[Behind The Scene] Film Miniseri 'Sepeda Ontel Kinanti'
Siapa sih yang tidak berharap buku atau novelnya diangkat ke layar kaca atau layar lebar? Setiap penulis pasti memiliki harapan untuk itu, termasuk saya. Rasanya pasti luar biasa melihat deretan kalimat yang sebelumnya kita tulis berdarah-darah siang-malam, tiba-tiba mewujud menjadi bentuk visual! Tokoh-tokoh yang selama ini berbicara dalam imajinasi belaka kini bergerak hidup di depan mata! Wuow, merinding.
Begitu pula yang saya rasakan saat Sepeda Ontel Kinanti (Novel Anak, diterbitkan Dar! Mizan tahun 2009) tiba-tiba ada yang melamar untuk dijadikan film miniseri televisi. Tahun 2012, kabar itu saya terima, masih berita simpang siur yang belum bisa dipastikan kebenarannya, tapi sudah membuat jantung saya melompat-lompat tidak keruan. Tapi saya memang harus bersabar karena kepastiannya kemudian mengambang panjang. Awal tahun 2013, Produser Imagine Film menghubungi saya via telepon, dan obrolan terjadi beberapa kali. Intinya, saya memberikan izin untuk proses adaptasi novel SOK diangkat jadi miniseri televisi. *Jingkrak-jingkrak*
Semuanya lantas jadi pasti? Beluuum ... selama saya belum memegang kontrak kerjasama, rasanya terlalu dini saya meluapkan rasa bahagia. Banyak hal yang bisa saja membatalkan proyek ini secara tiba-tiba. Apalagi komunikasi selama itu hanya dilakukan via telepon, sehingga saya belum melihat kesungguhan kerjasama ini. Siapa tahu yang nelepon saya ternyata hanya iseng belaka? Bagaimana saya bisa tahu itu, kan?
Akhir Desember 2013, kepastian itu baru saya peroleh justru beberapa saat sebelum syuting perdana dimulai! Yiaaay ... *jungkir balik*. Mengingat seluruh proses syuting akan dilakukan di Tasikmalaya, akhirnya pertemuan saya dengan Om Jack, produser film ini, pun terlaksana. Saat itu, seluruh kru dan pemain sudah berada di Cipatujah, lokasi syuting film ini dilaksanakan. Di Expresso Coffee Asia Plaza, obrolan panjang pun kembali menguar, membahas setiap detil proses produksi yang akan digarap, termasuk pengembangan cerita yang akan dilakukan untuk versi filmnya.
Ya, miniseri SOK memang film adaptasi dari novel saya, dan akan ditayangkan dalam 13 episode! Kebayang, kan, novel setipis SOK akan menjadi alur cerita sepanjang 13 episode? Kalau menuangkan plek sesuai cerita novelnya, satu episode pun pastinya akan langsung tamat. Karena itu, saya mengizinkan untuk dilakukan pengembangan cerita, menambahkan banyak tokoh, banyak cerita dan konflik baru ke dalamnya, selama benang merah dan pesan yang ingin saya sampaikan dalam novelnya tidak lantas keluar jalur.
Mengapa saya percaya begitu saja? Perbincangan saya dengan Om Jack (via telepon dan bahkan saat bertemu langsung) berlangsung seru. Saya jadi tahu bahwa kita memiliki visi yang sama; memberikan tontonan yang baik untuk anak dan keluarga. Bahkan Om Jack memastikan dan meyakinkan saya kalau; “Ini akan menjadi sebuah film, dan bukan sinetron!” Misi menyajikan tayangan yang menghibur dan mendidik pun membuat saya tenang dan lega. Saya merasa SOK sudah berada di tangan yang tepat.
Keyakinan itu pun semakin diperkuat setelah mendengarkan asal muasal mengapa novel SOK terpilih untuk diangkat ke layar kaca. Ternyata novel saya ini terpilih setelah tim kreatif Imagine Film mencari dan membaca sekian banyak novel yang mengangkat nuansa lokal Indonesia. Dari sekian banyak, yang terpilih ternyata ada 2, serial ANAK-ANAK MAMAK-nya Terel Liye, dan SEPEDA ONTEL KINANTI. Dari situ saya baru tahu kalau Miniseri ‘Anak-Anak Mamak’ yang pernah ditayangkan di salah satu TV swasta adalah proyek yang sama dari PH ini (dan diproduksi terlebih dahulu sebelum menggarap SOK). Saya pun semakin yakin, Sepeda Ontel Kinanti akan jadi tontonan yang menarik untuk anak-anak. Insya Allah.
Yang membuat saya semakin bersuka-cita, seluruh proses syuting dilakukan di Tasikmalaya. Itu artinya, seting antara novel dan filmnya bakalan berada di tempat yang sama. Dari dulu saya ingin sekali mengangkat keindahan alam pesisir selatan Tasikmalaya ini. Alhamdulillah ... kru filmnya langsung jatuh cinta dengan alam Cipatujah sejak mereka melakukan survey lokasi ke tempat ini, dan merasa ini memang lokasi yang paling pas untuk film SOK.
Proses syuting untuk 13 episode ini dilaksanakan selama 40 hari. Yang membuat saya bangga, film ini dibintangi oleh aktor sekelas Tio Pakusadewo, yang berperan sebagai Abah. Sementara untuk sosok Kinanti diperankan oleh Neia Bianca, bintang iklan Lifebouy Handwash, Keju Craft, Hokben, Marimas, dll. Saya ikutan main? Hahaha ... nggak. Saya belum cukup pede untuk tampil depan kamera. Kesempatan ini cukup diwakili saja oleh anak saya (Dhabith Aufa) yang muncul dalam beberapa scene di episode 2, buat kenang-kenangan dia main film dalam cerita yang ditulis oleh ayahnya.
Film miniseri ini insya Allah akan tayang di TV Kabel First Media pada bulan Agustus 2014. Mudah-mudahan setelah itu bisa ditayangkan juga di TV nasional, biar anak-anak Indonesia bisa nonton semua. Aamiin. Karena First Media adalah jaringan TV Kabel Asia, semoga SOK akan disiarkan pula ke negara-negara lain dan mendapatkan apresiasi yang positif. Mohon doanya ya.
Pada kesempatan ini, saya ingin mengucapkan terima kasih banyak buat Benny Rhamdani, Dadan Ramadhan, dan seluruh kru Mizan yang sudah menerbitkan novel ini. Terima kasih juga buat Chetan Samtani (exc. Producer), Om Jack (produser), mas Reka Wijaya (sutradara), Chelvia dan Tary Lestari (skenario), dan seluruh kru serta cast yang tidak bisa disebutkan satu per satu. Semoga Sepeda Ontel Kinanti bisa menjadi tayangan yang bermanfaat buat anak-anak dan keluarga Indonesia.
Selamat menonton ^_^
Begitu pula yang saya rasakan saat Sepeda Ontel Kinanti (Novel Anak, diterbitkan Dar! Mizan tahun 2009) tiba-tiba ada yang melamar untuk dijadikan film miniseri televisi. Tahun 2012, kabar itu saya terima, masih berita simpang siur yang belum bisa dipastikan kebenarannya, tapi sudah membuat jantung saya melompat-lompat tidak keruan. Tapi saya memang harus bersabar karena kepastiannya kemudian mengambang panjang. Awal tahun 2013, Produser Imagine Film menghubungi saya via telepon, dan obrolan terjadi beberapa kali. Intinya, saya memberikan izin untuk proses adaptasi novel SOK diangkat jadi miniseri televisi. *Jingkrak-jingkrak*
Semuanya lantas jadi pasti? Beluuum ... selama saya belum memegang kontrak kerjasama, rasanya terlalu dini saya meluapkan rasa bahagia. Banyak hal yang bisa saja membatalkan proyek ini secara tiba-tiba. Apalagi komunikasi selama itu hanya dilakukan via telepon, sehingga saya belum melihat kesungguhan kerjasama ini. Siapa tahu yang nelepon saya ternyata hanya iseng belaka? Bagaimana saya bisa tahu itu, kan?
Akhir Desember 2013, kepastian itu baru saya peroleh justru beberapa saat sebelum syuting perdana dimulai! Yiaaay ... *jungkir balik*. Mengingat seluruh proses syuting akan dilakukan di Tasikmalaya, akhirnya pertemuan saya dengan Om Jack, produser film ini, pun terlaksana. Saat itu, seluruh kru dan pemain sudah berada di Cipatujah, lokasi syuting film ini dilaksanakan. Di Expresso Coffee Asia Plaza, obrolan panjang pun kembali menguar, membahas setiap detil proses produksi yang akan digarap, termasuk pengembangan cerita yang akan dilakukan untuk versi filmnya.
Ya, miniseri SOK memang film adaptasi dari novel saya, dan akan ditayangkan dalam 13 episode! Kebayang, kan, novel setipis SOK akan menjadi alur cerita sepanjang 13 episode? Kalau menuangkan plek sesuai cerita novelnya, satu episode pun pastinya akan langsung tamat. Karena itu, saya mengizinkan untuk dilakukan pengembangan cerita, menambahkan banyak tokoh, banyak cerita dan konflik baru ke dalamnya, selama benang merah dan pesan yang ingin saya sampaikan dalam novelnya tidak lantas keluar jalur.
Mengapa saya percaya begitu saja? Perbincangan saya dengan Om Jack (via telepon dan bahkan saat bertemu langsung) berlangsung seru. Saya jadi tahu bahwa kita memiliki visi yang sama; memberikan tontonan yang baik untuk anak dan keluarga. Bahkan Om Jack memastikan dan meyakinkan saya kalau; “Ini akan menjadi sebuah film, dan bukan sinetron!” Misi menyajikan tayangan yang menghibur dan mendidik pun membuat saya tenang dan lega. Saya merasa SOK sudah berada di tangan yang tepat.
Tio Pakusadewo & Neia Bianca |
Cuplikan Miniseri 'Sepeda Ontel Kinanti'
Proses syuting untuk 13 episode ini dilaksanakan selama 40 hari. Yang membuat saya bangga, film ini dibintangi oleh aktor sekelas Tio Pakusadewo, yang berperan sebagai Abah. Sementara untuk sosok Kinanti diperankan oleh Neia Bianca, bintang iklan Lifebouy Handwash, Keju Craft, Hokben, Marimas, dll. Saya ikutan main? Hahaha ... nggak. Saya belum cukup pede untuk tampil depan kamera. Kesempatan ini cukup diwakili saja oleh anak saya (Dhabith Aufa) yang muncul dalam beberapa scene di episode 2, buat kenang-kenangan dia main film dalam cerita yang ditulis oleh ayahnya.
Mejeng bareng Tio Pakusadewo di lokasi syuting |
Pada kesempatan ini, saya ingin mengucapkan terima kasih banyak buat Benny Rhamdani, Dadan Ramadhan, dan seluruh kru Mizan yang sudah menerbitkan novel ini. Terima kasih juga buat Chetan Samtani (exc. Producer), Om Jack (produser), mas Reka Wijaya (sutradara), Chelvia dan Tary Lestari (skenario), dan seluruh kru serta cast yang tidak bisa disebutkan satu per satu. Semoga Sepeda Ontel Kinanti bisa menjadi tayangan yang bermanfaat buat anak-anak dan keluarga Indonesia.
Selamat menonton ^_^
Komentar