[Cerpen] Gelembung Sabun

GELEMBUNG SABUN
Iwok Abqary


     Lulu sedang bermain air sabun di dapur. Dia asyik sekali memerhatikan gelembung-gelembung sabun yang ditiup melalui sela-sela ibu jari dan telunjuknya yang dibuat membulat. Gelembung sabun yang ditiupnya itu membesar lalu perlahan terbang ke udara. Sebentar kemudian pecah. Air memercik dari pecahan gelembung itu.
     ”Horeeeee ...” Lulu berteriak girang. Gelembung sabun itu indah sekali. Warnanya mengilat dan penuh warna-warni seperti pelangi.
     Sekali lagi Lulu mencelupkan jari tangannya ke dalam air sabun. Kemudian meniupkan melalui jari-jari tangannya lagi. Dia ingin membuat gelembung sabun yang besar. Jadi, dia meniupnya dengan hati-hati agar gelembung itu tidak pecah.
     Gelembung yang ditiup Lulu mulai membesar. Dalam hati Lulu bersorak kegirangan. Dia tidak mengira kalau gelembung ini akan besar sekali. Lihat, besar gelembung ini bahkan mulai menyamai tinggi tubuhnya!
     ”Hmmm ... coba aku bisa masuk ke dalam gelembung ini, ya,” pikir Lulu dengan perasaan geli.
     BLEP.
     Tiba-tiba Lulu melihat tubuhnya sudah berada di dalam gelembung sabun itu. Wah, ajaib! Wajah Lulu berseri. Dia berada di dalam gelembung sabun sekarang.
     Gelembung sabun itu tiba-tiba mengawang.
     ”Aku terbang dalam gelembung!” pekik Lulu. Dia ingin melompat-lompat, tapi takut gelembung itu akan pecah. Telunjuknya mencoba menekan tepi gelembung itu dengan hati-hati. Eh, ternyata tidak pecah! Gelembung ini kuat sekali. Meskipun terbuat dari air sabun, tapi tidak rapuh.
     Gelembung sabun itu terbang berputar-putar di dapur, kemudian terbang ke luar melalui pintu yang terbuka. Gelembung beserta Lulu di dalamnya mulai mengapung. Lulu bisa melihat dia berada di atas rumahnya sekarang, lalu angin meniupnya ke arah barat.
     ”Lisaaaaaaa ...” teriak Lulu. Dia melihat Lisa sedang bermain sendirian di halaman rumahnya. Lisa celingukan. Dia merasa ada yang memanggilnya, tapi tidak terlihat ada seorang pun di dekatnya.
     ”Aku di atasmuuuuu!” teriak Lulu lagi.
     Kali ini Lisa mendongak. Wajahnya terlihat kaget melihat Lulu terbang dalam gelembung sabun.
     ”Luluuuu ... kamu kok bisa terbang?” teriak Lisa.
     Lulu baru mau menjawabnya, tapi angin sudah meniupkan gelembung itu semakin jauh dari rumah Lisa. Lulu hanya melambaikan tangannya dengan riang.
     Ternyata pemandangan dari atas begitu indah. Lulu bisa melihat rumah-rumah yang berjajar rapi, pepohonan yang menghijau, serta jalanan yang berkelok-kelok seperti ular yang merayap. Lulu juga bisa melihat sekolahnya dan lapangan sepakbola yang ada di dekatnya.
     ”Eh, itu Didit, Arif, dan teman-teman lainnya sedang bermain bola!” jerit Lulu. Dia mulai berteriak memanggil nama teman-temannya. Tapi gelembung sabun Lulu terbang jauh sekali di angkasa. Didit dan teman-temannya tidak dapat mendengar teriakan Lulu.
     Gelembung sabun itu semakin terbang tinggi. Ternyata angin yang ada di atas bertiup lebih kencang. Gelembung sabun itu melayang terbawa arus angin. Lulu mulai panik. Dia sudah terbang semakin jauh dari rumahnya. Gelembung sabun pun semakin mengangkasa dan tidak mau turun.
     ”Bagaimana aku bisa turun?” pikir Lulu cemas. “Kalau gelembung ini aku pecahkan, aku pasti terjatuh ke bawah sana. Dan rasanya pasti sakit sekali.”
     Lulu mulai kebingungan. Dia mulai merasakan tidak nyaman berada dalam gelembung sabunnya. Dia mulai menusuk-nusuk gelembung itu dengan kuat. Ternyata gelembung itu sekenyal karet dan tidak mau pecah.
     “Aku mau pulaaaaaaaang …” tangis Lulu. Dia memukul-mukul gelembung sabun itu dengan keras, berharap gelembung itu bocor dan menciut sehingga akan turun lagi ke bumi.
     “Toloooooooong ….!” Akhirnya Lulu berteriak sekuatnya.
     ”Lulu! Kamu kenapa?”
     Lulu tersentak. Dia memalingkan wajahnya, dan melihat wajah Mama.
     ”Mamaaaa, aku takut dibawa gelembung sabun!” tangisnya sambil memeluk Mamanya erat.
     Mama terkekeh geli. ”Kamu pasti melamun. Hayo, katanya mau membantu Mama mencuci piring, kok malah main air sabun?”
     Tiba-tiba Lulu tersadar. Dia melihat tangannya masih penuh dengan busa sabun. Dia pun baru ingat kalau tadi dia mengatakan ingin membantu Mama mencuci piring dan gelas yang kotor. Kok, malah main air sabun ya?
     Hihihi. Lulu jadi tersipu. Aduuuuh … gara-gara keasyikan main sabun, dia sampai melupakan tugasnya. Jadinya malah melamun kemana-mana. [IwokAbq.]

Dimuat di majalah Bravo tahun 2009

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Keajaiban Itu Ada; Bocil Sembuh dari Panleukopenia

Digitalisasi Usaha untuk Bertahan di Masa Pandemi

[Tips Menulis] Ketebalan Sebuah Naskah Novel?