Pesta Awug - Gathering Forum Penulis Bacaan Anak
Sebenarnya saya sudah agak-agak ciut berangkat ke Pesta Awug ini. Gimana enggak, semalam sebelumnya arus jalan Tasik menuju Bandung macet parah. Akibatnya selama 8 jam antrean kendaraan diam manis tak bergerak. Cihuy banget, kan? Bukan hanya karena minggu ini adalah akhir masa liburan sehingga semua pelancong berbondong-bondong pulang ke kandang tempat asal, tapi juga banyak perantau yang sengaja pulang kampung untuk mengikuti acara munggahan bareng keluarganya menjelang ramadhan minggu depan. Dan yang bikin arus lalin menjadi tak terkendali adalah adanya truk TravoPLN yang menggelinding sepanjang jalan dari Bandung menuju Tasik. You know lah gimana truk segede gaban itu harus berjalan. Iya bener, NGESOT! Apalagi jalanan dari Bandung - Tasik itu asoy banget medannya; udah jalanan sempit, melingker-lingker, trus turun naik dengan indahnya. Akhirnya, semua kendaraan pun harus pasrah menerima nasibnya.
Nah, mengingat info yang saya dapat malam itu dari korban kejadian, semakin jiperlah saya untuk maksa pergi ke Bandung. Gimana kalau macet ternyata masih berlangsung rubber-set? Gimana kalau saya malah mendapatkan macet tambahan lebih dari 8 jam? Gimana kalau pas nyampe di Mizan acaranya sudah bubar? Gimana kalau pas nyampe sana makanan sudah habis? *geplak* Saya pun tidur tidak tenang malam itu *halah*
Tapi the show must go on. Setengah 6 pagi saya sudah meluncur ke terminal bis. Demi awug, segala rintangan harus diterjang. Ciyaaaaat .... dan ternyata, macet masih berlangsung bo! Hiks ... tadinya saya mikir kemacetan tadi malam sudah terurai dan pagi-pagi kendaraan sudah melenggang bebas. Tapi ternyata setelah TravoPLN menyingkir, kali ini giliran sebuah truk pengangkut kabel yang nyangkut di Tanjakan Gentong, malang melintang dengan riangnya di tengah jalan. Oh tidaaaaaak ..... jam 9 aja masih di wilayah Tasik, mau kapan nyampe bandungnya?
Sebenernya saya udah niat mau turun dari bis terus balik kanan grak. Nggak bakalan bener kalau diterusin, pikir saya. Tapi ternyata dari arah berlawanan pun nggak ada bis yang lewat. Lah, terus pulangnya naik apa? Jalan kaki berpuluh kilometer? Idih, kasihan dong kaki saya yang imut ini. Akhirnya dengan pasrah saya pun bobo *weleh*. Eh, eh, ternyata bis mulai jalan, mesti tetep ngesot dengan gemulai. Ngesot dikit, terus brenti, terus ngesot lagi. Gapapalah, yang penting bisa jalan. Mudah-mudahan habis ngesot bisa ngacir lagi dan nyampe cinambo sebelum jam 12, biar saya nggak kehabisan makanan. *cetuk!*
Lepas Malangbong, kemacetan pun terurai. Kudaku pun lari dengan kencang. Hiyaaaa ... tuk-tik-tak-tik-tuk. Tarik Maaaaaang ....
Pukul setengah 12, akhirnya saya tiba di Mizan dengan selamat, dan makanan pun ternyata masih tersaji utuh *Plaaakk*. Fyuuuuh ... *elus-elus perut* Ternyata di lokasi sudah sangat rame. Ya iyalaah ... yang lain nggak pada telat kok. Kontingen dari Jakarta kabarnya banyak yang telat juga akibat terhambat beberapa kecelakaan di jalan tol, tapi tetep tidak setelat kontingen dari Tasik. Ya sudahlah, yang penting saya sudah nyampe. Horeeeee .....
Pesta Awug memang gelaran istimewa yang diusung FPBA - Forum Penulis Bacaan Anak. Sudah sejak jauh hari event ini disebar dan menimbulkan respon yang luar biasa dari anggotanya. Ada yang girang karena mau ikutan, ada yang sedih karena kejauhan dan ga bisa datang, ada juga yang biasa aja. hehehe. Yang jelas, Pesta Awug selalu jadi trending topic di grup FPBA.
Oya, Pesta Awug adalah sebuah acara gathering buat seluruh member FPBA yang diisi dengan gelaran beberapa mini workshop di dalamnya. Kenapa dinamakan Pesta Awug? Ya, karena makanan bernama awug ini begitu fenomenal di kalangan Pabers. Awug adalah sejenis penganan tradisional Jawa Barat (di daerah lain juga ada tapi dengan bentuk dan nama yang berbeda) yang terbuat dari tepung beras yang dikukus bersama gula merah, lalu disajikan dengan taburan serutan kelapa. Rasanya manis, kenyal dan gurih. Penganan ini sudah jadi semacam makanan wajib di dunia Paberland. Sejak dihadirkan saat gathering ke-2 di Salam Book House Bandung, nama Awug tiba-tiba meroket luar biasa dan kemudian menjadi menu wajib di setiap acara FPBA.
Kali ini AWUG kembali disematkan oleh FPBA bukan karena membernya pada doyan makan (itu juga sih sebenernya. hehehe), tapi karena AWUG merupakan singkatan dari Acitya Wiyasa Udyana Gunem, yang artinya Pengetahuan Membangun Taman Kata. Singkatan ini diambil dari bahasa Sangskerta dan dirumuskan oleh Mba Ary Nilandari, salah seorang Moderator di FPBA.
Kantor Mizan jadi lautan Pabers siang itu. Ya, ya, ya, lebay sih, tapi memang begitulah kenyataannya. Di setiap sudut kantor Mizan akan selalu ditemukan Pabers. Begitu masuk, saya langsung dihadapkan oleh sejumlah Pabers yang lagi gelutukan di lantai. O-ow, ada apakah ini? Ternyata mereka adalah peserta kelas workshop editing yang sedang dipandu oleh Uni Eva Nukman dan Kang Dadan Ramadhan. Karena pesertanya yang membludak, akhirnya lantai dasar kantor Mizan disulap jadi ruang workshop dengan suasana serius tapi santai. Jadi yang mau duduk di kursi mangga, yang mau gelutukan di karpet juga silakan. Yang penting materinya asyik punya dong, cuy!
Di ruang meeting, lantai 2, digelar kelas workshop menembus media asuhan Kak Chris Oetoyo dan Kak Veronica dari Majalah Bobo. Dua nama yang sudah malang melintang di jagat media majalah anak-anak tanah air. Siapa yang nggak ngiler kan mendengar bocoran dan tips mereka tentang mendobrak pintu-pintu media untuk karya kita?
Di gedung samping, ada dua kelas workshop lagi, yaitu kelas Ilustrasi bersama Kak Giant Sugianto dan Kak Evelyn. Udah tahu dong kalau dua nama itu adalah jajaran ilustrator cerita anak yang keren punya? Dan satu kelas lagi adalah workshop Menembus Penerbit yang sedianya akan diasuh Kak Tethy Ezokanzo dan Kak Imran Laha (penerbit Ufuk Kecil). Berhubung Kak Imrannya masih terjebak macet dan nyasar di rimba kota Bandung, akhirnya Kak Tethy yang menghandle kelas dari awal sampai akhir. *applause*
Eits, jangan lupakan ruangan kecil yang agak tersembunyi di bagian depan. Di sana ada Mba Ary Nilandari yang sedang memimpin sepasukan Pabers untuk bungkus-bungkus doorprize. Saya sempat bengong melihat segunung buku yang sedang dibungkus-bungkus untuk dibagikan. Serius, segunung! Huwaaaa ... kenapa nggak buat saya ajaaaaa? *dikeroyok*
FPBA memang berusaha tidak main-main dengan setiap gelaran yang diadakan. Terbukti seluruh moderatornya ikut hadir untuk mensupport seluruh kegiatan. Ada Mas Ali Muakhir, Bhai Benny Rhamdani, Bunda Peri Ary Nilandari, Mas Giant Sugianto, Mas Sokat Rahman, Mba Ratih Soe, Kang Dadan Ramadhan, dan .... SAYA! Hehehe. Formasi cukup lengkap nih, mengingat dua moderator lagi terpisahkan jarak dan waktu. Yang jelas, Beby Haryanti Dewi di Aceh, dan Erlina Ayu di Makassar pasti sedang nangis darah pas berlangsungnya acara ini. Hihihi ... lebay lagi.
Jam dua belas lewat, kelas workshop harus disudahi. Pasti banyak yang kurang puas karena pastinya masih banyak pertanyaan yang harus diungkapkan. Tenang, biarkan sisanya untuk materi bahasan pas ngumpul-ngumpul lagi. Yang jelas, semua digiring ke lantai tiga untuk solat zuhur bersama. Saya dan beberapa Paberman sempat nongkrong di balkon sambil nunggu antrian wudhu. Ternyata anginnya kuenceng banget ya di situ. Brrrr ....
Makaaaan ... setelah solat apalagi yang ditunggu selain membantai seluruh hidangan yang ada? Ah, begini nih asyiknya kalau ngumpul sama Paberwati, nggak bakalan kelaparan! Suwer dah, saya sampai bingung lihat jejeran makanan di meja. Sambil celingak-celinguk, saya mulai milih-milih mana yang akan dimakan duluan dan mana yang akan dibungkus. *Hus!* Coba ya, segala macam makanan ada. Mulai dari cilok sampai siomay. Dari mendoan sampe tahu sumedang. Ketan serundeng sampe lupis. Jeruk, stroberi, melon sampe semangka. Spagheti sampe bala-bala. Es yogurt sampe segala jenis keripik. Huwaaa .... ini beneran pesta. Sikaaaat .... dan bisa ditebak, akhirnya saya kalap. :p
Mulut-mulut masih terlihat masih penuh saat duo MC naik ke panggung. Mba Wylvera dan Mami Ina Inong hadir ceria dengan nuansa ungu, meminta perhatian agar pandangan segera dialihkan ke panggung dan bukan ke meja makanan. Hehehe ... acara selanjutnya mau dimulai soalnya. Apalagi kalau sesi Gathering FPBA. Acara pembuka adalah sambutan dari Mas Ali, selaku founder FPBA didampingi oleh Om Djokolelono sebagai sesepuh. Hihihi ... ampun Om. Di sini Mas Ali menyampaikan ucapan terima kasih kepada seluruh Pabers karena eksistensi FPBA dan kegiatannya ternyata mendapatkan penghargaan dari Jakarta Book Fair dan mendapatkan penghargaan sebagai salah satu komunitas penggiat buku terbaik tahun 2012. Alhamdulillah ...
Acara selanjutnya adalah sambutan dari Mas Andy Yudha selaku salah satu
pembina FPBA. Lho, Mas Andy kan ada di Belgia? Halah, sekarang kan zaman
teknologi, you know. Orangnya ada di mana kan nggak ribet lagi. Terbukti Mas
Andy mengirimkan video sambutannya yang direkam di salah satu monumen
kemerdekaan negara Belgia. Yang seru, sambutan Mas Andy didampingi oleh Mio, sosok
kucing ciptaan beliau yang karakternya sudah melekat banget bagi pembaca buku
anak-anak. Wiiih ... ternyata Mio ikut ke Belgia juga toh.
Dan, saatnya mendatangkan ... AWUG! Sebuah tampah berisi gunungan awug dan teman-temannya segera dihadirkan ke tengah panggung. Tim13, moderator FPBA, pun diundang naik panggung untuk melaksanakan pemotongan gunung awug sebagai simbol Gathering dan Pesta Awug akan dimulai. Bhai Benny memotong awug pertama dan diserahkan kepada Om Djokolelono yang sudah ikut mensupport FPBA selama ini. Mas Ali memotong awug kedua, dan menyerahkan kepada Erna Fitrini, salah satu Paber yang sudah menunjukkan perkembangan luar biasa dengan karya-karyanya sejak bergabung di Paberland. Mba Ary memotong awug ketiga, dan menyerahkan kepada para illustrator (diwakili Evelyn), partner kerja hebat bagi para penulis. Tanpa goresan keren para illustrator, cerita yang ditulis tidak akan seindah seperti yang biasa kita lihat sekarang. --- beberapa waktu kemudian setelah pemotongan simbolis usai, saya memotong gunungan awug ini, dan menyerahkannya kepada .... saya sendiri. Maaf, saya masih lapaaaaar*
Dan keriuhan pun mulai menggila. Duo MC mulai bagi-bagi doorprize dan membuat massa menjerit-jerit. Oke, ini lebay juga. Tapi tentang bagi-bagi doorprizenya beneran lho. Semua mupeng, semua tunjuk tangan, nggak peduli jawabannya nanti bener apa nggak. Pokoknya ngacung dulu! Mba Ary kemudian memimpin lomba menulis cerita berima sepanjang 12 baris dengan waktu 15 menit saja. Wiiih seru.
Fashion show adalah ajang berikutnya. Kali ini semua Pabers yang hadir HARUS ikutan. Bhai Benny sudah memegang absensi soalnya, jadi semua bakalan dipanggil (kecuali juri dong. Uhuuuy). Sebagai alat peraga, peserta harus membawa sebuah buku dan mempromosikan buku itu pada penonton. Yang gayanya paling cihuy, dapat hadiah boneka dari Pelangi Mizan. Sebagai contoh, Bhai Benny memperagakan berjalan di catwalk sambil memeragakan bukunya. Beda lah kalau mantan model, gayanya cihuy banget nih, bikin calon peserta langsung pada minder. Eh minder? Nggak juga ding, malahan gayanya lebih gokil dan bikin ngakak jungkir balik. Sebagai juri yang harus memutuskan lima model terbaik, saya dan mas Sokat sampe berantem di ruang meeting (boong deng). Akhirnya terpilih deh 5 orang yang berhasil membawa pulang sebuah boneka paus biru yang lucu dan imutseperti saya,
yaitu Achi-TM, Syifa Kamila, Giant Sugianto, Irfan Hasuki, dan Haya Aliya.
Acara belum usai sampai di sana. Doorprize masih menumpuk danterpaksa harus dibagi-bagi. Akhirnya kuis dadakan pun digelar sampai titik darah penghabisan. Meski gagal mendapatkan buku-buku set-box yang menggiurkan (Halo Balita, My First Alquran, dll), akhirnya saya berhasil menebak pertanyaan Bhai Benny untuk pertanyaan : "Apa judul buku Dee Lestari yang terakhir?" Sebagai hadiahnya, saya berhak mendapatkan buku BIG NATE. Eh? Huwaaa ... itu kan saya sudah punya. Lah, saya yang ngendorse buku itu di covernya kok. Hiks ... akhirnya setelah mengancam Achi-TM, akhirnya dia mau juga barter novelnya, terbitan Bentang Belia. Asyiiiik.
Doorprize masih setumpuk. Panitia kembali mencari siasat lain untuk membagikan hadiah. Pertama adalah, setiap anak kecil yang datang dikasih sebuah buku! Huwaaa ... tahu gitu saya bawa rombongan dari rumah. Lumayan kalau bawa dua anak saya, plus 5 ponakan, saya bisa dapat 7 buku. Terus, setiap kelas workshop dipilih peserta tercantik. Eh, salah ding, terbaik! Masih ada lagi? Masiiiih .... Pak Bambang Trim malah membawa segembolan buku yang sengaja dibagi satu orang satu. Wiiiiih .... Jangan heran kalau setiap peserta pulang-pulang bawa gembolan buku. Kurang baik apa sih kita? *digebukin*
Belajar sudah, makan sudah, bagi-bagi buku sudah, cekakak-cekikik sudah, foto-foto apalagi, akhirnya tiba saat yang mengharukan. Pulang. Hiks ... kenapa waktu cepat berlalu? *mulai deh lebay lagi*. Jam 4 sore lewat, seluruh acara tuntas sudah. Diakhiri foto bersama di halaman Mizan, satu per satu Pabers undur diri. Kalau datangnya banyak yang masing-masing, kali ini jadi berkelompok-kelompok. Yang ini ikut rombongan ini, yang itu ikut rombongan itu. Yang ke Jakarta, Cimahi, Depok, Bekasi, dan lain-lain. Semua ke arah barat semua, sampe akhirnya saya bengong sendiri. Hiyaaa ... yang arah timur saya sendiri. Nebeng siapa dong? Saya celingukan. Semua kendaraan sudah keluar gerbang Mizan dan saya cengo sendiri di halaman. Hiks ... saya merasa jadi anak tiri yang terbuang *sinetron banget dah*. Sampai kemudian mata saya berbinar, ahay ... saya nebeng dia saja! Kang Rama baru keluar kantor Mizan dan saya lari menghampiri.
"Lho, kang Iwok belum pulang? Mau nginep di sini?" tanya Kang Rama kaget.
"Saya tersesat kang, bisa nggak kalau anterin saya pulang? Hiks ... saya takuuuut ..." jawab saya akting.
Ya, ya, itu dialog imajiner aja sih. Aslinya sih nggak gitu kaleee. Aslinya saya langsung ngomong; "Kang boleh nebeng ke Cibiru? ke Pool Bis Budiman!"
Kang Rama yang ditodong begitu tentu saja nggak bisa nolak, soalnya kalo nolak saya bisa mogok nggak mau kirim naskah ke Mizan lagi. Eh, malah saya yang rugi dong ya? Hihihi ... Mungkin karena kasihan saya celingukan sendiri di Mizan, akhirnya diangkutlah saya. Horeeee .... Selamaaat.
Selamat? Pikiran saya langsung horor; Apakah jalanan menuju Tasik masih dilanda kemacetan seperti tadi pagi? APakah justru malam minggu seperti ini kemacetan biasanya akan makin menggila? Huwaaaaa ..... *kelojotan*[]
Catatan :
Sebagian foto hasil nyulik dari koleksi/jepretan Raatje Maritje
Nah, mengingat info yang saya dapat malam itu dari korban kejadian, semakin jiperlah saya untuk maksa pergi ke Bandung. Gimana kalau macet ternyata masih berlangsung rubber-set? Gimana kalau saya malah mendapatkan macet tambahan lebih dari 8 jam? Gimana kalau pas nyampe di Mizan acaranya sudah bubar? Gimana kalau pas nyampe sana makanan sudah habis? *geplak* Saya pun tidur tidak tenang malam itu *halah*
Tapi the show must go on. Setengah 6 pagi saya sudah meluncur ke terminal bis. Demi awug, segala rintangan harus diterjang. Ciyaaaaat .... dan ternyata, macet masih berlangsung bo! Hiks ... tadinya saya mikir kemacetan tadi malam sudah terurai dan pagi-pagi kendaraan sudah melenggang bebas. Tapi ternyata setelah TravoPLN menyingkir, kali ini giliran sebuah truk pengangkut kabel yang nyangkut di Tanjakan Gentong, malang melintang dengan riangnya di tengah jalan. Oh tidaaaaaak ..... jam 9 aja masih di wilayah Tasik, mau kapan nyampe bandungnya?
Sebenernya saya udah niat mau turun dari bis terus balik kanan grak. Nggak bakalan bener kalau diterusin, pikir saya. Tapi ternyata dari arah berlawanan pun nggak ada bis yang lewat. Lah, terus pulangnya naik apa? Jalan kaki berpuluh kilometer? Idih, kasihan dong kaki saya yang imut ini. Akhirnya dengan pasrah saya pun bobo *weleh*. Eh, eh, ternyata bis mulai jalan, mesti tetep ngesot dengan gemulai. Ngesot dikit, terus brenti, terus ngesot lagi. Gapapalah, yang penting bisa jalan. Mudah-mudahan habis ngesot bisa ngacir lagi dan nyampe cinambo sebelum jam 12, biar saya nggak kehabisan makanan. *cetuk!*
Lepas Malangbong, kemacetan pun terurai. Kudaku pun lari dengan kencang. Hiyaaaa ... tuk-tik-tak-tik-tuk. Tarik Maaaaaang ....
Pukul setengah 12, akhirnya saya tiba di Mizan dengan selamat, dan makanan pun ternyata masih tersaji utuh *Plaaakk*. Fyuuuuh ... *elus-elus perut* Ternyata di lokasi sudah sangat rame. Ya iyalaah ... yang lain nggak pada telat kok. Kontingen dari Jakarta kabarnya banyak yang telat juga akibat terhambat beberapa kecelakaan di jalan tol, tapi tetep tidak setelat kontingen dari Tasik. Ya sudahlah, yang penting saya sudah nyampe. Horeeeee .....
Pesta Awug memang gelaran istimewa yang diusung FPBA - Forum Penulis Bacaan Anak. Sudah sejak jauh hari event ini disebar dan menimbulkan respon yang luar biasa dari anggotanya. Ada yang girang karena mau ikutan, ada yang sedih karena kejauhan dan ga bisa datang, ada juga yang biasa aja. hehehe. Yang jelas, Pesta Awug selalu jadi trending topic di grup FPBA.
Oya, Pesta Awug adalah sebuah acara gathering buat seluruh member FPBA yang diisi dengan gelaran beberapa mini workshop di dalamnya. Kenapa dinamakan Pesta Awug? Ya, karena makanan bernama awug ini begitu fenomenal di kalangan Pabers. Awug adalah sejenis penganan tradisional Jawa Barat (di daerah lain juga ada tapi dengan bentuk dan nama yang berbeda) yang terbuat dari tepung beras yang dikukus bersama gula merah, lalu disajikan dengan taburan serutan kelapa. Rasanya manis, kenyal dan gurih. Penganan ini sudah jadi semacam makanan wajib di dunia Paberland. Sejak dihadirkan saat gathering ke-2 di Salam Book House Bandung, nama Awug tiba-tiba meroket luar biasa dan kemudian menjadi menu wajib di setiap acara FPBA.
Kali ini AWUG kembali disematkan oleh FPBA bukan karena membernya pada doyan makan (itu juga sih sebenernya. hehehe), tapi karena AWUG merupakan singkatan dari Acitya Wiyasa Udyana Gunem, yang artinya Pengetahuan Membangun Taman Kata. Singkatan ini diambil dari bahasa Sangskerta dan dirumuskan oleh Mba Ary Nilandari, salah seorang Moderator di FPBA.
Kantor Mizan jadi lautan Pabers siang itu. Ya, ya, ya, lebay sih, tapi memang begitulah kenyataannya. Di setiap sudut kantor Mizan akan selalu ditemukan Pabers. Begitu masuk, saya langsung dihadapkan oleh sejumlah Pabers yang lagi gelutukan di lantai. O-ow, ada apakah ini? Ternyata mereka adalah peserta kelas workshop editing yang sedang dipandu oleh Uni Eva Nukman dan Kang Dadan Ramadhan. Karena pesertanya yang membludak, akhirnya lantai dasar kantor Mizan disulap jadi ruang workshop dengan suasana serius tapi santai. Jadi yang mau duduk di kursi mangga, yang mau gelutukan di karpet juga silakan. Yang penting materinya asyik punya dong, cuy!
Di ruang meeting, lantai 2, digelar kelas workshop menembus media asuhan Kak Chris Oetoyo dan Kak Veronica dari Majalah Bobo. Dua nama yang sudah malang melintang di jagat media majalah anak-anak tanah air. Siapa yang nggak ngiler kan mendengar bocoran dan tips mereka tentang mendobrak pintu-pintu media untuk karya kita?
Di gedung samping, ada dua kelas workshop lagi, yaitu kelas Ilustrasi bersama Kak Giant Sugianto dan Kak Evelyn. Udah tahu dong kalau dua nama itu adalah jajaran ilustrator cerita anak yang keren punya? Dan satu kelas lagi adalah workshop Menembus Penerbit yang sedianya akan diasuh Kak Tethy Ezokanzo dan Kak Imran Laha (penerbit Ufuk Kecil). Berhubung Kak Imrannya masih terjebak macet dan nyasar di rimba kota Bandung, akhirnya Kak Tethy yang menghandle kelas dari awal sampai akhir. *applause*
Eits, jangan lupakan ruangan kecil yang agak tersembunyi di bagian depan. Di sana ada Mba Ary Nilandari yang sedang memimpin sepasukan Pabers untuk bungkus-bungkus doorprize. Saya sempat bengong melihat segunung buku yang sedang dibungkus-bungkus untuk dibagikan. Serius, segunung! Huwaaaa ... kenapa nggak buat saya ajaaaaa? *dikeroyok*
FPBA memang berusaha tidak main-main dengan setiap gelaran yang diadakan. Terbukti seluruh moderatornya ikut hadir untuk mensupport seluruh kegiatan. Ada Mas Ali Muakhir, Bhai Benny Rhamdani, Bunda Peri Ary Nilandari, Mas Giant Sugianto, Mas Sokat Rahman, Mba Ratih Soe, Kang Dadan Ramadhan, dan .... SAYA! Hehehe. Formasi cukup lengkap nih, mengingat dua moderator lagi terpisahkan jarak dan waktu. Yang jelas, Beby Haryanti Dewi di Aceh, dan Erlina Ayu di Makassar pasti sedang nangis darah pas berlangsungnya acara ini. Hihihi ... lebay lagi.
Jam dua belas lewat, kelas workshop harus disudahi. Pasti banyak yang kurang puas karena pastinya masih banyak pertanyaan yang harus diungkapkan. Tenang, biarkan sisanya untuk materi bahasan pas ngumpul-ngumpul lagi. Yang jelas, semua digiring ke lantai tiga untuk solat zuhur bersama. Saya dan beberapa Paberman sempat nongkrong di balkon sambil nunggu antrian wudhu. Ternyata anginnya kuenceng banget ya di situ. Brrrr ....
Makaaaan ... setelah solat apalagi yang ditunggu selain membantai seluruh hidangan yang ada? Ah, begini nih asyiknya kalau ngumpul sama Paberwati, nggak bakalan kelaparan! Suwer dah, saya sampai bingung lihat jejeran makanan di meja. Sambil celingak-celinguk, saya mulai milih-milih mana yang akan dimakan duluan dan mana yang akan dibungkus. *Hus!* Coba ya, segala macam makanan ada. Mulai dari cilok sampai siomay. Dari mendoan sampe tahu sumedang. Ketan serundeng sampe lupis. Jeruk, stroberi, melon sampe semangka. Spagheti sampe bala-bala. Es yogurt sampe segala jenis keripik. Huwaaa .... ini beneran pesta. Sikaaaat .... dan bisa ditebak, akhirnya saya kalap. :p
Mulut-mulut masih terlihat masih penuh saat duo MC naik ke panggung. Mba Wylvera dan Mami Ina Inong hadir ceria dengan nuansa ungu, meminta perhatian agar pandangan segera dialihkan ke panggung dan bukan ke meja makanan. Hehehe ... acara selanjutnya mau dimulai soalnya. Apalagi kalau sesi Gathering FPBA. Acara pembuka adalah sambutan dari Mas Ali, selaku founder FPBA didampingi oleh Om Djokolelono sebagai sesepuh. Hihihi ... ampun Om. Di sini Mas Ali menyampaikan ucapan terima kasih kepada seluruh Pabers karena eksistensi FPBA dan kegiatannya ternyata mendapatkan penghargaan dari Jakarta Book Fair dan mendapatkan penghargaan sebagai salah satu komunitas penggiat buku terbaik tahun 2012. Alhamdulillah ...
Dan, saatnya mendatangkan ... AWUG! Sebuah tampah berisi gunungan awug dan teman-temannya segera dihadirkan ke tengah panggung. Tim13, moderator FPBA, pun diundang naik panggung untuk melaksanakan pemotongan gunung awug sebagai simbol Gathering dan Pesta Awug akan dimulai. Bhai Benny memotong awug pertama dan diserahkan kepada Om Djokolelono yang sudah ikut mensupport FPBA selama ini. Mas Ali memotong awug kedua, dan menyerahkan kepada Erna Fitrini, salah satu Paber yang sudah menunjukkan perkembangan luar biasa dengan karya-karyanya sejak bergabung di Paberland. Mba Ary memotong awug ketiga, dan menyerahkan kepada para illustrator (diwakili Evelyn), partner kerja hebat bagi para penulis. Tanpa goresan keren para illustrator, cerita yang ditulis tidak akan seindah seperti yang biasa kita lihat sekarang. --- beberapa waktu kemudian setelah pemotongan simbolis usai, saya memotong gunungan awug ini, dan menyerahkannya kepada .... saya sendiri. Maaf, saya masih lapaaaaar*
Dan keriuhan pun mulai menggila. Duo MC mulai bagi-bagi doorprize dan membuat massa menjerit-jerit. Oke, ini lebay juga. Tapi tentang bagi-bagi doorprizenya beneran lho. Semua mupeng, semua tunjuk tangan, nggak peduli jawabannya nanti bener apa nggak. Pokoknya ngacung dulu! Mba Ary kemudian memimpin lomba menulis cerita berima sepanjang 12 baris dengan waktu 15 menit saja. Wiiih seru.
Fashion show adalah ajang berikutnya. Kali ini semua Pabers yang hadir HARUS ikutan. Bhai Benny sudah memegang absensi soalnya, jadi semua bakalan dipanggil (kecuali juri dong. Uhuuuy). Sebagai alat peraga, peserta harus membawa sebuah buku dan mempromosikan buku itu pada penonton. Yang gayanya paling cihuy, dapat hadiah boneka dari Pelangi Mizan. Sebagai contoh, Bhai Benny memperagakan berjalan di catwalk sambil memeragakan bukunya. Beda lah kalau mantan model, gayanya cihuy banget nih, bikin calon peserta langsung pada minder. Eh minder? Nggak juga ding, malahan gayanya lebih gokil dan bikin ngakak jungkir balik. Sebagai juri yang harus memutuskan lima model terbaik, saya dan mas Sokat sampe berantem di ruang meeting (boong deng). Akhirnya terpilih deh 5 orang yang berhasil membawa pulang sebuah boneka paus biru yang lucu dan imut
Acara belum usai sampai di sana. Doorprize masih menumpuk dan
Doorprize masih setumpuk. Panitia kembali mencari siasat lain untuk membagikan hadiah. Pertama adalah, setiap anak kecil yang datang dikasih sebuah buku! Huwaaa ... tahu gitu saya bawa rombongan dari rumah. Lumayan kalau bawa dua anak saya, plus 5 ponakan, saya bisa dapat 7 buku. Terus, setiap kelas workshop dipilih peserta tercantik. Eh, salah ding, terbaik! Masih ada lagi? Masiiiih .... Pak Bambang Trim malah membawa segembolan buku yang sengaja dibagi satu orang satu. Wiiiiih .... Jangan heran kalau setiap peserta pulang-pulang bawa gembolan buku. Kurang baik apa sih kita? *digebukin*
Belajar sudah, makan sudah, bagi-bagi buku sudah, cekakak-cekikik sudah, foto-foto apalagi, akhirnya tiba saat yang mengharukan. Pulang. Hiks ... kenapa waktu cepat berlalu? *mulai deh lebay lagi*. Jam 4 sore lewat, seluruh acara tuntas sudah. Diakhiri foto bersama di halaman Mizan, satu per satu Pabers undur diri. Kalau datangnya banyak yang masing-masing, kali ini jadi berkelompok-kelompok. Yang ini ikut rombongan ini, yang itu ikut rombongan itu. Yang ke Jakarta, Cimahi, Depok, Bekasi, dan lain-lain. Semua ke arah barat semua, sampe akhirnya saya bengong sendiri. Hiyaaa ... yang arah timur saya sendiri. Nebeng siapa dong? Saya celingukan. Semua kendaraan sudah keluar gerbang Mizan dan saya cengo sendiri di halaman. Hiks ... saya merasa jadi anak tiri yang terbuang *sinetron banget dah*. Sampai kemudian mata saya berbinar, ahay ... saya nebeng dia saja! Kang Rama baru keluar kantor Mizan dan saya lari menghampiri.
"Lho, kang Iwok belum pulang? Mau nginep di sini?" tanya Kang Rama kaget.
"Saya tersesat kang, bisa nggak kalau anterin saya pulang? Hiks ... saya takuuuut ..." jawab saya akting.
Ya, ya, itu dialog imajiner aja sih. Aslinya sih nggak gitu kaleee. Aslinya saya langsung ngomong; "Kang boleh nebeng ke Cibiru? ke Pool Bis Budiman!"
Kang Rama yang ditodong begitu tentu saja nggak bisa nolak, soalnya kalo nolak saya bisa mogok nggak mau kirim naskah ke Mizan lagi. Eh, malah saya yang rugi dong ya? Hihihi ... Mungkin karena kasihan saya celingukan sendiri di Mizan, akhirnya diangkutlah saya. Horeeee .... Selamaaat.
Selamat? Pikiran saya langsung horor; Apakah jalanan menuju Tasik masih dilanda kemacetan seperti tadi pagi? APakah justru malam minggu seperti ini kemacetan biasanya akan makin menggila? Huwaaaaa ..... *kelojotan*[]
Catatan :
Sebagian foto hasil nyulik dari koleksi/jepretan Raatje Maritje
Komentar