Sepeda Ontel Kinanti: Dari Novel ke Mini Seri


Ketika menjamurnya novel yang diterjemahkan ke dalam bentuk film, saat itu juga imajinasi di atas kertas bertransformasi ke dalam bentuk yang berbeda. Akan selalu ada ide untuk mengubah novel menjadi sebuah tontonan visual. Novel, yang berdasarkan sebuah kumpulan kalimat yang dibangun dengan fiksi naratif, tidak jarang mengundang para sineas untuk meminangnya dan mengisahkan novel tersebut ke dalam sebuah film. Tidak bisa disangkal, daya tarik dan popularitas novel yang telah dikenal luas bisa menjadikan novel tersebut menjadi faktor utama untuk diangkat ke layar kaca dan dinikmati dalam bentuk visual.

Sepeda Ontel Kinanti adalah salah satu novel yang kini mendapat giliran merasakan perubahan tersebut. Novel ini bercerita tentang seorang anak perempuan bernama Kinanti, yang tinggal di sebuah pesisir pantai di Tasikmalaya, Jawa Barat. Kinanti, adalah anak yang memiliki tekad kuat untuk terus menuntut ilmu. Baginya, jarak jauh yang memisahkan sekolah dan rumahnya, bukanlah masalah. Dengan sepeda ontelnya, Kinanti rela melewati berbagai rintangan seperti melewati rawa, hutan, jembatan gantung yang rapuh dan hambatan lainnya. Suatu ketika, Kinanti harus merelakan sepeda kesayangannya dijual. Adiknya jatuh sakit dan butuh biaya untuk berobat. Walau tanpa sepeda kesayangannya, Kinanti masih tetap bersemangat untuk pegi ke sekolah dan tidak pernah putus asa untuk menjemput masa depan.

Novel yang ditulis oleh Iwok Aqbary yang diterbitkan tahun 2009 ini boleh bangga karena ditaksir oleh sebuah production house untuk diterjemahkan ke dalam visual berupa mini seri. Novel setebal 144 halaman ini telah dibuat menjadi 13 episode. Proses shooting-nya sendiri dilaksanakan di daerah Tasikmalaya, Jawa Barat, tempat kisah dalam novel ini terjadi. Proses shooting berlangsungselama 40 hari, antara Januari sampai Februari 2014 lalu.

Saat diterjemahkan ke bentuk visual, sebuah novel biasanya mengalami banyak perubahan dan pengembangan di sana-sini di sisi cerita, berikut penambahan konflik dan tokoh guna memperkaya kedalaman cerita. Iwok mengaku setuju novelnya lebih dieksplorasi selama benang merah dan pesan yang ingin disampaikan di dalam novelnya tetap berada di dalam jalur.

Proses adaptasi novel Sepeda Ontel Kinanti ini ternyata sudah melewati kisah nan panjang dan berliku. Novel ini terpilih setelah sebuah tim kreatif membaca sekian banyak novel yang isi ceritanya mengangkat nuansa lokal Indonesia. Dari novel-novel yang telah diseleksi itu, Sepeda Ontel Kinanti terpilih menjadi novel yang layak untuk diadaptasi. Keputusan ini dibuat karena Sepeda Ontel Kinanti bisa menjadi sebuah tontonan mini seri bagi keluarga dan anak-anak Indonesia.

Tio dan Neia


Rencananya mini seri ini akan ditayangkan di salah satu jaringan televisi berbayar pada bulan Agustus 2014 nanti. Film ini dibintangi oleh salah satu aktor senior Indonesia, Tio Pakusodewo yang memerankan tokoh Abah dan tokoh Kinanti diperankan oleh Neia Bianca, gadis cantik yang telah banyak bermain di berbagai iklan komersil. Iwok berharap, mini seri Sepeda Ontel Kinanti bisa dinikmati oleh semua keluarga di Asia. Semoga.

(Anggi Septianto/Redaksi AlineaTV)
Sumber : http://www.alineatv.com/2014/06/sepeda-ontel-kinanti-dari-novel-ke-mini-seri-2/

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Keajaiban Itu Ada; Bocil Sembuh dari Panleukopenia

Digitalisasi Usaha untuk Bertahan di Masa Pandemi

[Tips Menulis] Ketebalan Sebuah Naskah Novel?