Berkeliling Dunia Lewat Magnet Kulkas

Rasa suka saya terhadap magnet kulkas terjadi begitu saja. Awalnya saat saya berkesempatan mengunjungi Ibu Kota Irlandia, Dublin, tahun 2004 lalu. Karena bingung membawakan buah tangan apa untuk keluarga dan teman, pilihan jatuh pada pernak-pernik mungil dan lucu; gantugan kunci, magnet kulkas, dan beberapa suvenir kecil lainnya. Selain lucu, tentu harga menjadi pertimbangan besar. Dengan beberapa lembar Euro, saya bisa meraup banyak suvenir-suvenir itu untuk oleh-oleh.

Sebagian koleksi magnet saya
Pada saat transit pulang di Bandara Schiphol Amsterdam dan Changi Singapura, niat membeli suvenir itu muncul lagi. Pertimbangan saya saat itu, kapan lagi saya bisa menginjakkan kaki di Amsterdam dan Singapura? Bisa sampai ke sana saat itu pun berupa keberuntungan luar biasa. Memiliki sesuatu sebagai kenang-kenangan pernah berada di sana tentu akan sangat menyenangkan. Akhirnya beberapa buah magnet kulkas dan gantungan kunci berbentuk kincir angin dan patung singa pun berhasil saya dapatkan saat itu.

Tidak ada niat untuk mengoleksi suvenir itu pada mulanya. Hanya saja, saat tiba di rumah dan mulai memilah barang apa yang akan dibagikan, saya mulai kebingungan. Magnet-magnet kulkas itu terlihat begitu lucu. Yang ini bagus, yang itu unik. Mulailah ada rasa berat untuk menyerahkan benda-benda itu. Pada akhirnya, saya hanya membagikan gantungan kunci dan suvenir lain. Magnet kulkas? Saya tempel langsung di kulkas milik saya.

Keren! Miniatur beberapa landmark terkenal di Dublin, kincir angin Belanda, dan Patung Merlion Singapura berderet cantik sebagai penghias pintu lemari es. Saat itu saya mulai membayangkan, alangkah hebatnya kalau tidak hanya ada perwakilan 3 negara saja yang berderet di sana, tetapi negara-negara di seluruh dunia! Lemari es saya bisa menjadi sebuah ‘peta’ dunia! Sejak saat itu, saya mulai bergerilya.

Saya traveling keliling dunia? Sayangnya tidak ada kesempatan untuk itu. Saya hanya berkesempatan jalan-jalan ke Dublin dan Bangkok saja sampai saat ini. Tetapi, saya mempunyai beberapa teman yang tinggal di luar negeri, atau sering traveling ke luar negeri. Ini dia kesempatan saya. Saya mencari tahu kapan mereka akan mudik? Kapan mereka terdengar akan liburan ke luar negeri? Pada saat berita itu terdengar, saya pun akan segera menghadang mereka; “Bisa nitip beliin magnet kulkas?”

Magnet kiriman Elsa dari Dublin
Satu per satu magnet terkumpul. Beberapa teman yang sudah mengetahui hobi saya, tak segan membawakan magnet kulkas unik dari setiap perjalanan mereka. Beberapa saya barter dengan buku-buku yang saya tulis, sebagian lagi diberikan secara cuma-cuma. Wow!

Sebuah magnet kulkas dari sebuah negeri di luar sana mungkin terdengar sepele dan tidak berharga, untuk yang tidak suka tentu saja. Tetapi, buat saya, melihat sebuah lagi magnet bertengger di pintu kulkas, dengan bertuliskan nama sebuah negara (atau kota), dan berhiaskan sebuah landmark tertentu, menjadi kegembiraan tersendiri. Satu negara (atau kota) lagi berhasil saya ‘kunjungi’.

Sampai saat ini, saya berkeliling dunia lewat puluhan magnet yang terpajang di dinding lemari es di dapur. Dari Singapura, Malaysia, Thailand, Jepang, China, sampai ke negeri Paman Sam. Dari New Zealand, Australia, sampai negara-negara di benua Eropa. Kaki saya belum sempat menginjak negeri aslinya, tetapi melalui magnet-magnet ini harapan dan doa saya terlambung, siapa tahu kelak saya bisa sampai ke sana?

Sebagian besar magnet yang saya miliki berasal dari luar negeri. Sedikit sekali magnet kulkas yang saya peroleh dari dalam negeri. Di beberapa kota yang saya kunjungi, seringkali pencarian saya berbuah nihil, berbeda dengan gantungan kunci yang sangat banyak ragamnya dan bisa diperoleh di setiap toko suvenir. Atau mungkin saya yang kurang gigih mencarinya? Yang sering ditemukan hanyalah magnet-magnet biasa (umumnya berbentuk buah-buahan, binatang, atau bentuk tertentu) yang tidak menggambarkan landmark sebuah kota. Mungkin karena saya lebih menyukai magnet yang melambangkan sebuah negara, kota, atau landmark tertentu, keunikan magnet tersebut tidak begitu terasa. Sejauh ini, koleksi magnet tanah air yang saya dapatkan berasal dari Bali, Yogyakarta, dan Jakarta (Dunia Fantasi). Sayang memang, saya ‘mengelilingi’ dunia lebih banyak ketimbang tanah air sendiri.

Mengoleksi magnet kulkas bukan hobi yang sulit. Kesulitan terbesar saya selama ini hanyalah memberikan penekanan pada anak bungsu saya (5 tahun) bahwa ini bukan mainan. Beberapa kali saya temukan beberapa magnet yang sudah hancur berkeping-keping karena si Bungsu iseng memindahletakkan magnet-magnet itu, lalu terjatuh. Apa boleh buat, saya toh tidak bisa melaminating magnet-magnet itu agar tetap aman dari jangkauannya.

Ada yang mau menambahkan koleksi magnet saya? *ngarep*

Komentar

Nunik mengatakan…
Masih mending, Kang, magnetnya udah banyak trus ada yang pecah. Lha aku, baru mau mulai ngumpulin, eehh udah ilang duluan karena dimainin Rexy. Padahal baru satu, magnet gambar gajah yang waktu itu kita beli bareng di Chatucak. Hahahaha
Edo mengatakan…
Saya baru mulai kumpul juga thn 2016. Sayangnya dulu2 tdk sempat kepikiran utk koleksi pdhl sempat k bbrpa negara

Postingan populer dari blog ini

Keajaiban Itu Ada; Bocil Sembuh dari Panleukopenia

Digitalisasi Usaha untuk Bertahan di Masa Pandemi

[Tips Menulis] Ketebalan Sebuah Naskah Novel?