[Review Buku] LAGUNA menurut Ragil Duta

Udah lama juga blog ini gak tersentuh. Biasalah, kalau blogger separuh napas ya gini ini, cuma ngeblog kalau kalau ada napasnya. Hari ini saya tiba-tiba pengen ngeblog dan (mungkin) blogwalking setelahnya, gak tega juga ngeliat blog nganggur terlalu lama. Tapi tadi sempat bingung mau nulis apa, akhirnya memutuskan untuk ngebahas buku yang pernah saya beli.

Lha tapi untuk bisa ng e b a h a s buku yang sudah dibeli itu tentu saya sebelumnya harus sudah m e m b a c a buku tersebut, bukan? Beli doang tapi gak dibaca mah gimana mau ngebahasnya coba? Bahas sampulnya? Doh.

Akhirnya, di tengah pekerjaan hari ini saya menyempatkan membaca novelnya Kang Iwok Abqary yang berjudul Laguna. Alasan saya waktu membeli Laguna ini karena tertarik dengan selentingan bahwa Kang Iwok menulis sebuah cerita roman. Setahu saya, selama ini Kang Iwok lebih banyak menulis cerita komedi remaja. Jadi daripada penasaran, saya belilah novel ini. Tapi ya gitu deh, belinya bulan Februari, bacanya baru tadi. Sok sibuk kalipun gue ini.

Nah setelah baca bukunya, sekarang saatnya saya menceritakan pendapat saya tentang novel Laguna ini. Semoga Kang Iwok gak baca, karena saya mau cela-cela novelnya. Here we go…

Begitu membuka halaman pertama untuk memulai membaca novel ini, saya sudah disuguhi oleh bumbu konflik antara dua tokoh utama dalam kisah ini. Cih! Bencik banget gue. Batal deh tuh rencana mbaca selama 30 menit, jadinya malah mbaca selama 1 jam. Iya, tadinya saya cuma berencana membaca novel ini selama setengah jam sebelum makan siang. Setelah itu saya mau bekerja lagi. Lalu nanti lanjut membaca novelnya setelah selesai kerja. Tapi ya rencana tinggal rencana. Kenyataannya malah jadi lupa makan gara-gara disuguhi bahan konflik di awal cerita itu.

Cerita utama di novel ini memang seputar konflik antara Arneta dan Mark. Arneta adalah seorang Sales & Marketing Manager di Blue Lagoon Resort dan juga anak dari pemilik resort tersebut. Sementara Mark adalah orang yang baru ditunjuk sebagai General Manager oleh ayahnya Arneta. Nah, jadi pasti ceritanya bakal menarik kan ya? Nggak juga sih. *dijitak Kang Iwok*

Kalau soal inti ceritanya, novel roman ringan ini memang biasa, berawal dari konflik dan berujung pada percintaan. Biasa banget tho? Tapi cara Kang Iwok mengemas keseluruhan cerita di novel ini yang membuat saya jadi batal makan siang. Seperti biasa, tulisannya mengalir dan menarik. Cuma karena saya harus menyelesaikan kerjaan siang tadi, mau nggak mau saya harus berhenti membaca novel ini di tengah cerita. Begitu kerjaan rampung, saya segera melanjutkan membaca sampai tuntas.

Kalau di awal cerita tadi saya dibuat terkejut karena sudah dikasih bumbu konflik yang membuat saya batal makan siang, di tengah cerita pun saya lagi-lagi dibikin males melepas buku ini karena diberi kejutan dengan munculnya tokoh Galang. Tokoh ini adalah mantan pacar Arneta. Cerita jadi makin seru. Ya tentunya ’seru’ di sini adalah serunya novel roman ringan. Bukan tipe ’seru’ dalam novel petualangan atau cerita misteri yang menguras otak. Tapi kadar seru di novel ini cukup untuk mengalihkan kegalauan dalam kisah roman dalam hidup saya sendiri. Kok malah curhat, Gil? *keplak*

Menjelang bagian akhir cerita, masuknya tokoh Galang ini mulai mengganggu rencana-rencana Mark selama di Blue Lagoon. Rencana apa? Itu dia yang mbikin novel ini seru. Ternyata perseteruan antara Mark dan Arneta itu sebenernya memang sengaja diciptakan oleh Mark. Lalu sampai menjelang a k h i r dari bagian akhir cerita, hadeuh…ribet banget ya kalimat gue, masih aja saya disuguhi alur yang menggemaskan antara Mark dan Arneta.

Iya sih, sejak awal saya sudah menduga bahwa cerita di novel ini akan berakhir dengan kisah yang membahagiakan, ya selayaknya novel roman yang ringan gitu deh. Tapi ketika sedang membaca bagian yang menggemaskan itu, saya sempat menggerutu dalam hati…haelah..kenapa gak langsung ending aja sih? Masih aja gue dibikin penasaran. Jadi kesannya tuh Kang Iwok gak rela gitu kalau Mark sama Arneta segera mendapatkan cinta bahagia mereka secepat mungkin. Teteup harus ditahan-tahan dulu sekejap, baru kemudian dipertemukan dengan indahnya kisah asmara antara dua sejoli yang tampan dan cantik jelitah dengan bungkus romantisnya suasana malam di kapal ferry…TARAKDUNGJESSS.

Jadi kalau kalian penasaran dengan; gimana cara membuat sebuah cerita roman biasa menjadi menarik, saya sarankan beli dan baca novel ini. Juga bagi yang suka dengan bacaan ringan untuk menjadi kawan selama menunggu antrian dokter atau mundurnya jadwal penerbangan, novel ini wajib dimiliki. Atau mau dijadiin pajangan di tembok juga boleh, cover bukunya seger banget! Beli deh. Gak rugi kok.

Lha terus mana celaannya, katanya tadi mau nyela Kang Iwok? Jiah…gak mungkin lah saya berani nyela teman setongkrongan di Seven Eleven!

Diambil dari : http://tukangecuprus.com/review-buku-laguna/

Komentar

Roellah Blog's mengatakan…
Om Ragil lagi ngecuprus hehehhe :D Keren deh pokoknya
Iwok mengatakan…
Hehehe iya, ngecuprusnya Ragil seru!

Postingan populer dari blog ini

Keajaiban Itu Ada; Bocil Sembuh dari Panleukopenia

Digitalisasi Usaha untuk Bertahan di Masa Pandemi

[Tips Menulis] Ketebalan Sebuah Naskah Novel?