Victory Lane - Behind The Book

Jauh sebelum menulis cerita-cerita komedi atau cerita anak, saya lebih dulu fokus dan mencoba berkutat dalam penulisan cerita roman remaja—teenlit. Tidak ada alasan tertentu selain karena pikiran –saat itu—novel remaja sedang booming dan menjadi trend di dunia perbukuan tanah air. Ratusan judul teenlit merajai rak-rak toko buku. Pun, teman-teman penulis yang saya kenal saat itu hampir sebagian besar menulis teenlit. Tak heran kalau saya pun bergerak ke arah sana.

Saya pun kemudian rajin hunting ke toko buku, mencari dan membeli teenlit-teenlit menarik dan secara penjualan laku keras. Tak jarang saya meminta rekomendasi dari beberapa penulis lain tentang judul-judul yang secara kualitasnya keren dan dapat dijadikan rujukan penulisan. Puluhan novel kemudian bertumpuk.  Saya baca satu per satu, menikmati alur dan konflik ceritanya, menelaah gaya penulisannya, mencermati cara penyusunan setiap bagian di dalamnya.

Dan kemudian, mulailah saya menulis.

Victory Lane bukanlah teenlit roman pertama yang saya tulis. Sebelumnya saya pernah menulis dan menerbitkan ‘Lindaniel’. Tapi saat menulis Victory Lane ini saya benar-benar mencoba fokus. Saya yang tidak terbiasa dengan penyusunan plot maupun outline, kali ini benar-benar menyusun lebih detil. Dari awal saya sudah menyusun catatan tentang karakter tokoh yang akan bermain, alur yang terstuktur agar di tengah jalan tidak ada konflik-konflik yang bolong dan tidak terselesaikan. Cross conflict antar tokoh pun saya coba baurkan, sehingga antar tokoh memang ada hubungannya dan tidak asal nongol begitu  saja. Istilah kerennya saya menyusun mind mapping dulu kali ya? Bahkan sebelum saya mulai menulis, saya sudah bekerja keras untuk ini.

Seingat saya, Victory Lane saya tulis tahun 2007-2008, saat saya masih merangkak dalam rintisan karir di dunia penulisan. Tak heran kendala yang saya rasa begitu besar, khususnya dalam teknis penulisan. Yang saya miliki saat itu adalah semangat! Tak heran menulis Victory Lane, yang semula diberi judul 'Swimming for The Top' ini memakan waktu berbulan-bulan. Bahkan, kadang tersalip mengerjakan tulisan lain.

Nasib Victory Lane tidak semudah itu menembus penerbit. Sebuah penerbit besar di Jakarta mengembalikan naskah ini setelah sebelumnya mengantri berbulan-bulan. Berbulan-bulan kemudian, Sebuah penerbit di Jogja pun mengabarkan bahwa naskah ini tidak cocok dengan kriteria naskah yang mereka butuhkan. Oke, perjuangan masih harus  terus berjalan. Dalam hati saya selalu yakin, naskah ini tidak jelek. Hanya belum menemukan jodoh yang pas saja. 

Pada akhirnya, setahun berselang, sebuah penerbit di Jakarta memberikan approval terhadap naskah ini. Yaaay ... akhirnya. See? Penolakan pertama bukan akhir segalanya. Ditolak belum tentu karena naskah kita jelek, tapi karena ada faktor-faktor lainnya. Kalau kemudian setelah kita letih mencoba, dan setiap penerbit yang kita ajukan menolak, mungkin kita bisa membaca ulang apakah naskah kita memang tidak layak terbit sama sekali? Kalau baru sekali-dua kali, harapan itu masih tinggi lho.

Sayangnya, proses di penerbit ini ternyata tidak sesuai yang diharapkan. Proses editing sudah berjalan, kontrak kerjasama pun sudah ditandatangani. Tapi, naskah tidak juga kunjung diterbitkan. Sampai setahun berjalan dan belum ada konfirmasi kelanjutan terbit, saya pun berinisiatif untuk mengkonfirmasi. Dan ternyata, kondisi perusahaan mereka belum memungkinkan untuk melanjutkan ke proses terbit sampai batas waktu yang tidak ditentukan. Waks!

Saya bukan penulis yang harus memaksa buku saya terbit secepatnya. Tapi kalau statusnya tidak jelas seperti ini, ya susah juga. siapa menjamin lima tahun ke depan kondisi mereka belum stabil, apa saya juga harus menunggu selama itu? Dengan berat hati, saya akhirnya mengajukan penarikan naskah, dan diluluskan dengan baik oleh mereka. *maaaf ....* Dari sanalah akhirnya saya memindahkan naskah ini untuk melamar Elexmedia. Alhamdulillah ... gayung bersambut. Sebulan setelah kirim naskah, kabar approval pun saya terima tanggal 28 Februari 2011. Fyuuuh ... perjuangan ini akhirnya menemukan bendera finishnya. Victory Lane menemukan jodohnya.

Hari ini, 14 September 2011, akhirnya Victory Lane terbit. Semoga bisa disukai pembacanya. Amin.

Komentar

Lare Junbo mengatakan…
wah..pengen banget mengikuti jejak mas Iwok,punya karya-karya buku yg menarik...

apalagi diterbitkan penerbit besar..2karyaku cuma nimbrung di buku keroyokan alias antalogi..

salut..salut..^.^
salam kenal mas
Iwok mengatakan…
salam kenal juga Lare,
Saya juga awalnya sering ikut proyek antologi, tapi lambat laun berusaha menulis buku sendiri. dan ternyata bisa. Ayoo .. kamu juga bisa kok nulis buku solo. :)
Chris Oetoyo-blogspott mengatakan…
Selamat ya Wok, akhirnya kita satu atap lagi di penerbit yang sama setelah Mizan hehehe sukses selalu dan semoga akan terbit karya-karya yang lain lagi...
Iwok mengatakan…
@Chris - hahaha .. iya Bro, akhirnya bisa bareng satu atap lagi nih. Thanks ya atas rekomendasi Elex-nya. Kalo nggak gara2 novelmu yg 'Salah kirim SMS' itu, aku blom tentu kirim dan lolos di Elex nih.
Amiiiin ...semoga dirimu juga punya banyak waktu luang nulis lagi ya Chris. :D

Postingan populer dari blog ini

Keajaiban Itu Ada; Bocil Sembuh dari Panleukopenia

Digitalisasi Usaha untuk Bertahan di Masa Pandemi

[Tips Menulis] Ketebalan Sebuah Naskah Novel?