[Laporan Perjalanan] Asean Blogger Conference - Part 2
Rabu, 16 November 2011. Masih pukul 7 pagi tapi cuaca di luar sudah panas. Hmm... otak saya mulai loading dan sadar kalau; "Hey ini WITA dan bukan WIB lagi!" Pantesan di luar jendela sudah begitu benderang. Saya mulai ke luar kamar dan melihat para peserta Asean Blogger Conference sudah rapi jali dengan kaos seragam yang dibagikan tadi malam. Huweeey... terlihat sekali kebersamaannya kalau sudah begini. Sayangnya bahan kaosnya terlalu tipis sehingga memaksa saya mengenakan kaos singlet sebagai daleman. Maklum, harus ada sesuatu yang menyamarkan perut buncit saya *elus-elus perut*. hehehe.
Ternyata di ruang makan sudah penuh peserta yang sedang
Sambil makan saya memperhatikan peserta lain yang sudah sangat rapi; bersepatu dan membawa ransel masing-masing. Sementara saya masih cuek bersandal dan melenggang kangkung tanpa bawaan apapun. Saya pikir, berangkat ke lokasi pasti nanti jam 8-an. Eh, tahunya pas baru makan sesuap dua suap, ada pengumuman mengejutkan dari panitia; "Yang sudah selesai makan, langsung menuju bus ya, kita berangkat sebentar lagi." Hiyaaaaa .... langsung ngibrit lah saya ke kamar, melupakan nasi kuning dan segelas kopi yang sudah tersaji. Doooh.... pagi itu saya tidak sarapan. Hiks.
Asean Blogger Conference berlokasi di Museum Pasifika di kawasan Nusa Dua. Twet-tweew... itu adalah lokasi yang sama dengan Asean Summit sodara-sodara. Jadi, silakan bayangkan kemacetan dan keriuhan yang terjadi di seputar arena. KTT Asean yang melibatkan para petinggi negara-negara ini tentu saja mendapatkan keamanan super ketat dari sekuriti. Petugas-petugas keamanan bersiaga hampir di seluruh sudut jalan. Daerah-daerah seputaran Nusa Dua mendapatkan sterilisasi yang sangat rapat. Bahkan kita yang sudah jelas-jelas akan melakukan konferensi di sana pun tidak bisa ngeloyor seenaknya. Terhitung beberapa kali bus yang kita tumpangi harus berbelok arah karena dialihkan menuju jalan alternatif lainnya. Meski akhirnya kita berhasil mencapai lokasi, perjalanan yang ditempuh tidak lantas menjadi mudah. Efek dari adanya KTT Asean ini mengakibatkan jalan-jalan di seputar Denpasar dan arah menuju Nusa Dua macet parah. Beberapa kali kita terjebak dalam antrian panjang kendaraan. *sabaar... sabaaaar..*
Setelah beberapa kali ke Bali, ini adalah kali pertama saya memasuki kawasan Nusa Dua. Kesannya? Wuooow... ekslusif banget. Wajar saja kalau banyak acara kenegaraan yang digelar di sana. Suasana dan viewnya keren! Saya takjub melihat hijau yang membentang di sepanjang jalan. Di tengah teriknya cuaca Bali, taman-taman hijau dan keriuhan pepohonan sepanjang jalan membuat pandangan menjadi adem. Nyeeess banget lihatnya. Asyiknya, Museum Pasifika ada di antara taman-taman hijau itu juga. Wiiiii... jadi pengen guling-guling di rumputnya. sayang saya terlalu pemalu untuk melaksanakan niat itu *halah, lagian ga ada kerjaan amat guling-guling di rumput!*
Peserta yang baru turun dari bis langsung digiring masuk kandang Museum, di mana panitia sudah standby untuk memulai acara. Dan dimulailah Asean Blogger Conference secara resmi. Gong! Gong! Gong!
Mas Iman Brotoseno selaku President of Asean Blogger Community Chapter Indonesia memulai konferensi dengan sambutannya. Banyak harapan yang tersirat dalam sambutan beliau, tentang pentingnya berbagi wawasan, pandangan, dan pengalaman di di kalangan blogger di kawasan Asean. Khususnya dalam rangka membentuk Asean Blogger Community nantinya. Kutipan pernyataan beliau saya ambil dari sini :
The main agenda of the 2-day meeting of the 1st ASEAN Blogger Conference, are among others, exchange of views and experience among ASEAN bloggers, including best practices in their respective countries, in taking advantage of the positive side of rapid development of the social media, and to reach all ASEAN people at the grass-root level and to involve them in the process of ASEAN community establishment.
ABC sendiri dibuka secara resmi oleh Bapak Tifatul Sembiring, Menkominfo, yang hadir dan membuat para peserta langsung bersemangat. Kehadiran beliau tentu saja menjadi suntikan tersendiri bagi peserta konferensi, mengingat hal ini bisa menunjukkan bahwa pemerintah Indonesia peduli dengan keberadaan bloggers.
“ASEAN Blogger Conference 2011 is expected to bring ASEAN closer to the community and to be a forum for brainstorming ideas about the implementation of the ASEAN Charter towards the establishment of ASEAN Community 2015,” Mr. Tifatul Sembiring said Wednesday. (dikutip dari sini)
Selanjutnya acara bergulir satu demi satu. Mr. Hazairi Pohan menyampaikan presentasinya yang mengambil tema “Implementation of the Asean Charter Toward Asean Community 2015 Advisor to Asean Blogger Community Chapter Indonesia”. Mantan Duta Besar Indonesia untuk Polandia dan sekarang bekerja di Kementrian Luar Negeri ini begitu peduli terhadap dunia blogging tanah air. Kehadirannya pada Asean Konferensi ini pun -sesuai pengakuannya- beliau tidak membawa jabatannya, melainkan selaku Penasihat Asean Blogger Chapter Indonesia sekaligus sebagai seorang blogger.
Sessi selanjutnya berturut-turut presentasi para peserta dari mancanegara yang hadir dalam konferensi ini, diantaranya perwakilan dari negara Phillipina, Laos, Vietnam, Thailand, Malaysia, Brunei, dan Kamboja. Perwakilan dari Singapura dan Myanmar tidak hadir dalam kesempatan ini. Semuanya memaparkan tentang dunia blogging dan social media di negara masing-masing. Hampir semua bercerita tentang kecenderungan socmed yang semakin menyerang dan mematahkan dominasi blogging di kalangan kaum muda di negara mereka. Satu yang paling ditonjolkan dari setiap komentar mereka; rasa salut mereka dengan jumlah bloggers di Indonesia. Perbandingan jumlah blogger di setiap negara, apabila dibandingkan dengan keberadaan blogger Indonesia sangat significant. Bahkan di Kamboja hanya tercatat seribu orang saja yang aktif ngeblog, berbeda jauh dengan jumlah blogger di Indonesia yang lebih dari lima juta orang! Sebenarnya, hal ini wajar terjadi mengingat jumlah penduduk Indonesia yang jauh lebih besar dibanding negara-negara Asean lainnya.
Mendengar pemaparan mereka tentang dunia blogging dan socmed di setiap negara Asean, ternyata kita seolah diajak bercermin, karena kondisinya tidak lah jauh berbeda. Banyak hal yang bisa menyatukan blogger-blogger Asean berdasarkan kesamaan-kesamaan tersebut pada akhirnya, sehingga tujuan akhir membentuk sebuah community untuk blogger Asean bukanlah sebuah hal yang mustahil.
Acara berlanjut pada bahasan dari Mas DonnyBU. Salah satu pentolan dari ICTwatch ini menyampaikan presentasinya dengan menyodorkan data-data statistik dunia blogging di tanah air. Misalnya platform yang masih menjadi mayoritas digunakan blogger Indonesia (blogspot, wordpress, blogdetik, kompasiana, dan dagdigdug), 5 kota dengan jumlah blogger terbanyak ternyata berada di pulau Jawa (Jakarta, Bandung, Surabaya, Yogyakarta), grafik usia blogger, ragam tema/bahasan blog-blog yang ada, sampai jumlah blogger Indonesia yang mencapai tidak kurang dari 5 juta orang dan tersebar dalam ratusan komunitas blog yang tercatat. Informasi ini tentu saja membuat semua peserta melek terhadap informasi data eksistensi blogger tanah air. Sebuah pemaparan data statistik dunia blogging yang menurut saya cukup lengkap dan hebat.
Menjelang break makan siang, Panitia segera memecah seluruh peserta menjadi 3 grup; A, B, C. Diskusi grup yang dimaksudkan untuk membahas poin-poin yang perlu dituangkan dalam Declaration of ASEAN Blogger Community. Masing-masing grup dipimpin oleh seorang leader yang bertugas untuk mengarahkan diskusi. Saya tergabung dalam grup C dengan leader Herman Saksono dan Sekretaris Nonadita. Hasil diskusi ini yang nantinya akan diplenokan pada sessi berikutnya untuk disusun sebagai deklarasi bersama.
Lepas break makan siang acara kembali dilanjutkan. Bahasan siang itu tidak kalah menarik dan cukup menyedot perhatian peserta. Tidak kurang dari Mike Orgil (Google Public policy Southeast Asia) yang membahas tentang The role online Social Media to increase ASEAN Public Awareness, Shinta Dhanuwardoyo (Founder of BUBU Digital Agency) tentang Start-Ups in Indonesia, dan Nukman Lutfie (blogger senior) mengupas tentang The Future of Social Media. Dipandu oleh Ahli IT, Onno W. Purbo, presentasi para pembicara dan tanya jawab dengan peserta berjalan cukup hidup dan segar. Catatan khusus untuk Pak Nukman yang bisa menyegarkan suasana di tengah rasa kantuk yang mulai menyerang peserta. Celetukan dan komentar-komentarnya yang lucu memancing tawa sehingga saya rasa ini adalah presentasi paling menarik sepanjang acara. Sebagai seorang netter sejati, Pak Nukman tidak lepas dari fenomena serbuan SocMed belakangan ini. Beliau mengaku sempat ikut larut dan terbius dengan kehadiran Facebook dan Twitter sehingga sempat melupakan blog. Blognya pernah terabaikan dan hanya 'sempat' posting sekali dalam satu bulan saja. Meski demikian, ada satu yang saya ingat persis ucapan beliau; Status facebook dan twitter pada akhirnya tidak bisa mewadahi ide-ide yang ada dalam kepala. Karena itulah beliau akhirnya kembali bergiat ngeblog, meski tetap tidak melepaskan diri dari SocMed yang ada. Setidaknya, perhatiannya terhadap blog dan SocMed lebih seimbang saat ini.
Siang semakin bergerak panas. Masih ada beberapa pembicara yang berurutan tampil, yaitu Pak Onno W. Purbo, Anggara Suwahyu dan Enda Nasution. Sayangnya, animo peserta sudah mulai berkurang. Kantuk mulai menyerang, ditambah rasa letih karena seharian harus duduk menyimak jalannya konferensi. Pendingin ruangan pun terasa tidak maksimal. Udara Nusa Dua yang terik dan gerah tidak bisa tertolong oleh dua mesin pendingin di ruangan, sehingga para peserta mulai sibuk mengipas-ngipas atau bergerak mencari lokasi yang lebih nyaman.
Overall, tanpa mengabaikan poin-poin positif yang bisa dipetik dari penyelenggaraan ASEAN Blogger Conference ini, dan tentu tanpa mengabaikan pula kerja keras seluruh panitia dalam menyelenggarakan kegiatan ini, ada beberapa masukan yang mungkin bisa jadi bahan pertimbangan penyelenggaraan event seperti ini selanjutnya. Maaf, bukan berarti sok tahu ya, tapi based on pengalaman aja kemarin ini. hehehe
Menjelang break makan siang, Panitia segera memecah seluruh peserta menjadi 3 grup; A, B, C. Diskusi grup yang dimaksudkan untuk membahas poin-poin yang perlu dituangkan dalam Declaration of ASEAN Blogger Community. Masing-masing grup dipimpin oleh seorang leader yang bertugas untuk mengarahkan diskusi. Saya tergabung dalam grup C dengan leader Herman Saksono dan Sekretaris Nonadita. Hasil diskusi ini yang nantinya akan diplenokan pada sessi berikutnya untuk disusun sebagai deklarasi bersama.
Lepas break makan siang acara kembali dilanjutkan. Bahasan siang itu tidak kalah menarik dan cukup menyedot perhatian peserta. Tidak kurang dari Mike Orgil (Google Public policy Southeast Asia) yang membahas tentang The role online Social Media to increase ASEAN Public Awareness, Shinta Dhanuwardoyo (Founder of BUBU Digital Agency) tentang Start-Ups in Indonesia, dan Nukman Lutfie (blogger senior) mengupas tentang The Future of Social Media. Dipandu oleh Ahli IT, Onno W. Purbo, presentasi para pembicara dan tanya jawab dengan peserta berjalan cukup hidup dan segar. Catatan khusus untuk Pak Nukman yang bisa menyegarkan suasana di tengah rasa kantuk yang mulai menyerang peserta. Celetukan dan komentar-komentarnya yang lucu memancing tawa sehingga saya rasa ini adalah presentasi paling menarik sepanjang acara. Sebagai seorang netter sejati, Pak Nukman tidak lepas dari fenomena serbuan SocMed belakangan ini. Beliau mengaku sempat ikut larut dan terbius dengan kehadiran Facebook dan Twitter sehingga sempat melupakan blog. Blognya pernah terabaikan dan hanya 'sempat' posting sekali dalam satu bulan saja. Meski demikian, ada satu yang saya ingat persis ucapan beliau; Status facebook dan twitter pada akhirnya tidak bisa mewadahi ide-ide yang ada dalam kepala. Karena itulah beliau akhirnya kembali bergiat ngeblog, meski tetap tidak melepaskan diri dari SocMed yang ada. Setidaknya, perhatiannya terhadap blog dan SocMed lebih seimbang saat ini.
Siang semakin bergerak panas. Masih ada beberapa pembicara yang berurutan tampil, yaitu Pak Onno W. Purbo, Anggara Suwahyu dan Enda Nasution. Sayangnya, animo peserta sudah mulai berkurang. Kantuk mulai menyerang, ditambah rasa letih karena seharian harus duduk menyimak jalannya konferensi. Pendingin ruangan pun terasa tidak maksimal. Udara Nusa Dua yang terik dan gerah tidak bisa tertolong oleh dua mesin pendingin di ruangan, sehingga para peserta mulai sibuk mengipas-ngipas atau bergerak mencari lokasi yang lebih nyaman.
Overall, tanpa mengabaikan poin-poin positif yang bisa dipetik dari penyelenggaraan ASEAN Blogger Conference ini, dan tentu tanpa mengabaikan pula kerja keras seluruh panitia dalam menyelenggarakan kegiatan ini, ada beberapa masukan yang mungkin bisa jadi bahan pertimbangan penyelenggaraan event seperti ini selanjutnya. Maaf, bukan berarti sok tahu ya, tapi based on pengalaman aja kemarin ini. hehehe
- ASEAN Blogger Conference memang sebuah event internasional sehingga wajar kalau rangkaian acara disampaikan dalam bahasa Inggris. Hanya saja, dengan mayoritas (90%) peserta yang berasal dari Indonesia, hal ini menjadi kendala yang tidak terbantahkan bagi mereka yang kurang menguasai bahasa Inggris. Tidak heran kalau terlihat banyak peserta yang hanya bisa melongo bingung saat mendengarkan presentasi dan juga saat harus terlibat dalam diskusi. Akhirnya banyak yang memilih untuk diam dan berusaha menyimak mati-matian. Secara berseloroh seorang peserta mengatakan; "Tidak ada subtitle-nya ya?" hehehe. Di sessi-sessi awal, penggunaan bahasa Inggris dalam presentasi terasa lebih pekat. Mungkin peran moderator di sini bisa lebih dimaksimalkan ya, sehingga moderator bisa merangkum setiap materi pembicara dalam bahasa Indonesia agar dapat dimengerti oleh peserta yang membutuhkan. Untungnya saat sessi siang, keadaan ini sudah lebih baik. Saat Pak Onno W. Purbo memoderatori Mike Orgil, Shinta Bubu, dan Pak Nukman, beliau bisa sebegai fasilitator sekaligus penerjemah dari setiap bahasan para pemateri. Sebenarnya, kalau pun bahasa pengantar dalam kegiatan ABC ini menggunakan bahasa Inggris tidak ada salahnya sama sekali, karena -sekali lagi- event-nya kan bertingkat internasional. Sayangnya, banyak undangan yang diterima oleh peserta yang penguasaan bahasa Inggrisnya tidak terlalu bagus, seperti saya! Akhirnya banyak planga-plongonya. hehehe.
- Tidak ada yang salah dengan ruangan Museum Pasifika yang dijadikan lokasi acara konferensi ini. Lokasinya cukup luas, lapang dan nyaman. Hanya saja, untuk konferensi full day seperti itu, duduk di kursi tanpa meja terasa melelahkan. Tidak ada sandaran untuk menyandarkan lengan atau sebagai alas menulis bahasan-bahasan penting yang perlu dicatat. Banyak peserta yang membawa laptop dan kerepotan sekali mengatur posisinya. Jangankan bisa mengetik cepat, menyeimbangkan laptop di pangkuan saja harus berulangkali. Banyak pula yang terlihat tidak nyaman saat harus mencatat pada notes di tangan masing-masing. Dengan duduk di belakang meja (atau setidaknya table-chair), saya pikir peserta akan lebih nyaman dan betah duduk untuk mengikuti rangkaian acara.
- Blogger adalah manusia gadget. Setiap gerak mereka tidak akan lepas dari berbagai gadget di tangan, entah itu laptop, Ipad/tablet, blackberry, atau Ponsel yang mengharuskan mereka harus selalu terkoneksi dengan internet. Terbukti dengan banyaknya twit, status facebook, atau bahkan postingan blog terbaru yang meluncur saat kegiatan berlangsung. Akibatnya baterai setiap gadget merosot tajam. Dampaknya? Banyak peserta yang kemudian meninggalkan lokasi hanya untuk mencari colokan! Dan sepanjang dinding museum pun akhirnya nongkrong manusia-manusia kabel (istilah yang tercetus saat itu) dengan gadget yang tersambung ke lubang colokan yang ada. Full! Sampai tidak ada colokan kosong yang tersisa. Melihat keadaan ini, sepertinya usulan penggunaan meja dan fasilitas sambungan listrik di setiap meja dapat meminimalisasi peserta yang meninggalkan acara.
- Diskusi kelompok adalah salah satu bagian penting dari acara ini. Sayangnya setiap grup harus mencari lokasi diskusi sendiri tanpa ada ruangan khusus yang sudah disediakan panitia. Untuk momen krusial seperti ini sangatlah penting berada di dalam sebuah ruangan yang representative. Meski saya termasuk peserta pasif dalam diskusi ini, tapi saya bisa melihat komunikasi antara leader grup dan peserta diskusi kurang berjalan lancar. Posisi duduk yang cukup berjauhan memungkinkan peserta juga tidak dapat menangkap setiap pembicaraan dari peserta yang posisi duduknya cukup jauh. Apalagi ngomongnya dalam bahasa Inggris, jadi susah nangkepnya (saya itu sih). hehehe.
Foto : Wisnu Dewobroto
Bagaimana pun, di balik adanya pro dan kontra deklarasi ASEAN Blogger Conference (deklarasinya bisa dibaca di blognya mas Iman di sini), banyak hal positif yang saya rasakan. Indahnya kebersamaan bloggers Indonesia, komunikasi yang mulai terjalin dengan blogger mancanegara, dan dipertemukannya saya dengan sahabat-sahabat maya; baik yang sudah kenal sebelumnya maupun yang sama sekali baru. Ini adalah langkah selanjutnya untuk semakin mengobarkan semangat diri untuk tetap eksis di blogosphere, maupun menularkan semangat bagi blogger-blogger lainnya. Sepulang dari ABC ini, niat saya untuk membangun komunitas blogger Tasikmalaya pun semakin kuat. Semoga dapat terealisasi sehingga kami dapat seperti komunitas blogger lainnya yang sudah ada.
Terima kasih banyak Panitia ABC yang sudah memberikan kesempatan bagi saya untuk mereguk banyak ilmu dalam kegiatan ini. Semoga ada kesempatan lain yang bisa melibatkan saya di dalamnya.
Salam Blogger!
Baca juga [Laporan Perjalanan] Asean Blogger Conference Bagian I
Komentar
cukup seru materinya. dan klo melihat sedikit saran dari Mas Iwok untuk fasilitas selama presentasi spt kudu dipertimbangkan kedepannya. apalagi ini tingkat internasional.
keep blogging ah!
Selalu ada kekurangan dan kelebihan dalam setiap penyelenggaraan acara. Yang penting nikmati saja kan? Apalagi acara spt ini positif banget nih.
@hani - saya nggak kepikiran ke sana, keburu gedubrakan takut ditinggal bisa. hehehe
@Didno - hehehe ... nulis novel dan laporan seperti ini punya kesulitan masing-masing. Tapi setidaknya memang kebiasaan nulis selama ini membantu sekali dalam penulisan laporan perjalanan ini. Terima kasih mas Didno sudah mampir, salam kenal kembali :)
catatan mas iwok bisa menjadi pelajaran penting untuk event yang akan diselenggarakan teman teman pada waktu mendatang :)
@Jarwadi - setuju, saya juga mengambil banyak manfaat dari event ini dan jadi salah satu pengalaman yang tidak akan terlupakan. Semoga dunia blogging tanah air makin eksis ya. terima kasih mas sudah berkunjung :)
Salam Asean Blogger!
Main k blog Ane ya gan
Klik 4information y gan :)
Komentar di tunggu sobat
Jangan lupa follow jga :) ( follow back )
Salam blogger
Kalau kekurangan dan kelebihan suatu acara, pasti selalu ada di event apapun. Yang penting, saya bisa menikmati seluruh rangkaian acara dan fasilitas yang diberikan ABC kemarin itu. salam buat seluruh panitia ya Mas :)