Buat saya, liburan bareng keluarga memang tidak pernah simpel. Semuanya harus disiapkan jauh-jauh hari; transportasi, akomodasi, termasuk itinerary dan alokasi anggaran. Saya tidak mau asal jalan yang ujungnya malah merepotkan dan membuat liburan jadi berantakan. Maklum, anak saya masih kecil-kecil (dan belum terbiasa jalan jauh), jadi saya harus mempertimbangkan banyak hal. Yang paling utama sih, apakah mereka cukup kuat diajak jalan muter-muter? Makanya, untuk liburan ke Kuala Lumpur ini saya bikin beberapa alternatif itinerary, dan yang dilaksanakan adalah yang paling simpel. hehehe.
Sehari sebelumnya, saya sempat panik. Setelah berusaha menjaga kesehatan anak-anak sebelum pergi, tiba-tiba saja Rayya (8 tahun) batuk-batuk parah. Kebiasaan Rayya, kalau sudah batuk selalu diakhiri dengan muntah. Dan itulah yang terjadi. Saya takut batuk ini diiringi demam juga. Pengalaman sebelumnya, Rayya menderita batuk dan demam begitu kita baru tiba di Pantai Pangandaran untuk liburan. Tak ada dokter di sekitar lokasi wisata, sehingga kita memutuskan untuk kembali pulang hanya beberapa saat setelah check-in hotel. Huhuhu. Karena itu, saya memutuskan untuk membawa obat batuk dan demam kali ini. Semoga saja batuk-batuk ini hanya gejala antusiasme Rayya untuk liburan ke luar negeri pertama kali.
Sebenarnya, saya sudah panik lebih dulu karena liburan kali ini ternyata malah bentrok dengan jadwal UTS anak-anak! Hiyaaaa ... jauh sebelum saya booking tiket dan lain-lain, saya sudah kontak wali kelasnya, menanyakan kapan UTS dilaksanakan. Jawaban yang saya terima; Minggu ke 2 Oktober! Wokelah kalau begitu, jadi aman kalau kita pergi tanggal 23-25 September. Masih banyak cukup waktu untuk persiapan UTS-nya. Kenyataannya? UTS ternyata berlangsung lebih cepat! Tanggal 23-24 malah masih ada 2 mata pelajaran tersisa yang diujikan. Wuaduuh ... apakah liburan kali ini harus gagal lagi seperti rencana ke Singapura tempo hari (dan saya harus merelakan tiket sekeluarga PP melayang begitu saja)? Akhirnya, saya kontak dua guru pelajaran tersebut dan diperbolehkan mengikuti ujian susulan. Alhamdulillah ...
|
Menunggu sarapan di Solaria Bandara |
Kita berangkat hari Jumat (23/09/16) melalui Bandara Husein Sastranegara Bandung. Flight pukul 10 pagi mengharuskan kita harus sudah berangkat dari rumah pukul 4 pagi. Perjalanan 3 jam plus sarapan 1 jam membuat kita bisa check in tepat pukul 8 teng!
|
Suasana kabin pesawat Malindo Air yang nyaman |
Setelah sebelumnya ngeri dengan cuaca yang tidak menentu, pagi itu Malindo Air terbang di tengah cuaca cerah. Alhamdulillah tidak hujan yang menjadi ketakutan saya sebelumnya. Terbang di tengah hujan jadi hal yang tidak pernah membuat saya tenang.
|
Suasana di dalam pesawat Malindo Air |
Dan ternyata, Malindo Air ini asyik! Tidak saja karena ruang kaki yang lebih leluasa, ada inflight entertainment juga yang membuat anak-anak bisa mengatasi bosan sepanjang perjalanan. Mereka bisa nonton film, tayangan dokumenter, atau tayangan hiburan lain yang mereka mau. Daan ... dikasih snack juga! Widiw, pelayanan keren nih. Jarang-jarang kan ada pesawat low budget yang ngasih penganan dan minuman ringan kayak gitu? Selain itu, tarifnya juga paling murah dibandingkan pesawat lainnya! Kok bisa, ya?
|
Disambut langsung oleh Neymar; Welcome to Malaysia |
Pukul 13 waktu Malaysia, pesawat mendarat di KLIA (Kuala Lumpur International Airport), berbeda dengan pesawat low budget lainnya yang umumnya mendarat di KLIA-2. Mungkin karena Malindo milik Malaysia ya, jadi mendapat fasilitas yang lebih baik. Ya saya sih seneng-seneng aja. Kapan lagi bisa nginjek kaki di KLIA, kan? Hehehe.
Setelah melalui antrian imigrasi yang puanjang, petualangan sudah dimulai saat kita masih di dalam bandara. Entah kenapa, nyari arah ke terminal bus kok selalu saja terdampar di tempat parkir. Dari awal memang sudah niat kita nggak akan naik KLIA Express. Mahal bow! Satu orang kena 55RM, dan kita ber-4. Daripada uang habis buat naik kereta ke KL Sentral, mendingan duitnya buat jajan. lagian, jarak tempuhnya nggak terlalu jauh. Katanya, naik KLIA Express memakan waktu 30 menit, sementara naik bus 1 jam. Selisih 30 menit sih nggak lama lah. Masih bisa diajak tidur. So, muterlah kita nyari petunjuk ke tempat terminal bus berada. Dua kali muter, eh dua-duanya mendarat di tempat parkir. Hahaha ... apes. Makanya kita akhirnya nanya petugas informasi, dan dengan entengnya petugasnya nunjuk ke seberang; "tuh, terminal bas ada di sana!" Hiyaaa ... pantesan muter-muter nggak nemu juga, semua bus ngumpulnya di gedung seberang! Tinggal nyeberang, sampe deh. *jeduk-jeduk*
Dari KLIA kita menggunakan bus Airport Coach untuk menuju KL Sentral, dengan tarif 10RM saja per orang (kecuali Rayya yang hanya dikenakan tarif 6RM). Seperti kita tahu,
KL
Sentral ini adalah pusat pertemuan (transit station) segala transportasi di Kuala Lumpur.
Mulai dari bus sampai segala jenis angkutan kereta (Monorail, LRT, KLIA
Express, Komuter, dll). Selain itu, KL sentral juga terhubung dengan mal yang
menawarkan banyak fasilitas belanja. Jadi nggak susah kalau mau nyari apa-apa. Sebagai transit area, KL Sentral menjadi serbuan masyarakat dan juga wisatawan setiap harinya. Tak heran kalau di sini tak pernah sepi sepanjang waktu.
|
Suasana di KL Sentral |
Karena menginap di area KL Sentral, kita tinggal mencari jalan ke luar tanpa perlu naik kendaraan lagi! Ini adalah kali pertama kali kita menginjakkan kaki di Kuala Lumpur. KL Sentral masih menjadi suasana baru dan sejujurnya kita tidak tahu harus keluar dari pintu yang mana. Luas banget bow! Makanya, kita kembali muter-muter nggak tahu arah. Hehehe ... Padahal, setelah nanya Petugas Informasi yang banyak berada di dalam KL Sentral ini, kita tinggal turun melalui pintu belakang saja! Halah ... makanya nanya dong maaas :p
|
Easy Hotel, tempat saya menginap |
Kita menginap di Easy Hotel, di area Little India yang tepat berada di bawah KL Sentral. Mengapa milih nginep di sini? Bukan saja karena harganya yang murah, tapi kemudahan akses ke mana-mananya inilah yang jadi pertimbangan utama. Mau naik monorail, stasiunnya ada di sebelah hotel banget. Mau naik LRT, Komuter, KLIA Express, dll. tinggal naik ke atas KL Sentral. Terminal bus menuju bandara pun ternyata ada di seberang hotel. Foodcourt dan rumah makan banyak di KL Sentral dan di sepanjang ruas jalan (rata-rata rumah makan India). Minimarket ada di sebelah hotel, nggak susah kalau butuh sesuatu dadakan. Jadi, hotel ini asli strategis sekali, nggak cape kalau mau ke mana-mana, cocok buat saya yang bawa anak kecil. (Ulasan Easy Hotel nyusul ya).
Hari sudah pukul 4 sore saat kita check in Hotel. Setelah perjalanan jauh dari rumah pagi buta tadi, tampaknya kita butuh mandi biar seger, plus nyemil-nyemil dulu buat ganjel perut. Mau makan siang kok sudah telat, sementara makan malam masih beberapa jam lagi. Posisi nanggung. Yawes, keluarkan perbekalan darurat dulu; Pop**e! Ahaaay ...
Karena nggak bakalan sempat ke banyak lokasi, target pertama kita adalah Menara Petronas. Di itinerary sih sebenarnya kita memasukkan Bukit Bintang dan dinner di Jalan Alor juga di hari pertama. Tapi melihat kondisi anak-anak (khususnya Rayya yang batuknya belum juga reda), Menara Petronas saja sudah cukup. Apalagi di sana ada KLCC Park yang bisa kita puteri juga. Ada taman bermain dan juga kolam renang gratis buat ngadem. Cocok kalau liburan bareng keluarga. Apalagi banyak spot cakepnya juga buat selfie dan welfie. #tetep
Dari KL Sentral kita naik LRT Kelana Jaya ke arah KLCC. Cuma 5 stasiun saja, jadi tidak terlalu lama kok di jalannya. Pertama kali ke luar negeri (Kuala Lumpur) dan belum tahu cara beli tiket (token) LRT-nya? Gampang kok, gini caranya:
|
Tampilan awal. Tekan jenis kereta yang sesuai dengan tujuan. Untuk ke KLCC, tekan gambar kereta kedua dari kiri (LRT Kelana Jaya) |
|
Posisi stasiun di mana kita berada akan ditandai dengan warna abu. Klik stasiun ke mana kita akan menuju. Contoh KLCC |
|
Pilih berapa token yang akan kita beli. Kalau lebih dari 1 orang, tinggal klik tombol (+) atau (-) untuk mengurangi. Jumlah ringgit yang harus dibayar akan tertera di layar, lalu klik tombol BAYAR |
|
Masukkan uang kertas di bagian yang tersedia (bawah), atau uang koin di bagian atas. Boleh kok gabungan kertas dan koin juga. Jumlah uang yang kita masukkan akan tertera di layar. |
|
Ambil token dan uang kembalian (kalau ada) di tempat ini. |
|
. |
Ini tokennya. |
Di gerbang masuk, tempelkan token di bagian yang tersedia (bagian atas, ada petunjuknya). Setelah gerbang terbuka, kita bisa masuk sambil membawa tokennya. Jangan sampai hilang, karena token akan kita masukkan di gerbang keluar di stasiun yang dituju.
|
Awas jangan salah naik kereta. Lihat platform ke mana kita akan menuju. |
Stasiun LRT ternyata berada di bawah menara Petronas dan Mal Suriah KLCC. Kebayang dong serunya pas keluar dari stasiun? Jangan kaget kalau tiba-tiba nyasar masuk ke dalam mal seperti saya, soalnya nggak tahu pintu ke luar menuju KLCC Park itu sebelah mana. Hehehe ... baru pertama kali sih ya, jadi nggak seru kalau nggak pake nyasar dulu.
|
Nyasar di KLCC berujung welfie. Horeeee ... :p |
Setelah cape nyasar, baru deh kita nanya. Heuheuheu ... dan langsung ditunjukkan kembali ke jalan yang benar. Lagian mal mah di mana-mana sama, mau di KL atau di Tasik ya begitu-begitu aja. Begitu keluar dari pintu yang seharusnya, KLCC Park pun sudah tersaji begitu saja. Kita sampaaai ...
Menara Petronas memang salah satu ikon utama yang ada di Kuala Lumpur. Tak heran kalau lokasi ini selalu dipenuhi banyak wisatawan setiap harinya. Selain kita, banyak wisawatan asing yang memenuhi tempat ini saat kita datang. Terlebih, ada sajian menarik juga yang membuat kita semua betah di tempat ini. Air mancur menari!
Berhubung di Tasik nggak ada yang kayak ginian, Rayya anteng banget tuh nonton air mancur. Bahkan sampai malam. Kasian ya? #pukpuk
|
Kolam renang yang sudah ditutup begitu kita tiba |
O iya, ini mungkin pembalasan dendam Rayya karena nggak diperbolehkan main di zona permainan anak dan juga bermain air di kolam renang. Pas kita ke sana, ternyata arena permainan dan kolam sudah ditutup. Pas nyobain ayunan aja langsung disemprit petugasnya. Makanya Rayya langsung manyun dan ngambek pengen berenang esok harinya.
Karena batal ke Bukit Bintang dan Jalan Alor untuk makan malam, akhirnya kita naik ke lantai 2 Suriah KLCC. Di sana ada Signature Foodcourt yang menawarkan banyak sekali jenis hidangan. Dari yang ringan dan lucu sampai yang berat dan mengenyangkan. Dari western food seperti hotdog, burger atau hidangan serba pasta, masakan india seperti nasi briyani, thai food seperti tom yum, sampai ke nasi lemak dan nasi ayam. Harganya standarlah, tidak jauh berbeda dengan makan di foodcourt yang ada di tanah air. So, mari kita makan!
|
Nasi Briyani |
Beres makan sudah jam 10 malam. Mari kita pulang!
Budget hari pertama (kurs 1RM = Rp. 3.216,-) per orang
- Tiket pesawat Malindo Air : Rp. 509.000,- / orang
- Tiket Bus KLIA - KL Sentral : 10 RM = Rp. 32.160,-
- Hotel : 170 RM (family room untuk 4 orang) = 170/4 = 42,5 RM = Rp. 136.680,-
- Tiket LRT Kelana Jaya : KL Sentral - KLCC = 2,4 RM = Rp. 7.718,- (PP x 2)
- Makan malam & Minum : 20 RM = Rp. 64.320,-
Bersambung ke
Part 2
Komentar
boleh dong review akomodasi perjalanannya kang. hehe
salam kenal dari tasik
siap kang diantos