Nias Trip, Wafer Tango #HandinHand ~ #Day2
#Pesta Duren
Malam itu saya tidur dengan saangat nyenyak. Pules banget sampe nggak sempat mimpi jadi Power Rangers (lah?). Mungkin karena kecapean dan kurang tidur hari sebelumnya, atau bisa jadi karena ngidam makan duren di Nias terlaksana? Howaa ... jadi inget malam sebelumnya, pulang dinner di Grand Kartika Restaurant, Rombongan Tango #NiasHandinHand sempat pesta duren di alun-alun. Kita memang datang ke Nias dalam waktu yang sangat tepat. Musim duren telah tiba! Duren bergelimpangan di mana-mana ... well, okay, ini emang lebay. Tapi suwer, itu duren bertumpuk-tumpuk banget di sepanjang jalan. Karena mba Yuna (PR Manager Tango) lagi senang hatinya melihat anak-anak manis seperti kita (hoek!), akhirnya kita digiring untuk nongkrong-nongkrong di sekitar alun-alun. Dibeliin duren! Horeee .... tentu kesempatan ini tidak boleh disia-siakan begitu saja. Seluruh rombongan tanpa malu-malu dan ragu langsung merubung si Abang duren.
5ribu rupiah saja sebiji! |
Aksi pembantaian duren. Hehehe |
jadi inget omongan mas Liem saat ditanya; “Buah apa yang akan dibawa kalau masuk surga?” Dia langsung jawab dengan semangat tinggi; “DUREN!” xixixi.
Lanjut ke petualangan kita di hari ke 2.
Setengah delapan pagi kita semua sudah terlihat kiyut dan cakep. Apalagi hari ini kita semua mengenakan seragam yang sama; kaos putih dari Tango. Yang spesial, kaos itu ternyata official tshirt-nya Indonesian Idol 2014 (Tango adalah salah satu sponsor utama event ini). Watchout girls, I’m the Next Indonesian Idol! Hiyaaa ... berasa jadi Delon deh make kaos itu. #Plaakk! *Nggak nyadar diri emang*
Tujuan pertama kita adalah Poskesdes Dusun VI, Banoa Gea, kecamatan Tuhemberua Nias Utara. Ini adalah Puskesmas Pembantu yang sudah direnovasi oleh Tango melalui OBI, dan melengkapinya dengan sarana dan prasarana tambahan yang dibutuhkan. Lokasinya cukup jauh dan harus turun-naik gunung selama kurang lebih 2 jam berkendara (dari hotel). Dari awal tim Tango sudah menyampaikan bahwa kemungkinan kita harus berjalan kaki cukup jauh untuk mencapai lokasi ini. Sarana jalan yang belum bagus dan berbatu-batu tidak memungkinkan kendaraan untuk masuk. Ternyata, pada saat kita ke sana, jalanan sudah cukup mulus dan beraspal sehingga memungkinkan kendaraan untuk terus melaju. Kabarnya baru selesai diaspal beberapa bulan terakhir. Jalanan mulus itu ternyata mentok di dekat lokasi Poskesdes dusun VI. Sebenarnya saya sedikit kecewa karena tidak jadi tracking sambil menikmati suasana dusun ini. Tapi, sarana jalan ini tentu sangat dibutuhkan masyarakat setempat, jadi harus disyukuri karena pembangunan sarana transportasi jalan sudah mencapai dusun terpencil ini. Mudah-mudahan akan semakin memudahkan mobilitas warga masyarakat ke depannya. Aamiin.
Tim Tango berada di Poskesdes dusun VI desa Banua Gea |
Dulu, bangunan Poskesdes tidak seperti ini. Menurut penuturan mas Joni dari OBI, dulu Poskesdes ini kondisinya mengkhawatirkan. Bangunannya kecil, tidak terawat, dan bahkan hampir ambruk. Karena tidak memiliki pintu, orang bisa keluar masuk setiap saat. Bahkan setiap malam menjadi lokasi berteduh anjing yang berkeliaran. Karena itulah kebersihannya tidak terjaga, padahal semestinya pos kesehatan adalah tempat yang bersih dan sehat. Demikian pula dengan tidak adanya tenaga medis yang melakukan kunjungan rutin menjadi salah satu kendala bagi kesehatan warga dusun ini. Poskesdes jadi sebuah simbol kesehatan belaka yang justru terabaikan dan tidak dimanfaatkan secara maksimal. Mungkin bisa dimengerti karena lokasi ini awalnya begitu jauh dan sulit terjangkau sehingga tenaga medis sulit untuk melakukan kunjungan secara rutin.
Tango dan OBI mendobrak paradigma ini (eciee bahasanya). Dengan program Tango Peduli Gizi (TPG) dan Balai Pemulihan Gizi (BPG), Poskesdes ini dikembalikan pada fungsi yang seharusnya. Renovasi dan perbaikan sarana-prasarana yang ada dilakukan sehingga peranan Poskesdes bagi masyarakat benar-benar dapat dijalankan. Bangunan Poskesdes sudah jauh lebih besar dengan beberapa ruangan pemeriksaan, perawatan, toilet, dan gudang. Mengingat tidak adanya sumber air, sebuah bak penampungan air hujan yang cukup besar pun dibangun di belakang Poskesdes. Sebuah pintu teralis besi dipasang sehingga tidak sembarang orang dapat memasuki ruangan pada saat Poskesdes tidak dibuka.
Program Imunisasi |
Rasa haru langsung terasa, mengingat dulu kesadaran atas kesehatan anak-anak mereka begitu kurang. Kesehatan seolah menjadi prioritas urutan kesekian untuk diperhatikan. Sekarang kami dapat melihat bayi-bayi yang cukup sehat karena edukasi tentang pentingnya ASI pun terus digencarkan oleh tim medis OBI. Meskipun demikian, hari itu kami masih melihat adanya bayi yang masih kekurangan gizi. Seorang bayi berusia 7 bulan hanya memiliki berat 3kg saja. Trenyuh dan bikin dada saya sesak. Untungnya, keadaan seperti itu menjadi perhatian penuh dari tim OBI untuk menjadikannya target pemulihan gizi.
Terima kasih buat Tenaga Medis yang rajin mengawal kesehatan warga |
“Ibu-Ibu itu bukan pabrik anak. Lihat, Ibu-Ibu badannya kurus karena terlalu cape melahirkan anak dan mengurus mereka. Ibu-ibu harus terlihat cantik, sehat, dan kuat agar dapat merawat anaknya dengan baik,” celoteh Mba Silly tanpa henti. Dengan gayanya yang riang, Mba Silly bergerak dari satu ke ibu yang lain, memberikan penekanan bahwa ‘banyak anak banyak rezeki’ itu sudah tidak tepat lagi. Beliau mengingatkan bahwa program Keluarga Berencana atau penundaan kehamilan dan memberikan jarak kehamilan itu adalah sebuah program yang baik dan sudah seharusnya diikuti. Semoga saja nasihat itu melekat erat di benak mereka, termasuk para Bapak yang saat itu ikut berkumpul di depan Poskesdes.
Ayo Bapak-Bapak, jangan mau enaknya sendiri juga ya? Bikin anak itu gampang, tapi ngurusnya itu yang susah! Hehehe.
Rombongan Tango #NiasHandinHand melanjutkan perjalanan kembali. Kali ini kita bergerak ke dusun lain dari desa Banua Gea. Dan ini akan menjadi acara besar karena warga tiga dusun (dusun 1-3) dikumpulkan menjadi satu di rumah Kepala Desa Banua Gea, Bapak Sodania Gea. Tim Tango sudah menyusun acara ‘Kamis Ceria Bersama Tango dan OBI”. Kali ini perbekalan yang dibawa cukup lengkap, yaitu ratusan paket yang berisi mainan, buku bacaan, dan baju bekas layak pakai. Selain itu masih ada ratusan dus Wafer Tango yang siap dibagikan. Bakalan seru nih!
Oya, sebelumnya Tango lewat program #HandinHand sudah mengajak seluruh masyarakat di Indonesia untuk berbagi bagi anak-anak Nias lewat program pengumpulan buku bacaan, mainan, dan juga pakaian bekas layak pakai. Ternyata yang terkumpul sangat banyak. Dan salah satu tujuan kita ke Nias itu adalah untuk menyerahkan langsung kiriman buku, mainan, dan pakaian dari para donatur di seluruh tanah air. Terima kasih banyak buat semuanya yang sudah berpartisipasi dan seluruh barang yang terkumpul sudah diserahkan semuanya kepada anak-anak Nias.
Begitu sampai, ternyata sudah banyak anak-anak dan warga yang menanti. Waah ... terharu banget. Mereka pasti sudah menunggu sejak pagi. Tanpa kesulitan mereka diminta masuk dengan tertib, lalu duduk lesehan di lantai tembok. Sebagian ibu yang membawa bayi duduk di kursi-kursi platik sekeliling ruangan. Wajah mereka penuh harap, menunggu apa yang akan kita suguhkan bagi mereka. Saya pun celingukan, kita mau ngapain dulu nih sekarang? Di susunan acara ada acara nyanyi bersama dan juga bermain games, tapi siapa yang akan memandu?
Ternyata Mba Fatsy, istri mas Bigke dari OBI, langsung menghandle acara. Bersama OBI, beliau sudah mengabdi cukup lama bagi masyarakat Nias, sehingga tidak heran sudah cukup mengenal kaum ibu dan kondisi di sana. Daan ... keramaian pun segera dimulai. Acara bernyanyi, bergoyang, sampai mengajari anak-anak berjoged pun silih berganti. Senang rasanya melihat senyum dan tawa mereka terdengar lepas memenuhi ruangan. Ada yang malu-malu, namun banyak pula yang tampak semangat penuh rona gembira. Justru itu yang kita inginkan, ini saatnya kita bergembira semua. Hilangkan rasa takut dan malu, mari kita bernyanyi dan berjoged bersama.
Siapa yang rajin sekolah? dan tangan-tangan mungil pun teracung. |
Saya pun bergegas mengeluarkan buku saya. Picture book serial Sepatu Dahlan saya pikir sangat cocok untuk diceritakan kembali pada anak-anak Nias. Kisah Dahlan Iskan sewaktu kecil adalah kisah yang sangat inspiratif. Kesulitan dan kemiskinan Dahlan Iskan tidak menghentikan mimpinya untuk menjadi orang besar, selama ada niat dan kemauan yang kuat. Berusaha, belajar, dan berdoa, adalah tiga faktor utama untuk menggapai cita-cita. Dan kepada anak-anak Nias saya menyampaikan tentang itu. Lewat buku ‘Sepatu Idaman’, saya menggiring anak-anak (dan seluruh ibu yang datang) untuk tidak selalu putus harapan. Kita tidak bisa memilih untuk dilahirkan, tapi kita bisa mengubah sebuah keadaan.
Saya sedang bercerita |
Ada yang asyik dengerin cerita, ada juga yang asyik makan Tango. hahaha |
“Agar jadi anak pintar kita harus rajin belaaa ....” teriak saya.
“JAAARRR!” jawab ... EMAK-EMAKnya!
Hihihi. Sampai beberapa kali saya harus bilang; “Ibu-Ibunya diam dulu ya, biar anak-anaknya dulu yang menjawab.” Eh, tapi tetap saja, mereka lagi-lagi paling duluan menjawab. Kenapa begitu? Menurut Kakak-Kakak dari OBI, ketiadaan hiburan bagi mereka, membuat mereka tidak kalah antusiasnya dengan kedatangan kita, meskipun hiburan itu sebenarnya ditujukan untuk anak-anaknya.
Senangnya dapat buku. Dibaca yaaa ... |
Di dalam ruangan semakin berjubel dengan masyarakat yang terus berdatangan. Di luar pun tidak kalah ramainya. Apalagi saat itu sudah bertepatan dengan bubaran anak-anak sekolah yang berada tidak jauh dari lokasi kegiatan. Tidak heran kalau suasana semakin ‘panas’ karena semuanya bergerak ke lokasi acara.
Di dalam dan di luar sama ramainya |
“Jangan lupa dibaca yaaa ....” saya berteriak sesekali. “Minta dibacakan sama Ibu, Bapak, atau sama Kakaknya. Kalian juga bisa saling meminjamkan dengan teman lain kalau sudah selesai membacanya.”
Ya, saling berbagi bacaan tentu akan lebih menyenangkan. Dengan begitu, mereka bisa membaca lebih banyak cerita, menemukan lebih banyak pengetahuan, dan tentu saja lebih banyak kegembiraan.
Siang itu acara ‘Kamis Ceria bersama Tango dan OBI’ ditutup dengan acara makan siang bersama. Oya, selama kita bermain bersama tadi, ada sebagian Ibu-Ibu warga yang sibuk di dapur. Mereka memasak untuk sajian santap siang kita kali ini. Ingin tahu menunya? Mereka menangkap ikan lele dari kolam mereka, memetik sayuran dari kebun mereka, dan memotong ayam peliharan mereka. Setelah dimasak, disajikan untuk dimakan ramai-ramai. Sedaaaap. Apalagi lelenya yang dibumbu acar kuning, duileee ... sedep beneeer. Tim Tango sampai nggak malu-malu buat ngambil lagi dan lagi. Hahaha. Makasih banyak ya Ibu-Ibu atas makan siangnya.
Penyerahan Produk Tango untuk keluarga PMT |
Terima kasih Tango! ^_^ |
Biar postingannya tidak kepanjangan, bersambung lagi ke bagian 3 ^_^
Spesial terima kasih untuk Wylvera Windayana, Dyah Rini, Haya Aliza Zaki, Fitria Chakrawati, Nunik Utami, atas sumbangan buku-buku dan bonekanya. Sudah saya distribusikan langsung pada anak-anak Nias ya. :)
Komentar