[Jalan-Jalan] Ke Surabaya!

Argo Wilis di Stasiun Tugu Yogya
Undangan itu datang mendadak. Senin siang datang kabar kalau kantor saya diundang untuk mengikuti Workshop Sertifikasi CIQS di Surabaya hari Rabu - Kamis! Hiyaaaa ... langsung belingsatan semua, apalagi si Bos ngasih intruksi kalau saya harus ikut nemenin dia. Dan huru-hara pun segera dimulai. Saya mulai browsing internet nyari tiket menuju Surabaya. Tiket kereta adalah prioritas utama karena meskipun perjalanan bakalan memakan waktu berjam-jam, tapi tinggal loncat ke stasiun.  Beda kalo naik pesawat, tetep aja harus ke Bandung atau Jakarta dulu, dan itu memakan waktu juga. Sama aja, kan? Sama-sama lamanya! Jadi cari yang paling simpel aja.

Karena acaranya Rabu, jelas hari Selasa kita harus segera berangkat. Tiket kereta menuju Surabaya hari Selasa langsung dapet, karena memang masih tersedia. Nah, saat mau booking tiket pulang, tot-tew ... semua tiket sudah ludes! Hiyaaaa .... momen Lebaran Haji hari Jumat (26/10) membuat semua tiket di tanggal H-1 sampai H+1 sudah sold out semua untuk seluruh kereta jurusan Surabaya - Tasik. Kyaaaa ... masa nggak bisa pulang? Siapa yang bakalan motong sapi kurban kalau saya nggak bisa pulang? #eaaaa *berubah jadi tukang jagal*

Akhirnya untuk pulang kita pilih pake pesawat  meski kita nggak bisa minta turun duluan pas lewat Tasik *emang angkot?* Setelah pilah-pilih jadwal penerbangan dan harga tiket, akhirnya pilihan jatuh pada Lionair. Dan si Bos minta kita pulang lewat Jakarta. Huwaaa ... kenapa jauh-jauh lewat Jakarta padahal bisa via Bandung yang lebih deket? Ternyata eh ternyata, si Bos pernah punya trauma kena turbulence pas mendarat di Bandara Husein Bandung, sampe akhirnya nggak pernah mau lagi landing di sana sampe sekarang. Yawes saya sih nurut aja, yang penting bisa pulang dan lebaran di rumah. Lagian, dari Jakarta nanti bisa ke kampung rambutan lalu naik bus langsung ke Tasik. Jakarta - Tasik 6 jaman lah, masih lebih cepat dikit ketimbang naik kereta yang makan waktu 9 jam kalau dari Surabaya.

Meski acara workshop berlangsung 2 hari (Rabu - Kamis), tapi si Bos minta booking tiket pulang hari kamis untuk penerbangan pukul 10.25.
"Bukannya Kamis masih workshop, Bos?" tanya saya.
"Kita ngabur aja. Memangnya kamu mau lebaran di Surabaya? Kalau pake pesawat sore, nyampe jam berapa di Tasik?"
Asyeeek ... keren dah punya Bos kayak begini. Siyaaaap. Tiket pun langsung dibook, bayar, lalu print. Tiket PP sudah di tangan, dan sudah ada jaminan kalau saya nggak bakalan lebaran di negeri orang. Horeeeee ....

Dan, selasa pagi, pukul 10.41 wib. kita sudah meluncur di dalam Argo Wilis meninggalkan Tasikmalaya menuju Surabaya! Beneran ya, duduk manis selama berjam-jam itu asli ngebetein banget. Udah mati gaya harus ngapain lagi. Nengok ke luar jendela, pemandangannya sama ; sawah dan gunung. Indah sih, tapi bosen aja kalau harus ngelihatin gambar begitu selama 9 jam! Berasa lihat layar monitor yang nggak ganti-ganti wallpapernya. hehehe.  Yang bikin kaget, pas kereta memasuki Jawa Timur, saya dapat BBM dari seorang teman tentang kereta yang anjlok di daerah Sleman. Wuaaaaah .... untungnya kita sudah lewat, sehingga terlepas dari putusnya arus transportasi dua arah selama 2 hari akibat kejadian itu. Dua orang teman dari Subang yang naik kereta Turangga (berangkat malam hari) dan bermaksud mengikuti Workshop di Surabaya juga akhirnya terjebak dalam kemacetan ini, dan baru sampai ke lokasi workshop pas workshop baru saja ditutup. Duuuh ... kasihan banget.

Nyampe Stasiun Gubeng pukul 18.35. Fyuuuuh ... pantat rasanya udah rata saking kelamaan duduk. hehehe. Alhamdulillah ... akhirnya saya berhasil menjejakkan kaki di kota ini. Jelas ada kegembiraan tersendiri bisa berkunjung ke wilayah baru. Minimal kalau ada yang nanya, "sudah pernah ke Surabaya?" dan saya akan dengan bangganya menjawab; "Oh, sudah doooong." Padahal selama di Surabaya nggak kemana-mana. hehehe.

Workshop berlangsung di Gedung TELKOM DCS Timur, Jalan Ketintang Surabaya. Kebetulan di belakang gedung Telkom ini ada asramanya juga. Jadilah seluruh peserta workshop yang berdatangan dari seluruh Indonesia diinapkan di sana. Satu kamar diisi tiga orang. Selain saya dan si Bos, teman sekamar saya lainnya datang dari Palembang. Asyik, nambah teman baru nih.

Kopdar Bareng Dian Kristiani
Yihaaaa.... baru saja datang di Surabaya saya langsung bisa kopdar dengan teman penulis yang selama ini hanya kenal di dunia maya saja. Setelah dari kemarin BBMan buat janjian ketemuan, akhirnya pukul delapan malam saya bisa ketemu sama Dian Kristiani, penulis cerita anak yang sangat produktif. DK yang tinggal di Sidoarjo ini sampai bela-belain datang ke asrama untuk ketemuan, lengkap dengan Mas Ray dan dua bocah gantengnya; Edgard dan Gerald. Meski baru pertama ketemu, ternyata udah kayak kenal lama banget. Nggak ada basa-basi, langsung ngobrol dan seru-seruan sambil cekakak-cekikik. Udah nggak perlu ada jaim-jaiman. Hahaha. Terus yang namanya sesama penulis pasti nggak bakalan jauh-jauh dari buku. Dari pas berangkat saya sudah bawa buku 'Cewek Tulalit Traveling Gokil' yang mau saya kasih buat bukti endorsemen DK di novel itu dan buku 'Muhammad Saw. Nabi Cinta' buat Gerald. Eh, ternyata DK juga sudah menyiapkan buku 'Lola yang Lola' buat Abith. jadi kayak barter gitu akhirnya. Hehehe. Yang lebih seru, DK ternyata bawain oleh-oleh! Huweeeey ...baru aja datang udah dikasih oleh-oleh nih. Tengkyuuu ... lumayan ngirit budget buat beli oleh-oleh nih karena udah dibeliin. hihihi.

Hari Rabu full day meeting. Nggak usah diceritainlah ya, karena yang namanya workshop kan gitu-gitu aja ya, tentang ini dan tentang itu. Yang jelas, workshop ini dihadiri oleh petinggi-petinggi TELKOM, jadi seneng aja bisa mendengarkan langsung pemaparan mereka secara langsung.

Ternyata tepat perkiraan si Bos memilih untuk pulang hari kamis pagi, karena ternyata workshop yang direncanakan dua hari dipadatkan menjadi satu hari. Panitia sepertinya maklum kalau Jumat adalah Idul Adha dan banyak peserta yang sudah kepengen buru-buru pulang. Makanya, sore itu juga workshop ditutup atas persetujuan seluruh peserta. Cihuy banget kan? Kalau sudah begini nggak bakalan ada perasaan bersalah lagi untuk ngabur duluan. Hehehe.

Pergi ke suatu daerah  memang nggak seru kalau nggak nyempetin jalan-jalan. Setidaknya nggak sekadar ngendon di kamar deh. Makanya, selepas magrib asrama langsung kosong. Semua penghuninya langsung ngacir semua keliling kota, yang sekadar jalan-jalan, nyari makan, atau bahkan nyari oleh-oleh. Kesempatan tinggal malam ini saja karena besok pagi sebagian besar sudah bubar jalan. Karena itu mari kita jalan-jalan.

Di toko Bhek - Pasar Genteng
Royal Plaza adalah Mal terdekat karena TELKOM berada tepat di belakangnya, jadi ke sanalah saya, si Bos dan Adi, roomate dari Palembang, bergerak. Tapi yang namanya mal di mana-mana sama saja, nggak ada bedanya. Tapi di mal ini kita nemu tour & travel di mana Adi kegirangan karena bisa booking tiket pulang besok ke Palembang. Setelah itu barulah meluncur ke Pasar Genteng buat nyari oleh-oleh. Lumayan jauh juga, tapi lumayan asyik karena bisa melihat kehidupan malam di Surabaya.

Pasar Genteng ini adalah salah satu pusat oleh-oleh yang ada di Surabaya. Setidaknya, tempat inilah yang disebutkan beberapa orang saat saya menanyakan dimana kalau mau beli oleh-oleh. Yang namanya pasar ya jelas ramelah, tapi bukan seperti pasar sayuran tradisional begitu. Pasar Genteng berada di Jalan Genteng Besar dan terdiri dari deretan toko yang menjual berbagai jenis oleh-oleh (makanan) khas Surabaya dan Jawa Timur. Pasar Genteng ini ada juga yang menyebutnya sebagai Pasar Krupuk, mengingat banyak penganan oleh-oleh yang berjenis krupuk/kripik. Katanya, oleh-oleh yang wajib dibawa pulang kalau ke Surabaya (Jawa Timur) itu adalah keripik nangka, kerupuk ikan, lapis Surabaya, bandeng asap, sambel udang, bakpia telo, bumbu pecel madiun, dan buanyak lagi. Sumpah, sampe pusing harus beli yang mana. Lah kalau beli semua alamat bobol dompet dan itu tidak boleh terjadi. Akhirnya setelah pilih sana - pilih sini, terbungkuslah sekotak oleh-oleh untuk dibawa pulang buat mertua dan anak-anak kantor. Oya, kalau mau ke Pasar Genteng ini jangan terlalu malam karena mereka biasa tutup pukul 21.00. Kata temen juga, toko yang selalu rame dan direkomendasikan untuk membeli oleh-oleh adalah toko BHEK. Dan di sanalah saya juga berbelanja. Lumayan lengkap variasi makanannya. Tapi kalau masalah harga, entahlah apa toko ini harga paling murah atau tidak karena saya tidak sempat survey ke toko lainnya. Udah kemaleman datangnya.

Rawon Setan
Lapaaar ... baru sadar kalau kita belum makan malam, padahal sudah mendekati jam 9 malam waktu itu. Nyesel juga tadi pergi ke luar asrama buru-buru karena pasti makan malam sudah disediakan. Haiyaaa ... ogah rugi banget. Nah, mumpung lagi di luar, boleh dong kita nyicip makanan khas yang ada di Surabaya ini? Akhirnya nanya ke Cici pemilik toko tempat makanan khas Surabaya yang enak di sekitar situ. Akhirnya si Cici nyaranin ke Rawon Setan meski lokasinya nggak begitu dekat dan harus naik taksi. Ahai, denger namanya sudah sangat menggiurkan dan sepertinya harus dicoba! Meluncuuuuur ....

Rawon Setan berlokasi di depan hotel JW Marriot, Jl. Embong Malang Surabaya. Kalo denger namanya, saya membayangkan makanan superpedas yang bisa bikin kepala ngebul. Tapi ternyata saya salah, rawon setan adalah rawon biasa, hanya saja diberi nama rawon setan karena (katanya) dulunya tempat makan ini baru buka pukul 10 malam, saat setan-setan baru bergentayangan. Hehehe. Rasanya? Muantap banget, rek. Saya pesan rawon buntut yang sedap abis. Dagingnya banyak dan empuk banget. Saking dagingnya banyak, nasi saya malah habis duluan ketimbang rawonnya. Ada yang bilang, kalau ke Surabaya tapi belum makan rawon setan sama aja boong. Walah, sampe segitunya ya?

Sinom
Di Rawon Setan pula saya baru mencicipi jenis minuman baru. Namanya Sinom. Pas baca namanya di daftar menu, saya langsung tertarik buat nyoba. Kapan lagi kan menjajal jenis-jenis kuliner yang belum pernah dicoba? Lagian masa kenalnya es jeruk doang? Kata si Mbaknya, Sinom adalah minuman yang terbuat dari daun asam dan kunyit. Nah tuh, makin ngiler aja pengen nyoba. Dan rasanya? Asem-asem manis segeeeer. Beda sama asem manisnya es jeruk, meski tampilannya sama-sama kuning. Mungkin karena kuning dari kunyitnya ya. Ah, makan malam yang memuaskan nih karena bisa nyoba makanan dan minuman baru di tempat yang tepat.

Beres makan sudah niat buat langsung balik ke asrama sebelum kemudian si Bos menawarkan sesuatu yang menggoda; "Mau jalan ke Suramadu dulu, nggak? Kalau malam pemandangannya lebih bagus."
Wow, langsung ngences. Tapi malam itu saya nggak bawa kamera, berasa bakalan rugi banget kalau nggak bisa foto-foto di sana. Entar malah dibilang hoax kalau nggak ada fotonya. Batere BB sudah kedap-kedip merah, menandakan sebentar lagi bakalan sekarat. Cilaka! Masa nggak bisa foto sama sekali bahkan pake kamera BB sekali pun?
"Terserah, saya sih sudah pernah. Tapi mumpung kamu lagi di Surabaya, kapan lagi kan bisa ke sini lagi?" si Bos manasin lagi. Jadi curiga, jangan-jangan memang dia yang ngebet yang pengen ke sana. Hehehe ... piss Bos!
Akhirnya, saya pun mengangguk mantap, mari kita ke sana. Bener, kapan lagi kan saya ke Surabaya dan bisa melihat Suramadu dari dekat? Banyak orang yang jauh-jauh menyengajakan diri untuk lihat Suramadu, seperti Nyokap yang malah akan ke sana minggu depan! Idih, pergi jauh-jauh buat nonton jembatan doang. Beda kalau seperti saya yang memang sedang ada acara di Surabaya kan? Sekali jalan itu sih, bukan memaksakan diri.

Akhirnya, kita minta sopir taksi yang udah nganter dari Pasar Genteng dan nungguin kita makan di Rawon Setan untuk jalan lagi ke Suramadu. Tanggung dah, ayo kita lanjuuuuut ..... buat ngirit batere BB, saya langsung mematikan seluruh aplikasi yang ada. Semuanya! Biar baterenya cukup buat motret-motret di sana.

Jembatan Suramadu
Suramadu adalah nama jembatan yang menghubungkan pulau jawa melalui kota SURAbaya dan pulau MADUra (kota Bangkalan) melintasi selat Madura. Jembatan ini menjadi jembatan terpanjang di Indonesia dengan jarak 5.438 meter. Jembatan ini dibangun tahun 2003 dan selesai serta diresmikan tahun 2009. Untuk melewati jembatan ini dikenakan tarif tol sebesar Rp. 30.000,- untuk kelas kendaraan kecil (entah kalau untuk kendaraan lain, saya nggak memperhatikan).

Ternyata, saya memang tidak bisa berfoto di jembatan ini. Polisi patroli berjaga sepanjang jembatan untuk mencegat siapa saja yang berani-beraninya menghentikan kendaraan di tengah jembatan. Tilang! Jadi, memang percuma pula kalau bawa kamera sekalipun, toh saya nggak bakalan bisa ambil foto. Motret dari dalam mobil? Gile, si abang sopir ngejalanin taksinya kenceng banget! Makanya, udah motretnya pake BB, eh fotonya ngeblur semua. Sudahlah, yang penting saya pernah ke Suramadu! Nyampe Pulau Madura langsung belok lagi, masuk tol lagi, ngelewatin jembatan lagi, terus melaju tanpa berhenti lagi menuju asrama.

Workshop sudah, jalan-jalan sudah, makan-makan sudah, beli oleh-oleh beres, tinggal pulang! Kamis pagi kita meluncur ke Bandara Juanda untuk pulaaang. Eh, bukan pulang ding sebenernya. Rabu sore kita dikejutkan oleh telepon dari kantor kalau hari kamis siang, si Bos ditunggu rapat di Bandung pukul 2! Ada pertemuan tentang proyek yang akan berjalan. Hiyaaaa .... ada kelegaan juga karena kita pulangnya pake pesawat, jadi masih berharap bisa mengejar waktu sampai Bandung. Untuk berjaga-jaga, si Bos nyuruh teman saya untuk pergi ke Bandung dan sekalian jemput kita di pool bis untuk bersama-sama menuju tempat rapat. Kalau melihat jadwal, kita akan mendarat di Soeta pukul 12. punya waktu 2 jam untuk mencapai Bandung. Kalaupun agak telat-telat dikit mah wajar kali ya.

Ealah, pas nyampe Soeta ternyata bus Primajasa jurusan Bandara-Bandung penuuuh, dan kita kebagian untuk pemberangkatan pukul 13.30. Yawes, si Bos ngasih instruksi teman saya aja yang wakilin dia rapat, tapi tetep harus jemput kita nanti di pool, karena kita terlanjur pake bus  ke Bandung dan nggak jadi langsung ke Tasik. Apa mau dikata, kita lupa kalau besok adalah Lebaran, dan banyak orang yang sedang berduyun-duyun untuk pulang atau mudik! Huwaaa .... Jakarta-Bandung yang biasanya ditempuh 2,5 jam kali ini harus molor panjang sekali. Kita baru nyampe Bandung pukul 7 malam, setelah dicegat macet di sana-sini. Bahkan di dalam tol sekalipun!

Nyampe pool Primajasa di Batununggal Bandung, berbarengan dengan teman saya yang datang menjemput. Ternyata dia pun terjebak kemacetan luar biasa di dalam kota. Tapi syukurlah akhirnya bisa ketemu karena saya nggak bisa ngebayangin kalau naik kendaraan umum dengan seabreg bawaan dan kemacetan gila seperti itu. Hanya saja, saya sudah parno duluan membayangkan macet mudik yang akan terjadi menuju Tasikmalaya. Hiks ... alamat penderitaan belum berakhir nih.

Tidak perlu saya ceritakan lagi macetnya seperti apa sepanjang jalan. Yang perlu diketahui adalah, saya baru sampai ke rumah pukul 3 pagi! Jadi silakan membayangkan sendiri kemacetannya seperti apa. Hiks ... *kelojotan*

Komentar

Pemainayam.net mengatakan…
Terima kasih info nya min, Bila tidak keberatan..
bolehkah saya rekomendasikan artikel ini di blog baru saya ya .. Sebelumnya terima kasih ya..

Contoh blog seperti : https://pemainayam.club/

Postingan populer dari blog ini

Keajaiban Itu Ada; Bocil Sembuh dari Panleukopenia

Digitalisasi Usaha untuk Bertahan di Masa Pandemi

[Tips Menulis] Ketebalan Sebuah Naskah Novel?