Dibalik Keikutsertaan Lomba Menulis Cerpen Remaja (LMCR) 2011
Surprise! Sungguh sebuah kejutan saat menemukan nama saya dalam daftar pemenang Lomba Menulis Cerita Remaja (LMCR) 2011 Rohto-Mentholatum Golden Award, meski 'hanya' sebagai karya favorit. Bagaimana tidak, dua kali sudah saya mengikuti ajang lomba ini (tahun 2008 dan 2010), dan dua kali pula saya kalah telak. Jangankan jadi pemenang, masuk dalam karya favorit pilihan juri saja tidak. Karena dua kali kekalahan itu, rasa penasaran saya semakin menggunung, mengobarkan semangat juang tersendiri; "apa iya saya tidak bisa nembus kompetisi ini?"
Tidak seperti kompetisi lain, LMCR adalah sebuah ajang yang semakin hari semakin bergengsi. Kehadirannya setiap tahun ditunggu banyak penulis dan calon penulis baru untuk mengadu keberuntungan dalam karya. Bukan hanya karena menawarkan hadiah yang sangat menggiurkan, tapi prestise yang didapat kalau menang di sini pun cukup tinggi. LMCR adalah kompetisi nasional yang diikuti ribuan peserta dari seluruh Indonesia. Seperti yang disampaikan Ibu Naning Pranoto; "Sungguh tak pernah terbayangkan bahwa LMCR akan dibanjiri peserta. Kami punya catatan: LMCR Tahun I, pesertanya 3.502 judul, Tahun II meningkat 3.900 judul, Tahun III mulai melonjak berjumlah 4.510 judul. LMCR Tahun IV diikuti 5.498 judul, Tahun V meningkat lagi menjadi sebanyak 6.823 dan LMCR Tahun VI mencapai angka 8.000 judul."
Karena itu, 'hanya' menjadi salah satu karya favorit saja sudah merupakan pencapaian tinggi bagi saya. Bagi saya, ini sekaligus pembuktian diri kalau saya ternyata bisa menulis cerpen dengan bahasa literer (sastra). Selama ini tulisan-tulisan maupun buku-buku saya lebih cenderung ke gaya bahasa ngepop. Temanya pun tak pernah berat, yang easy reading saja. Entahlah, tapi saya memang seringkali kesulitan kalau harus menulis dengan gaya nyastra seperti itu. Mungkin karena gaya saya tidak di sana, sehingga saya lebih nyaman nulis dengan gaya yang saya kuasai saja.
LMCR memang mensyaratkan karya yang dilombakan adalah cerpen yang berbahasa literer. Dalam hal ini tidak hanya EYD yang diperhatikan, tapi juga penggunaan diksi dan juga pengolahan kalimat. Setidaknya itu pikiran saya. Berbekal kegagalan dua tahun sebelumnya, kali ini saya benar-benar ingin mendapat hasil yang lebih baik. Karena itu saya membaca karya-karya pemenang tahun-tahun sebelumnya di www.rayakultura.net, dan saya pelajari gaya penulisan mereka. Kebetulan cerpen-cerpen pemenang ditayangkan di sana. Berbekal 'bahasa literer' yang saya pelajari dari karya-karya itu, mulailah saya menulis. Tetap belum percaya diri, tapi setidaknya saya merasa gaya saya sudah mulai mendekati.
Deadline tinggal satu minggu lagi ketika saya akhirnya mengirimkan karya saya. Asli, saya tidak puas dengan cerpen itu. Banyak hal yang kurang dan bolong di sana-sini, bahkan dalam penilaian saya sendiri sebagai penulisnya. Tapi karena waktu yang sudah mepet, dan saya tidak ingin naskah saya tidak sampai ke tangan juri, kelemahan naskah itu harus saya telan bulat-bulat. Apalagi kalau harus saya revisi kembali, saya takut quota halaman akan semakin bertambah. Naskah saya sudah mentok di ujung akhir halaman 10, dan LMCR tidak mentolelir kelebihan halaman. Syarat lomba memang maksimal 10 halaman saja. Saya tidak mau didiskualifikasi hanya karena cerpen saya kelebihan halaman.
Alhamdulillah... 'Perempuan Terpasung Pagi' mendapat perhatian para juri, dan layak dijadikan karya favorit LMCR 2011. Semoga saya bisa berpatisipasi lagi dalam LMCR 2012 dan mendapatkan hasil yang lebih baik. Amin.
Hikmah apa yang saya peroleh dari postingan ini?
Hikmah apa yang saya peroleh dari postingan ini?
- Jangan katakan tidak bisa dulu sebelum kita mencoba. Saya memang awalnya merasa tidak yakin bisa menulis cerpen dengan bahasa literer, tapi saya ingin bisa. Kalau memang nanti saya akhirnya gagal dan benar-benar tidak bisa dan tidak nyaman menulis dengan gaya seperti ini, keputusan itu harus saya ambil setelah beberapa kali mencoba. Kalau memang ada peluang untuk menggali kemampuan di bidang/genre lain, kenapa tidak? Belajar itu adalah sebuah keharusan apabila kita benar-benar ingin maju, kan?
- Mempelajari karya-karya referensi atau karya pemenang tahun-tahun sebelumnya sangat-sangat membantu. Sebelum mulai menulis (dan bahkan pada saat proses menulis), saya paksakan membaca karya-karya pemenang LMCR tahun-tahun sebelumnya. Saya bongkar satu per satu, lalu baca dan cermati. Salut! karya-karya itu memang jempolan dan sangat layak menjadi pemenang. Rasa minder lumayan menyerang karena saya pesimis bisa sehebat itu. Tapi, berjuang harus tetap dilakukan, bukan? Kekalahan atau kemenangan hanya bisa terbukti kalau kita sudah berani maju. Menang syukur, kalah bisa coba kesempatan berikutnya. Untuk yang tertarik mengikuti LMCR 2012, bisa tuh baca-baca karya pemenang di www.rayakultura.net.
Komentar
Amiiin ... kita coba jajal lagi tahun depan. mulai nyari ide cerita unik dari sekarang. hehehe
besok kita semua berusahaa lagii naik peringkatt...*ngarep* :D
Amiiin .. mudah2an bisa naik peringkat jadi pemenang 1. hahaha *ngarep banget*
Terima kasih sudah mampir. salam kenal juga :)