[Tips Menulis] Writer's Block

Siapa yang belum pernah mengalami Writer's Block? Sebagian penulis pasti pernah mengalami masalah kebuntuan ide. Jadi jangan khawatir dan panik kalau kamu mengalami hal ini. Mentok ide bukan akhir dari segalanya kok, jangan sampai kamu mikir karena sering mandeg akhirnya menjudge diri sendiri nggak bakat dalam menulis. Belum tentu begitu.

Banyak hal yang bisa mengakibatkan writer's block terjadi. Untuk yang setiap saat berhadapan dengan komputer untuk menulis dan menulis tanpa henti, bisa jadi kejenuhan akan mencegat sewaktu-waktu. Dan itu wajar karena otak kita juga akan kecapean dipaksa mikir terus. Lumrah manusia untuk mendapatkan jeda istirahat di sela-sela rutinitas, termasuk kegiatan menulis. Nulis memang tidak membuat capek secara fisik karena nggak usah lari-larian, tapi justru karena secara fisik nggak banyak gerak, pikiran lah yang lebih capek. Bayangkan bagaimana otak harus bekerja keras untuk merangkai begitu banyak cerita dan adegan yang akan tertuang lewat tulisan?

Pernahkah saya kena writer's block? Oh seriiiing ... hehehe. Lalu, kiat-kiat seperti apa sih yang biasa saya lakukan untuk mengusir si biang mandeg ini? Setiap penulis pasti punya kiat tersendiri mengatasinya, karena yang tahu gimana cara membuat senang dan nyaman kan hanya masing-masing. Tapi kalau dilihat-lihat, biasanya sih kiat-kiatnya nggak jauh beda.

  • Kerja Juga Butuh Istirahat
Kalau selesai nulis sebuah naskah yang cukup panjang (novel misalnya), biasanya saya akan ngasih waktu break dulu selama beberapa hari. Maksimal seminggu lah nggak nulis-nulis dulu biar otak juga fresh lagi buat diajak ngebut nantinya. Nah, mumpung lagi cuti nulis, puas-puasin deh baca buku, nonton film, jalan-jalan, fesbukan, twitteran, browsing sana-sini, wiskul atau ngelakuin apapun yang saya mau. Ini adalah bentuk reward juga, kan? Setelah kerja keras menuntaskan sebuah naskah, tak ada salahnya memberikan reward buat diri sendiri seperti itu. Biasanya sambil menikmati libur nulis, ide-ide baru akan berdatangan dan siap untuk dituangkan dalam tulisan selanjutnya.

Untuk naskah-naskah pendek (cerpen atau essay misalnya) boleh deh ambil break sejenak. Sehari cukuplah ya? Setelah itu, ayo geber lagi menulisnya. Jangan kebanyakan istirahatnya, ntar keenakan!
  • Selesaikan Masalah!
Pada saat banyak masalah yang harus dipikirkan, writer's block seringkali terjadi. Wajar, otak harus bergelut dengan berbagai pikiran dalam satu waktu. Tidak heran kalau pikiran kita sering ngerasa nggak connect dengan jari tangan pada saat menulis. Banyak hal yang berkelebatan di kepala, tapi selalu bingung bagaimana cara menuangkannya. Kalau memang seperti itu, menyelesaikan masalah yang sedang kamu hadapi adalah cara yang paling tepat. Nggak nulis dong? Nggak masalah, ada skala prioritas yang harus diselesaikan terlebih dahulu, kan? Daripada nulis nggak konsen, masalah juga nggak selesai, hayo! Lebih baik selesaikan dulu satu per satu.
  • Lingkungan
Di mana saat itu kamu menulis? Di ruang tamu yang sedang banyak orang? Di depan tivi? Kalau memang situasinya seperti itu, coba deh kamu menyingkir ke tempat yang lebih sepi. Menulis itu butuh konsentrasi. Kalau kamu berada di situasi yang cukup ramai atau ribut, tidak heran kalau otakmu tidak bisa berpikir jernih.
  •  Hajar!
Merasa nggak punya masalah tapi nulis nggak maju-maju? Bisa menulis beberapa paragraf tapi merasa nggak puas dengan kalimat-kalimat yang sudah dituliskan? Atau bahkan ide berkelebatan tapi selalu sulit dituangkan? Ya, itu adalah salah satu gejala writer's block juga. Kalau memang kondisinya seperti itu, coba paksakan menulis. Duduk depan komputer atau laptopmu lalu menulislah, apa saja. Yang harus kamu lakukan adalah melawannya agar writer's block ini tersingkir secepatnya. Memang tidak mudah, tapi coba paksakan dulu. Abaikan hasil karena toh kamu bisa merevisinya kemudian. Kalau kamu berhasil memaksakan diri untuk menulis (apapun itu dan bahkan sejelek apapun itu), minimal kamu tidak membiarkan kebuntuan merajalela. Ini adalah bekal untuk menendang si 'Writer's Block' semakin jauh.

  • Membelokkan Alur Cerita
Ada kalanya mentok diakibatkan oleh salah mengambil alur cerita. Berdasarkan pengalaman,  saya pernah mengalami kebuntuan beberapa kali. Entah kenapa cerita yang saya tulis tidak mau maju padahal semangat menulis saya masih cukup besar. Akhirnya saya mengambil keputusan nekad, saya memangkas beberapa halaman terakhir, lalu membelokkan alur cerita dari yang semula pernah saya pikirkan. Saya mencoba membuat sempilan alur baru yang tiba-tiba terbetik begitu saja dengan tetap mengarah ke ending yang sama (karena ending biasanya sudah terbayang sejak semula). Ternyata, itu adalah keputusan yang cukup bagus karena saya seolah diberikan napas baru untuk membuat lanjutan kisah yang lebih fresh dari yang selama ini sudah terbayang tapi sulit diungkapkan. Proses menulis saya pun biasanya akan lebih lancar setelah itu.

Ibaratnya gini, dari kota A untuk menuju kota B terdapat dua jalur; Jalur C dan Jalur D. Ketika kita memilih jalur C, lalu di tengah perjalanan ternyata terjadi kemacetan total (akibat tebing longsor yang menghalangi jalan misalnya), sementara kita harus segera sampai di kota B, mau tidak mau kita harus berbalik arah lalu mengambil jalur yang berbeda, yaitu jalur D.  Tujuan akhirnya tetap sama kan, di kota D, tapi mau tidak mau kita harus berbalik dulu untuk mencari jalur alternatif lain agar bisa segera sampai di tujuan. Menunggu kemacetan terurai mungkin bisa, tapi sampai berapa lama? Sayang waktu yang sudah terbuang untuk menunggu, kan?

Perumpamaannya aneh, nggak? Hehehe

So, kalau kalian terkena writer's block, cara mengatasinya gimana? Sharing, yuk?

Image taken from www.charlesheflin.com

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Keajaiban Itu Ada; Bocil Sembuh dari Panleukopenia

Digitalisasi Usaha untuk Bertahan di Masa Pandemi

[Tips Menulis] Ketebalan Sebuah Naskah Novel?