Tasik, Kota Tutug Oncom

Entah kapan tepatnya Nasi Tutug Oncom atau lebih dikenal Nasi TO ini mulai eksis jadi serbuan masyarakat Tasikmalaya. Yang jelas, peringkat nasi TO ini sekarang sudah terangkat menjadi sajian yang lebih baik. Yang saya ingat, nasi TO ini sudah ada sejak jaman dulu. Bahkan ketika saya kecil. Namun yang paling saya ingat,  makanan ini disajikan apabila kondisi keuangan dapur keluarga sedang krisis. Saat-saat tanggung bulan, sajian ini seringkali hadir. Kenapa seperti itu? Karena Nasi TO adalah makanan murah dan sangat sederhana. Hanya berbekal sepapan oncom, beberapa siung bawang merah, bawang putih, garam, kencur, dan cabe, sebuah sajian nikmat bisa terhidang cepat di meja. Tentu saja plus nasi putih yang masih panas.

Arti kata Tutug Oncom sendiri adalah oncom yang ditutug (ditumbuk). Jadi, bawang merah, bawang putih, garam, kencur, dan cabe ini diulek sampai halus, lalu campur dengan oncom. Tumbuk-tumbuk sampai bumbu bercampur rata. Setelah itu, campuran oncom dan bumbu disangrai hingga oncom matang dan kering. Campurkan sangrai oncom ini dengan nasi yang masih panas. Aduk-aduk hingga rata. Beres!

Kalau masih ada yang belum mengenal Nasi Tutug Oncom, mungkin bisa dilihat gambar di bawah ini. Looks so yummy, kan?

Kembali ke cerita tentang Nasi TO yang sekarang begitu menjamur di Tasikmalaya, saya jadi ingat sebuah warung TO di daerah Dadaha. Saat itu awal tahun 2000-an. Mungkin warung ini adalah cikal bakal betapa sebuah warung TO bisa menjadi trend tersendiri nantinya. Warung TO Dadaha ini tidak bagus, hanya kios yang sangat sederhana. Lokasinya bahkan di pinggir sebuah aliran sungai kecil yang tidak begitu bersih. Tapi jangan salah, pengunjungnya ternyata membludak! Untuk memesan sebungkus nasi TO bahkan harus rela antri sampai satu jam! Motor-motor berjajar panjang. Mobil juga sama. Sempat kaget pertama kali melihat suasana seperti itu; wow! Saking ngetopnya, TO Dadaha ini sempat diliput beberapa kali oleh media cetak, dan bahkan masuk dalam acara Santapan Nusantara MNCTV dan stasiun lainnya! Wah!

Warung TO Dadaha - Yang nggak kebagian duduk silakan menunggu di bangku cadangan. hehehe

Apa yang menarik dari sebungkus nasi TO? Karena sebuah sajian nikmat tidak perlu mahal. Tahukah berapa harga sepiring atau sebungkus nasi TO ini? Waktu itu hanya Rp. 2.500,- saja! Itu untuk nasi TO nya saja, karena makan TO tidak akan lengkap kalau tidak disantap dengan Cipe (Aci Tempe/Tempe goreng). Sebuah tempe harganya Rp. 500,-. Jadi, tidak perlu membawa dompet tebal untuk makanan nikmat dan mengenyangkan. Bahkan kalau satu piring dianggap kurang,  nambah satu atau dua porsi lagi  pun tidak akan membuat dompet jadi kurus. Tak heran kalau banyak mahasiswa atau muda-mudi yang terlihat nongkrong di warung ini. Ngobrol dapet, kencan lancar, perut pun kenyang. Hehehe. Dua orang teman dari Jakarta sempat terbengong-bengong saat membayar makanan mereka. "Nggak salah, nih?" katanya.

Tidak bisa dipungkiri kalau keberhasilan TO Dadaha akhirnya segera mendapat followernya. Berbagai warung TO serentak hadir di seluruh penjuru kota. Cita rasa mungkin sedikit berbeda-beda, tapi tetap menawarkan kenikmatan dan kemurahan yang sama. Nasi TO menjadi wabah dan mulai masuk daftar kuliner yang harus disantap kalau memasuki kota Tasikmalaya. Ibu-ibu pun mulai mendapatkan alternatif sajian murah meriah dan nikmat di tanggung bulan. Seringkali istri saya menawarkan; "malam ini beli nasi TO aja ya?"

Hanya jadi makanan alternatif saja di tanggung bulan? Oh tentu saja tidak. Ada rasa kangen saat lama tak mencicip nasi TO. Kapanpun rasa kangen itu datang, tak sulit untuk mendapatkannya. Apalagi sekarang banyak warung TO yang menawarkan tempat yang sangat representative. Tidak lagi harus makan di pinggir jalan, tapi sudah meluas ke warung-warung lesehan yang luas dan nyaman. Salah satunya adalah Warung TO Mr. Rahmat, masih di sekitar komplek olahraga Dadaha. Warung yang baru dibuka tahun lalu ini langsung diserbu penikmat TO dan jadi tempat nongkrong yang asyik. Lokasinya di atas pesawahan, berbentuk saung, dan memiliki jumlah meja yang banyak dan ruangan yang lapang. Cobalah ke sana malam Sabtu atau Minggu, suasana akan terlihat ramai! Beruntunglah kalau anda masih mendapatkan tempat duduk. Apakah di sini mahal? Hohoho ... TO tetap murah meriah. Satu piring TO hanya perlu merogoh kocek Rp. 3.500,- saja. saya sekeluarga (berempat) sering makan di sini, lengkap dengan lauk pauknya; telur dadar, tumis asin jambal, cipe, ayam goreng, dan es jeruk. Ternyata saya hanya perlu membayar tidak lebih dari Rp. 30.000,- saja, itu sudah termasuk porsi TO nambah. Yippiiiee.... *elus-elus dompet*

TO Mr. Rahmat

Sepiring Nasi TO biasanya sudah dilengkapi dengan sambal hejo (sambal cabe rawit mentah) dan sambal merah (cabe merah) dan lalapan (mentimun dan leunca). Dengan porsi ini saja makan sudah nikmat. Tapi kalau ingin lebih lengkap, ada beberapa lauk tambahan yang bisa dipesan. Biasanya berupa gorengan tempe, bakwan, ikan asin goreng, tumis ikan jambal, telur dadar, ayam goreng, dll. 
Untuk kandungan nilai dan mutu gizi  dari tutug oncom ini, saya mencoba mengintip di wikipedia. Di sana dituliskan kalau Oncom ini ternyata memiliki sumber karbohidrat dan protein yang cukup tinggi. Lebih lengkapnya saya kutip berikut ini :

Oncom memiliki kandungan gizi yang relatif baik dan dapat menjadi sumber alternatif asupan gizi yang baik karena harganya murah. Kandungan karbohidrat dan protein tercerna cukup tinggi pada oncom dari bungkil kacang tanah. Selain itu, populasi kapang diketahui dapat menekan produksi aflatoksin dari Aspergillus flavus yang telah mencemari substrat (bungkil). Degradasi yang dilakukan oleh kapang menyebabkan beberapa oligosakarida sederhana seperti sukrosa, rafinosa, dan stakhiosa menurun pesat kandungannya akibat aktivitas enzim α-galaktosidase yang dihasilkan kapang (terutama N. sitophila).[4] Hal ini baik bagi pencernaan karena rafinosa dan stakhiosa bertanggung jawab atas gejala flatulensi yang dapat muncul bila orang mengonsumsi biji kedelai atau kacang tanah.
Hal yang perlu disempurnakan agar daya terima masyarakat meningkat terhadap oncom adalah yang menyangkut penampilan, bentuk, serta warnanya. Untuk lebih meningkatkan daya terima oncom di masyarakat luas, perlu diperhatikan masalah sanitasi bahan baku, peralatan pengolah, dan lingkungan, serta kebersihan pekerja yang menangani proses pengolahan.
Dalam kaitan dengan aflatoksin, penggunaan kapang N. sitophila dalam proses fermentasi bungkil kacang tanah dapat mengurangi kandungan aflatoksin sebesar 50 persen, sedangkan penggunaan kapang Rh. oligosporus dapat mengurangi aflatoksin bungkil sebesar 60 persen. Aflatoksin dihasilkan pada kacang-kacangan dan biji-bijian yang sudah jelek mutunya. Untuk mencegah terbentuknya aflatoksin, sangat dianjurkan menggunakan bahan baku yang bermutu baik.

Sekarang, warung TO serupa sudah mewabah. Di mana-mana ada. Bahkan di seruas jalan Dadaha (masih satu jalan dengan Mr. Rahmat) berderet warung-warung TO lainnya dengan jarak yang tidak berjauhan. Tak heran kalau secara berseloroh jalan ini sering dijuluki Jalan TO. karena menjamurnya warung TO ini, tak heran kalau kemudian banyak yang menyebut Tasikmalaya sebagai kota TO. Kalau anda ke Tasikmalaya, tak ada salahnya menjajal makanan yang satu ini.

Komentar

saidialhady mengatakan…
TO, kapan2 boleh ni saya nyoba kalo ke tasik...hehe
Iwok mengatakan…
@saidi - ayo ke Tasik! hehehe
azis mengatakan…
asli enak bang.skrang aja masih rame tuh tempat..

Postingan populer dari blog ini

Keajaiban Itu Ada; Bocil Sembuh dari Panleukopenia

Digitalisasi Usaha untuk Bertahan di Masa Pandemi

[Tips Menulis] Ketebalan Sebuah Naskah Novel?