Cherrybelle VS Iko Uwais
Gara-gara parkir depan 21 sebelum masuk Plaza Asia, Abith dan Rayya mergokin poster 'Love is U' di jadwal tayang 21 saat ini. Hasilnya bisa ditebak, mereka pengen nonton film Cherrybelle! Hiyaaaa.... asli ini mah nggak bakalan brenti merengek sampe keinginan mereka terlaksana. Mayday!
"Iya, Ayah pada nonton aja. Ibu mau nyari celana jeans item."
Weks, enak aja! Ogah ah. Akhirnya dengan setengah paksa, digeretlah Abith dan Rayya menuju tujuan semula; belanja bulanan. Meski wajah Abith jadi mutung, gue tetep keukeuh; nggak nonton Cherrybelle. Besok lagi aja, biar gue bisa mikir dulu bagaimana menyelamatkan diri dari kondisi ini. Wkwkwk... pas beres belanja dan balik lagi ke parkiran, dua anak itu mulai meraung-raung lagi karena tuh poster kelihatan lagi. Rayya bahkan sampai ngamuk-ngamuk nggak mau pulang. Darah Chibi mereka langsung menggelora dan demo seketika; "Kami ingin nonton! Berilah kami kesempatan!" *iya, lebay banget sih* Setelah dijanjikan besok siang aja nontonnya, akhirnya mereka mau juga digiring pulang. Fyuuuh.
Semalaman gue mikir, gimana ya dengan besok? Jujur aja gue nggak mau nonton film Chibi. Apalagi tadi lihat di sebelah poster Love is U ada posternya The Raid! Huwaaa.... gue mendingan nonton itu dah. Beneran. Gaung kehebatan Iko Uwais sudah menggema di mana-mana, dan gue udah nunggu-nunggu filmnya tayang di sini. Pas sekarang udah tayang, masa sekarang gue malah milih Cherrybelle? Yang kebayang gue cowok bangkotan sendiri nanti di dalam bioskop, rendengan sama bocah-bocah cilik yang sering rajin nangkupin tangan di dagu.
Gue SMS ponakan gue yang udah SMP dan SMA, maksudnya mau nggak besok nitip anak gue buat nonton bareng? Eh, ternyata mereka nggak bisa karena besok bapaknya mau ultah dan ada acara makan-makan di rumahnya. Iren juga kayaknya ogah banget nemenin anak-anak karena udah bulet pengen keliling mall nyari celana jeans. Halah. Begimana dooong?
Kayaknya gue harus pasrah. Yasutralah kalau ternyata gue harus jadi Twiboy siang itu. latihan dulu yel-yelnya ah; Chibi-chibi-chibi-hah-hah-haaahh!*tutup idung*
Tapi siang itu sebelum berangkat ternyata ada keajaiban datang. Iren mau nemenin Abith dan Rayya. Horeeee.... lagian kan emang sudah seharusnya emak-emak nemenin anaknya ya? Mungkin Iren malu juga kalau status fesbuk, twitter, dan BBM gue bakalan tertulis; "Lagi nonton film Cherrybelle dong. Hyuk mareee...." Hehehe
"Siiip... biar tiketnya Ayah yang bayar," kata gue.
"Loh, memang tadinya juga begitu kan?"
Hihihi. Dan gue pun bebas merdeka. Apalagi Abith dan Rayya asyik-asyik aja gue bakal menghilang sementara. Di pikiran mereka cuma satu; yang penting nonton Cherrybelle! Dan gue pun akhirnya ngacir ke Studio sebelah dengan gempita. Huhuuy. Gue pun akhirnya batal jadi Twiboy. Selameeet.
Dan bagaimana dengan film The Raid sendiri? Ini film action yang asyik! Wajar banget kalau banyak review positif buat film besutan Garreth Huw Evans ini. Koreografi pertarungannya bikin nggak bisa napas. Layaknya film-film laga yang dipenuhi adegan perkelahian, tokoh yang berantemnya susah banget buat mati. Padahal udah digebuk sana-sini, dibanting sini-situ, ditembak, ditusuk, eh masih aja ngelawan. Hehehe. Tapi justru itu lah keunggulan dari film ini. Kalau nggak begitu kayaknya memang nggak bakalan asyik. Di beberapa bagian tampak sekali kesadisan yang ditampilkan. Asli sadis dan keras, sampai beberapa kali pula gue harus merem atau ngangkat kaki (loh?). Jangan coba-coba deh bawa anak di bawah umur nonton film ini. Bahayaaa.
Dari segi cerita sih tidak terlalu banyak yang ditawarkan. Plotnya singkat banget, tentang penyerbuan tim SWAT ke sebuah apartemen kumuh untuk menciduk gembong narkoba. Akting pemainnya (kecuali Ray Sahetapi yang cool banget) masih terlihat kaku semua. Tapi abaikan cerita dan unsur akting para pemainnya, karena pada saat pertarungan berlangsung aksi mereka akan begitu mempesona. Ini memang film laga dimana peran aksinya lebih ditonjolkan daripada ceritanya. Asyiklah, bangga banget ada film Indonesia yang bisa membetot perhatian dan pujian dunia.[]
"Iya, Ayah pada nonton aja. Ibu mau nyari celana jeans item."
Weks, enak aja! Ogah ah. Akhirnya dengan setengah paksa, digeretlah Abith dan Rayya menuju tujuan semula; belanja bulanan. Meski wajah Abith jadi mutung, gue tetep keukeuh; nggak nonton Cherrybelle. Besok lagi aja, biar gue bisa mikir dulu bagaimana menyelamatkan diri dari kondisi ini. Wkwkwk... pas beres belanja dan balik lagi ke parkiran, dua anak itu mulai meraung-raung lagi karena tuh poster kelihatan lagi. Rayya bahkan sampai ngamuk-ngamuk nggak mau pulang. Darah Chibi mereka langsung menggelora dan demo seketika; "Kami ingin nonton! Berilah kami kesempatan!" *iya, lebay banget sih* Setelah dijanjikan besok siang aja nontonnya, akhirnya mereka mau juga digiring pulang. Fyuuuh.
Semalaman gue mikir, gimana ya dengan besok? Jujur aja gue nggak mau nonton film Chibi. Apalagi tadi lihat di sebelah poster Love is U ada posternya The Raid! Huwaaa.... gue mendingan nonton itu dah. Beneran. Gaung kehebatan Iko Uwais sudah menggema di mana-mana, dan gue udah nunggu-nunggu filmnya tayang di sini. Pas sekarang udah tayang, masa sekarang gue malah milih Cherrybelle? Yang kebayang gue cowok bangkotan sendiri nanti di dalam bioskop, rendengan sama bocah-bocah cilik yang sering rajin nangkupin tangan di dagu.
Gue SMS ponakan gue yang udah SMP dan SMA, maksudnya mau nggak besok nitip anak gue buat nonton bareng? Eh, ternyata mereka nggak bisa karena besok bapaknya mau ultah dan ada acara makan-makan di rumahnya. Iren juga kayaknya ogah banget nemenin anak-anak karena udah bulet pengen keliling mall nyari celana jeans. Halah. Begimana dooong?
Kayaknya gue harus pasrah. Yasutralah kalau ternyata gue harus jadi Twiboy siang itu. latihan dulu yel-yelnya ah; Chibi-chibi-chibi-hah-hah-haaahh!*tutup idung*
Tapi siang itu sebelum berangkat ternyata ada keajaiban datang. Iren mau nemenin Abith dan Rayya. Horeeee.... lagian kan emang sudah seharusnya emak-emak nemenin anaknya ya? Mungkin Iren malu juga kalau status fesbuk, twitter, dan BBM gue bakalan tertulis; "Lagi nonton film Cherrybelle dong. Hyuk mareee...." Hehehe
"Siiip... biar tiketnya Ayah yang bayar," kata gue.
"Loh, memang tadinya juga begitu kan?"
Hihihi. Dan gue pun bebas merdeka. Apalagi Abith dan Rayya asyik-asyik aja gue bakal menghilang sementara. Di pikiran mereka cuma satu; yang penting nonton Cherrybelle! Dan gue pun akhirnya ngacir ke Studio sebelah dengan gempita. Huhuuy. Gue pun akhirnya batal jadi Twiboy. Selameeet.
Dan bagaimana dengan film The Raid sendiri? Ini film action yang asyik! Wajar banget kalau banyak review positif buat film besutan Garreth Huw Evans ini. Koreografi pertarungannya bikin nggak bisa napas. Layaknya film-film laga yang dipenuhi adegan perkelahian, tokoh yang berantemnya susah banget buat mati. Padahal udah digebuk sana-sini, dibanting sini-situ, ditembak, ditusuk, eh masih aja ngelawan. Hehehe. Tapi justru itu lah keunggulan dari film ini. Kalau nggak begitu kayaknya memang nggak bakalan asyik. Di beberapa bagian tampak sekali kesadisan yang ditampilkan. Asli sadis dan keras, sampai beberapa kali pula gue harus merem atau ngangkat kaki (loh?). Jangan coba-coba deh bawa anak di bawah umur nonton film ini. Bahayaaa.
Dari segi cerita sih tidak terlalu banyak yang ditawarkan. Plotnya singkat banget, tentang penyerbuan tim SWAT ke sebuah apartemen kumuh untuk menciduk gembong narkoba. Akting pemainnya (kecuali Ray Sahetapi yang cool banget) masih terlihat kaku semua. Tapi abaikan cerita dan unsur akting para pemainnya, karena pada saat pertarungan berlangsung aksi mereka akan begitu mempesona. Ini memang film laga dimana peran aksinya lebih ditonjolkan daripada ceritanya. Asyiklah, bangga banget ada film Indonesia yang bisa membetot perhatian dan pujian dunia.[]
Komentar
aminnn.... :)