[Revew] Menggapai Rembulan ~ oleh Fita Chakra
[Resensi Buku] Menggapai Cita, Setinggi Rembulan
Judul :
Menggapai Rembulan
Penulis :
Ridwan Abqary
Penerbit : Penerbit Andi
Jumlah Halaman :
130 halaman
“Orang-orang selalu bilang, gantungkan cita-citamu setinggi
langit. Nah, kamu bisa menggantungkan cita-citamu pada rembulan. Kejar dan
gapailah rembulan, karena di sanalah cita-citamu berada.” –Abah
Rembulan Safitri, senang sekali ketika Bu Lusi memilihnya
menjadi salah satu perwakilan sekolah mengikuti Story Telling. Dia tak
menyangka, kemampuannya berbahasa Inggris dianggap baik. Sayangnya, Delia tak
berpikiran sama. Dia iri karena Bulan, seorang anak tukang becak sekaligus
penjaga makam itu terpilih menjadi perwakilan utama, sedangkan dia hanya
cadangan.
Belum sempat Bulan mengabarkan berita gembira itu pada Abah,
emak dan kedua adiknya, musibah datang. Emak dirawat di rumah sakit. Sementara
itu, Bulan harus menjaga Bintang dan Mega yang masih kecil. Bulan kehabisan
waktu untuk berlatih mendongeng dalam bahasa Inggris. Nyatanya, kedua adiknya
justru senang ketika dibacakan cerita dalam bahasa Inggris. Bulan, semakin
bersemangat karenanya.
Ketika Emak pulang, Bulan menyangka semuanya akan kembali
seperti semula. Tapi, semuanya tak akan sama lagi saat Abah memintanya bekerja
pada Bu Mira sebagai pembantu rumah tangga. Biaya pengobatan Emak yang besar
membuat mereka berhutang. Abah tak bisa mengembalikan pinjaman itu tanpa
bantuan Bulan.
Meski merasa sesak dadanya, Bulan menyanggupi. Dia berhenti
sekolah demi bekerja. Namun, Bu Lusi seolah tak membiarkan Bulan pergi. Beliau
mendatangi Bulan ke rumah Bu Mira, membujuknya tetap ikut lomba Story Telling.
Bulan tak ingin berharap terlalu banyak. Namun dia tak kuasa pula menolak
permintaan Bu Lusi.
Kalau kamu membaca buku ini, siapkan diri untuk ikut
terhanyut dan terharu. Ini karena penulisnya terampil menjalin kata-kata yang
menyentuh. Penyajiannya menawan, dibumbui sedikit humor khas anak-anak. Bulan,
sebagai tokoh utama, tak tampil super perfect. Namun itu justru menarik, karena
jadi lebih manusiawi. Misalnya, di suatu adegan, digambarkan pula bagaimana
saking sedihnya, Bulan menahan tangis karena tidak ingin adik-adiknya mendengar
tangis itu.
Bulan, mungkin tak selalu bersinar terang. Tapi dia tetap
ada di langit. Demikian juga impian Rembulan Safitri, tak pernah hilang
sedikitpun dari benaknya.
Komentar