalau-kalau tindakannya dianggap memusingkan. Bapak sama Ibu cara menanganinya mungkin berbeda ya.
Kadangkala sebagai menantu bisa bandel juga sungguh menggelikan tetapi mengharukan ketika hubungan Ummi dan Iwok terlihat sangat dekat dan mengasyikkan.
Tapi Kang iwok juga menceritakan bahwa dia juga manusia biasa yang punya kekurangan dan kelebihan. Tidak sedang mengajari orang lain tentang bagaimana caranya menjadi ayah dan suami. Hanya menceritakan keadaannya, walaupun sering hiperbola dan teramat sangat narsis (sorry ya Kang). Bagaimana pun dia berusaha menjadi suami yang baik untuk Iren dan ayah yang baik untuk Abith dan Rayya. Walaupun kadang geli juga karena dengan lugas dan santai dia bilang tidak mengerti listrik dan mesin. Bagi dia itu bukan kekurangan, tapi bakat. (hihihi).
Saya sangat menikmati kisah-kisah Gokildad ini dan sangat berterima kasih karena menyegarkan persfektif saya tentang "beratnya" jadi suami dan bapak.
yang pasti buku ini wajib untuk para calon suami dan bapak, sehingga menjadi referensi bagaimana sih asyiknya jadi suami dan bapak dengan segala kekurangan dan kelebihan sehingga menyayangi anak dan istrinya dengan segala kelebihan dan kekurangan yang dimiliki mereka. Dan membuat istri tetap menghargainya, meski tahu banget suaminya takut lihat kuburan ya, Kang?
Membaca tuturan-tuturan Kang Iwok tentang tegang dan berdarah-darah ketika harus menemani Iren, istrinya, melahirkan Abith (anak pertama mereka) membuat kita terbahak-bahak sekaligus terharu. Berdarah betulan! Kan habis itu lengan dicakar-cakar oleh istrinya.
Atau yang menceritakan tentang tumbuh kembang Abith ( lain kali cerita juga tentang Rayya ya, Kang), membuat saya teringat dengan si sulung yang kelakuannya sama persis dengan sulungnya kang Iwok. Menginspirasi saya untuk tidak jutek dan judes kepadanya kalau-kalau tindakannya dianggap memusingkan. Bapak sama Ibu cara menanganinya mungkin berbeda ya.
Kadangkala sebagai menantu bisa bandel juga sungguh menggelikan tetapi mengharukan ketika hubungan Ummi dan Iwok terlihat sangat dekat dan mengasyikkan.
Tapi Kang iwok juga menceritakan bahwa dia juga manusia biasa yang punya kekurangan dan kelebihan. Tidak sedang mengajari orang lain tentang bagaimana caranya menjadi ayah dan suami. Hanya menceritakan keadaannya, walaupun sering hiperbola dan teramat sangat narsis (sorry ya Kang). Bagaimana pun dia berusaha menjadi suami yang baik untuk Iren dan ayah yang baik untuk Abith dan Rayya. Walaupun kadang geli juga karena dengan lugas dan santai dia bilang tidak mengerti listrik dan mesin. Bagi dia itu bukan kekurangan, tapi bakat. (hihihi).
Saya sangat menikmati kisah-kisah Gokildad ini dan sangat berterima kasih karena menyegarkan persfektif saya tentang "beratnya" jadi suami dan bapak.
yang pasti buku ini wajib untuk para calon suami dan bapak, sehingga menjadi referensi bagaimana sih asyiknya jadi suami dan bapak dengan segala kekurangan dan kelebihan sehingga menyayangi anak dan istrinya dengan segala kelebihan dan kekurangan yang dimiliki mereka. Dan membuat istri tetap menghargainya, meski tahu banget suaminya takut lihat kuburan ya, Kang?
Komentar