Tasik, Kota Tutug Oncom
Arti kata Tutug Oncom sendiri
adalah oncom yang ditutug (ditumbuk). Jadi, bawang merah, bawang putih,
garam, kencur, dan cabe ini diulek sampai halus, lalu campur dengan
oncom. Tumbuk-tumbuk sampai bumbu bercampur rata. Setelah itu, campuran
oncom dan bumbu disangrai hingga oncom matang dan kering. Campurkan
sangrai oncom ini dengan nasi yang masih panas. Aduk-aduk hingga rata.
Beres!
Kalau masih ada yang belum mengenal Nasi Tutug Oncom, mungkin bisa dilihat gambar di bawah ini. Looks so yummy, kan?
Kembali
ke cerita tentang Nasi TO yang sekarang begitu menjamur di Tasikmalaya,
saya jadi ingat sebuah warung TO di daerah Dadaha. Saat itu awal tahun
2000-an. Mungkin warung ini adalah cikal bakal betapa sebuah warung TO
bisa menjadi trend tersendiri nantinya. Warung TO Dadaha ini tidak
bagus, hanya kios yang sangat sederhana. Lokasinya bahkan di pinggir
sebuah aliran sungai kecil yang tidak begitu bersih. Tapi jangan salah,
pengunjungnya ternyata membludak! Untuk memesan sebungkus nasi TO bahkan
harus rela antri sampai satu jam! Motor-motor berjajar panjang. Mobil
juga sama. Sempat kaget pertama kali melihat suasana seperti itu; wow!
Saking ngetopnya, TO Dadaha ini sempat diliput beberapa kali oleh media
cetak, dan bahkan masuk dalam acara Santapan Nusantara MNCTV dan stasiun
lainnya! Wah!
Apa yang menarik dari sebungkus
nasi TO? Karena sebuah sajian nikmat tidak perlu mahal. Tahukah berapa
harga sepiring atau sebungkus nasi TO ini? Waktu itu hanya Rp. 2.500,-
saja! Itu untuk nasi TO nya saja, karena makan TO tidak akan lengkap
kalau tidak disantap dengan Cipe (Aci Tempe/Tempe goreng). Sebuah tempe
harganya Rp. 500,-. Jadi, tidak perlu membawa dompet tebal untuk makanan
nikmat dan mengenyangkan. Bahkan kalau satu piring dianggap kurang,
nambah satu atau dua porsi lagi pun tidak akan membuat dompet jadi
kurus. Tak heran kalau banyak mahasiswa atau muda-mudi yang terlihat
nongkrong di warung ini. Ngobrol dapet, kencan lancar, perut pun
kenyang. Hehehe. Dua orang teman dari Jakarta sempat terbengong-bengong
saat membayar makanan mereka. "Nggak salah, nih?" katanya.
Tidak
bisa dipungkiri kalau keberhasilan TO Dadaha akhirnya segera mendapat
followernya. Berbagai warung TO serentak hadir di seluruh penjuru kota.
Cita rasa mungkin sedikit berbeda-beda, tapi tetap menawarkan kenikmatan
dan kemurahan yang sama. Nasi TO menjadi wabah dan mulai masuk daftar
kuliner yang harus disantap kalau memasuki kota Tasikmalaya. Ibu-ibu pun
mulai mendapatkan alternatif sajian murah meriah dan nikmat di tanggung
bulan. Seringkali istri saya menawarkan; "malam ini beli nasi TO aja
ya?"
Hanya jadi makanan alternatif
saja di tanggung bulan? Oh tentu saja tidak. Ada rasa kangen saat lama
tak mencicip nasi TO. Kapanpun rasa kangen itu datang, tak sulit untuk
mendapatkannya. Apalagi sekarang banyak warung TO yang menawarkan tempat
yang sangat representative. Tidak lagi harus makan di pinggir jalan,
tapi sudah meluas ke warung-warung lesehan yang luas dan nyaman. Salah
satunya adalah Warung TO Mr. Rahmat, masih di sekitar komplek olahraga
Dadaha. Warung yang baru dibuka tahun lalu ini langsung diserbu penikmat
TO dan jadi tempat nongkrong yang asyik. Lokasinya di atas pesawahan,
berbentuk saung, dan memiliki jumlah meja yang banyak dan ruangan yang
lapang. Cobalah ke sana malam Sabtu atau Minggu, suasana akan terlihat
ramai! Beruntunglah kalau anda masih mendapatkan tempat duduk. Apakah di
sini mahal? Hohoho ... TO tetap murah meriah. Satu piring TO hanya
perlu merogoh kocek Rp. 3.500,- saja. saya sekeluarga (berempat) sering
makan di sini, lengkap dengan lauk pauknya; telur dadar, tumis asin
jambal, cipe, ayam goreng, dan es jeruk. Ternyata saya hanya perlu
membayar tidak lebih dari Rp. 30.000,- saja, itu sudah termasuk porsi TO
nambah. Yippiiiee.... *elus-elus dompet*
Sepiring Nasi TO biasanya
sudah dilengkapi dengan sambal hejo (sambal cabe rawit mentah) dan
sambal merah (cabe merah) dan lalapan (mentimun dan leunca). Dengan
porsi ini saja makan sudah nikmat. Tapi kalau ingin lebih lengkap, ada
beberapa lauk tambahan yang bisa dipesan. Biasanya berupa gorengan
tempe, bakwan, ikan asin goreng, tumis ikan jambal, telur dadar, ayam
goreng, dll.
Untuk kandungan nilai dan mutu gizi dari tutug oncom ini, saya mencoba mengintip di wikipedia. Di sana dituliskan kalau Oncom ini ternyata memiliki sumber karbohidrat dan protein yang cukup tinggi. Lebih lengkapnya saya kutip berikut ini :
Oncom memiliki kandungan gizi yang relatif baik dan dapat menjadi sumber alternatif asupan gizi yang baik karena harganya murah. Kandungan karbohidrat dan protein tercerna cukup tinggi pada oncom dari bungkil kacang tanah. Selain itu, populasi kapang diketahui dapat menekan produksi aflatoksin dari Aspergillus flavus yang telah mencemari substrat (bungkil). Degradasi yang dilakukan oleh kapang menyebabkan beberapa oligosakarida sederhana seperti sukrosa, rafinosa, dan stakhiosa menurun pesat kandungannya akibat aktivitas enzim α-galaktosidase yang dihasilkan kapang (terutama N. sitophila).[4] Hal ini baik bagi pencernaan karena rafinosa dan stakhiosa bertanggung jawab atas gejala flatulensi yang dapat muncul bila orang mengonsumsi biji kedelai atau kacang tanah.
Hal yang perlu disempurnakan agar daya terima masyarakat meningkat terhadap oncom adalah yang menyangkut penampilan, bentuk, serta warnanya. Untuk lebih meningkatkan daya terima oncom di masyarakat luas, perlu diperhatikan masalah sanitasi bahan baku, peralatan pengolah, dan lingkungan, serta kebersihan pekerja yang menangani proses pengolahan.
Dalam kaitan dengan aflatoksin, penggunaan kapang N. sitophila dalam proses fermentasi bungkil kacang tanah dapat mengurangi kandungan aflatoksin sebesar 50 persen, sedangkan penggunaan kapang Rh. oligosporus dapat mengurangi aflatoksin bungkil sebesar 60 persen. Aflatoksin dihasilkan pada kacang-kacangan dan biji-bijian yang sudah jelek mutunya. Untuk mencegah terbentuknya aflatoksin, sangat dianjurkan menggunakan bahan baku yang bermutu baik.
Sekarang, warung TO serupa sudah
mewabah. Di mana-mana ada. Bahkan di seruas jalan Dadaha (masih satu
jalan dengan Mr. Rahmat) berderet warung-warung TO lainnya dengan jarak
yang tidak berjauhan. Tak heran kalau secara berseloroh jalan ini sering
dijuluki Jalan TO. karena menjamurnya warung TO ini, tak heran kalau
kemudian banyak yang menyebut Tasikmalaya sebagai kota TO. Kalau anda ke
Tasikmalaya, tak ada salahnya menjajal makanan yang satu ini.
Komentar