[Review] Novel Dandelion by Dei Ka


Berkisah tentang Yara dan Ganesha, sepasang kekasih yang harus berpisah karena Yara terpaksa melanjutkan sekolahnya di Singapura atas desakan sang ayah. Meski sebetulnya Yara sama sekali tak rela meninggalkan Ganesh di Indonesia. Tapi gadis yang baru saja lulus sekolah menengah atas itu juga sangat kecewa dengan sikap Ganesh yang dengan entengnya merelakan dirinya pergi. Dan di penghujung perpisahan, saat harapan terakhir Yara adalah bertemu dengan Ganesh untuk saling mengucapkan selamat jalan, yang ditunggu tak juga menampakkan diri. Hingga Yara, dengan hati tersayat, terbang meninggalkan serpihan hatinya yang menghilang bersama Ganesh. Hatinya masih digantungkan sebelah, tanpa penjelasan dari lelaki itu.

Sementara Ganesh pun sebetulnya merasakan derita yang sama dengan gadisnya, Yara. Namun ia berpikir ulang. Sejak awal hubungannya dengan Yara memang sudah salah, dan terlalu salah. Ia, yang hanya seorang pemuda miskin tidak sepantasnya bersanding dengan Yara yang bak puteri raja. Meski Yara selalu meyakinkannya bahwa itu bukanlah masalah, tapi berbeda bagi Ganesh. Ia merasa tak pantas mendapatkan Yara. Ia merasa akan merusak masa depan gadis itu bila terus bersamanya. Itulah alasan mengapa Ganesh tak menahan Yara untuk pergi. Karena itulah yang terbaik untuk mereka. Namun, Ganesh sama tak tenangnya, karena bagaimanapun, ia berhutang penjelasan pada Yara, penjelasan yang memaksa Ganesh untuk melepas Yara selamanya.

Namun harapan Ganesh tak semulus yang ia bayangkan, saat nyatanya, setelah sekian lama berpisah, ia kembali terhubung dengan Yara, melalui Dandelion, sebuah novel yang diciptakan seorang Alang berdasarkan kisah hidupnya, meski ia pun coba mereka sendiri akhir kisahnya yang masih mengambang. Lalu, saat sosok Alang mempertemukan Yara dan Ganesh kembali, apakah kisah mereka akan berbeda dengan Dandelion? Ataukah, seiring berjalannya waktu, mereka akan memilih hati yang lain? Elo, elo, elo semua harus baca!! Ini kerennnn!!!!

Comment:

Teenlit again. Setelah sekian lama nggak baca genre ini, entah kenapa sangat tertarik dengan covernya yang lagi-lagi seger dan sangat cantik. Sangat sangat sangat cinta dengan Dandelionnya :* saya salah satu pengagum tanaman cantik itu. covernya memang teenlit banget, tapi saya kok merasa tidak sedang membaca teenlit ya, karena jujur teen-nya nggak dapet banget, kecuali mungkin pengetahuan bahwa Yara dan Ganesh baru saja lulus SMA dan Yara yang terlihat sekali masih sangat labil. Tapi selebihnya, pemikiran dan cara bertutur mereka sungguh dewasa sekali. Mungkin ada remaja yang memang sudah mampu bersikap dewasa, apalagi dalam situasi dan kondisi seperti yang dialami Ganesh, tapi untuk memikirkan perihal cinta sampai sebegitu dalamnya, rasanya jarang deh (atau apakah remaja jaman sekarang memang begitu ya? ahh maklum lah, masa remaja saya sudah terlewati hampir seratus tahun yang lalu -_- wkwkwk)

Alur ceritanya menarik, dengan dua sudut pandang yang saling bergantian antara Yara dan Ganesh. Yang membuat saya terpukau saat pertama kali membaca novel ini adalah adegan pembuka yang sudah bikin nyesek duluan, beda dengan kebanyakan novel yang lain, terutama teenlit. Dan selanjutnya, narasi-narasi yang indah mulai mengantarkan rasa penasaran saya hingga akhir halaman. Ceritanya benar-benar indah dan menyentuh. Penulis berhasil mengombang-ambingkan perasaan saya selama terjun dalam dunia Dandelion ini. hanya saja, saya agak terganggu dengan simbol man dan woman yang menandai pergantian babnya. Rasanya lebih nyaman bila menggunakan nama tokohnya saja untuk membedakan sudut pandangnya. Ilustrasinya juga penuh, membuat saya seperti sedang membaca komik (menurut saya sih, karena sekali lagi, saya lebih suka novel yang bersih).

Karakternya kuat, penggambaran perasaan tokoh utamanya juga nyaman dibaca, membuat saya seolah sedang berperan menjadi mereka. Yara yang masih labil dan emosional juga nyatanya tak bisa menghindar dari sosok Bryan yang berusaha merasuki hatinya (Bryan sempurna. Terlalu sempurna malah, hingga justru tak masuk akal cowok seperti itu ada. Seprti apa kesempurnaan Bryan? Baca deh, dijamin kamu langsung jatuh cinta, seperti saya :D). Sedang Ganesh, cowok yang semula saya kira minderan, setelah menjelajahi kisahnya, ternyata dia hanya berusaha untuk realistis (dugaan saya, Laras juga banyak berperan dalam keputusan Ganesh. Mereka sahabatan sejak kecil, sangat mungkin bahwa keduanya sudah saling jatuh cinta tanpa disadari, menjadikan Yara adalah cinta sesaat untuk Ganesh). Adegan bersatunya Yara dan Ganesh juga mengingatkan saya pada sebuah iklan cokelat, cuma bedanya, di sini yang memulai duluan si cewek, dan langsung to the point, hahahaa.

Keputusan Ganesh untuk menulis novel berisi kisah cintanya juga mengingatkan saya pada Tenggelamnya Kapan Van Der Wijck di mana tokoh lelakinya menulis kisah pribadi yang dibaca oleh tokoh wanita. Awalnya saya bingung dengan sinopsis back covernya tentang keterlibatan Dandelion yang menghubungkan Yara dan Ganesh dalam jarak dan waktu. Eh, ternyata itu maksudnya! (mau tahu maksudnya? Makanya baca! Jangan makan melulu kayak saya -_-). Hal ini juga membuat saya iri setengah mati sama Ganesh. Bisa-bisanya buku perdananya langsung menjadi best seller hingga naik ke layar lebar (kenapa gak naik haji sekalian kayak mak Ijah? Dasar sirik! Biarin -_-), padahal kan dia disebut penulis remaja, pemula lagi! (oh, andai saya bisa seperti Ganesh T.T). Tapi pastinya itu mungkin saja kalau doi bener-bener serius dan punya bakat yang luar biasa siih. Pokoknya saya nyesek banget baca cerita ini, terutama tentang kehidupan Ganesh yang tak mudah. Konflik di sini juga lebih ke perang batin para tokohnya. Sedang interaksi dengan para tokoh lain juga kalem-kalem aja, nggak ada tegang-tegangnya, hanya agak deg-degan menjelang pertemuan kembali Yara dan Ganesh.

Untuk dialognya memang mengalir dan enak dibaca, walau tidak mencerminkan bahwa yang berbicara adalah seorang teenager. Tapi saya suka dengan setiap percakapan Yara dan Bryan, cowok itu mampu sekali melelehkan hati perempuan. Dari Yara juga saya jadi tahu banyak tentang Dandelion dan pappus-pappusnya (pappus? Serial yang lucu itu? karangan Hilman Hariwijaya? Bukan. Itu Lupus -_- oohh, terus Pappus apaan? Makanya baca donk novel Dandelion! Ting!). Saya juga suka sekali dengan gambaran padang Dandelion di dekat rumah Ganesh, ahh rasanya pengen ke sanaa!! Akhir yang manis sekali menurut saya, setelah Ganesh memenuhi keinginan mendalam dari Yara. Dan hingga kata terakhir, seriusan saya nggak nyangka dan kaget kalau ternyata sudah berakhir sampai di situ. Saya kira masih ada kelanjutannya! Ooh betul-betul sweet banget deh kisahnya. Saya sukaaaaaa sekaliiiii!! Five stars for my lovely Dandelion J elo, gue, tetangga lo, kakek moyang gue, sepupu lo, tukang ojek gue, guru bimbel lo, tukang kebon gue, pokoknya semuanya harus pada baca buku ini!! hahaha (ketawa ngakak kemudian pingsan).

Sumber : http://storyofdeika77.wordpress.com/2014/05/08/dandelion/

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Keajaiban Itu Ada; Bocil Sembuh dari Panleukopenia

Digitalisasi Usaha untuk Bertahan di Masa Pandemi

[Tips Menulis] Ketebalan Sebuah Naskah Novel?