[Family Vacation] Menikmati Petik Apel di Kota Batu Malang - Part 4
Bagian 3 bisa di baca di sini
Setelah sekian purnama, dan setelah liburannya berakhir setahun lalu, akhirnya saya tergerak untuk menuliskan lanjutannya kembali. Hahaha … ampuuun .. penyakit saya nih, tiap nulis blog laporan liburan pasti selalu nggak pernah tuntas. Pasti saya mentok di hari ke-2 atau ke-3. Jadi hari terakhir atau pulangnya begimana ya nggak pernah ketahuan lagi ceritanya. Kacau kan?
Jadi hari ketiga di Malang jadwal kita untuk memetik apel! Horeee … kegiatan agro wisata ini memang sudah saya agendakan sebelum berangkat. Sebagai sentra perkebunan apel di tanah air dan terkenal sebagai kota apel, rasanya kok sayang banget kalau kita melewatkan yang satu ini. Metik langsung apel dari pohonnya tentu akan jadi sensasi tersendiri. Sekalian biar anak-anak tahu pohon apel itu kayak gimana, kan lumayan sebagai pengetahuan yang tak mungkin didapatkan di bangku sekolahan. Jadi, sejak pagi Pak Bambang sudah standby nungguin depan hotel, jemput kita untuk meluncur ke objek berikutnya.
Btw, karena hari ini kita akan menghabiskan waktu di Batu untuk selanjutnya meluncur ke Surabaya, pagi itu kita sekalian check out dari hotel, angkut-angkut koper, lalu masuk ke bagasi mobil. Aman, main sampai jam berapapun kita nggak perlu ribet balik lagi ke hotel buat angkutin koper. Nah, begitu kita meluncur ke kebun apel, pak Bambang rupanya punya usulan lain. “Bagaimana kalau kita ke pusat oleh-oleh dulu, Pak? Mumpung masih pagi dan belum penuh. Jadi setelah itu bapak sekeluarga bebas bermain sebelum kemudian meluncur ke Surabaya.”
Hmm … ide bagus juga sepertinya. Apalagi pak Bambang sepertinya mempertimbangkan rute yang akan ditempuh sesiangan ini. Biar nggak muter-muter, akhirnya jadwal beli oleh-oleh dimajukan di awal. Baiklah, saya ikut usulan pak Bambang. Meluncur pak!
Pusat oleh-oleh Brawijaya sepertinya jadi salah satu sentra oleh-oleh paling lengkap di kota Batu ini. Begitu masuk parkirannya, kita baru nyadar kalau di sinilah kita pas hari pertama datang ikut numpang mandi! Hahaha … halaman parkir belakangnya emang luaaas sekali, bisa menampung puluhan bus berukuran besar. Tak hanya itu, untuk mengakomodasi kebutuhan pengunjung yang bisa ribuan orang itu, pihak toko sudah menyiapkan sederet kamar mandi (sekitar belasan kamar mandi) untuk mereka yang lagi kebelet atau yang pengen touch-up kayak sebelah saya. #eaaaaa #digeprukin
Kalau kamu ke Batu lalu mau beli oleh-oleh, sepertinya memang akan diarahkan ke tempat ini. Soalnya memang koleksi oleh-olehnya cukup lengkap. Serba-serbi keripik buah, bakpia, strudel, hingga kopi tersedia di sini, lengkap dengan variasi harganya. Jadi, mari kita belanjaaaaa.
Beres ngurusin oleh-oleh, saatnya kita meluncur ke kebun apel. Saya kurang paham nama perkebunannya, karena semua sudah diurus oleh pak Bambang. Yang jelas, lokasinya ada di daerah Selecta. Meski begitu, kita beli tiket masuknya di kota Batu, dan kemudian diantar ke lokasi berbarengan dengan sejumlah kendaraan pengunjung lainnya. Lokasi perkebunan berada di daerah ketinggian, karena kendaraan menyusuri jalanan yang terus merayap naik dan kita bisa melihat pemandangan kota Batu di bawah sana. Cakep!
Dan ternyata, perkebunan apel di sana buanyak sekali. Sepanjang jalan yang kita lewati terhampar perkembunan apel semua, sampai kita bingung perkebunan yang kita tuju tuh yang sebelah mana sebenarnya, kok nggak nyampe-nyampe, padahal kan ini sudah apel semua. Yaelah, yang punya kebon beda orang kali, jek! Hahaha … namun kemudian, kita pun tiba di tempat yang dituju. Yeaaay … mari kita makan apeeel.
Setiap orang yang masuk disodori satu kantong plastik kosong. Tujuannya ya untuk menampung apel-apel yang sudah kita petik. Jadi nggak perlu ribet masukin ke saku baju atau celana. Nggak bakalan muat banyak, Bray! Trus asyiknya, setiap orang bebas memetik dan memakan apel sepuasnya! Iya, sekembungnya dah. Asal beneran dimakan ya, jangan asal metik, gigit sedikit lalu dibuang. Sayang soalnya. Makanya untuk mengedukasi pengunjung, ada beberapa pemandu yang berseliweran memberitahu pengunjung, apel seperti apa yang sudah matang, mana yang masih asem, dan gimana memetik buah apelnya dengan baik. Jangan asal tarik sampe matahin ranting-rantingnya gitu lho, kan kasihan pohonnya. Ternyata trik membebaskan pengunjung makan sepuasnya dengan membayar tiket masuk 30ribu per orang ini lumayan jitu. Soalnya, nggak bakalan ada yang sanggup makan apel banyak-banyak kok. Suer deh. Saya aja makan 2 biji udah cukup. Anak-anak juga paling sebiji-dua biji doang. Sisanya malah masuk kantong plastik.
Batu mulai panas. Mataharinya beneran di atas kepala oy! Apalagi pohon apel ini kan bukan pohon rindang yang cocok dijadiin tempat berteduh, jadi ke mana kita melangkah ya tetep aja panas. Makanya, sejam di sini sudah lebih dari cukup. Kan emang gitu-gitu doang, muterin pohon apel sambil petik sana petik sini. Nah, lalu apel yang sudah dipetik boleh dibawa pulang? Boleh banget, Esmeralda, tapi harus ditimbang dulu ya, lalu dibayar! Hehehe … iya, makan di tempat memang boleh gratis sepuasnya, tapi yang dibawa pulang wajib dibayar. Udah, nggak usah protes! Emang di mana-mana juga begitu kok.
Kemana lagi kita meluncur setelah memetik apel? Masih siang dan masih cukup waktu untuk muterin Batu lagi. Dan pilihan kita jatuh pada taman Selecta. Meski bukan objek wisata baru, namun nama Selecta sudah sangat terkenal sebagai objek wisata unggulan di kota Batu. Tiap kali browsing tentang wisata di Batu, nama ini selalu muncul soalnya. Ya sudah, kita lanjut ke sana saja. Apalagi lokasinya ternyata tetanggaan sama agrowisata apel tadi. Turun 5 menit aja langsung nyampe. Hahaha … bisa sambil engklek ini sih.
Selecta adalah wisata keluarga. Tak hanya taman bunga yang bertebaran di mana-mana, sejumlah wahana permainan anak pun siap memanjakan anggota keluarga. Saya dong yang paling girang, soalnya bisa ketemu banyak parade kebun bunga yang cakep-cakep. Batu Malang memang berada di dataran tinggi, makanya cocok sekali untuk lahan berkebun. Pas lihat koleksi hydrangea aja saya sampe melotot, bunganya bisa guede bangeeet. Ada kali lebih gede dari kepala orang dewasa. Ajib pokoknya. Mana warnanya banyak pula. Sementara anak-anak mencoba naik beberapa wahana, saya dan Iren duduk lesehan di bawah pohon. Adem beneeer … di sini banyak pohon rindang soalnya, jadi cocok buat tempat ngaso.
Tak banyak yang bisa kita nikmati di Selecta. Mungkin karena kondisi badan yang mulai menurun juga dan panas yang semakin terik, membuat kita malas melangkah ke mana-mana. Efek begadang dan explore Bromo seharian malam sebelumnya membuat kita belum menikmati istirahat dengan penuh. Jadi kita minta pak Bambang untuk melanjutkan perjalanan menuju Surabaya saja. Benar saja, sepanjang jalan menuju Surabaya semua tertidur dengan nyenyaknya. Hahaha … capeee.
Bersambung ke part 5
Setelah sekian purnama, dan setelah liburannya berakhir setahun lalu, akhirnya saya tergerak untuk menuliskan lanjutannya kembali. Hahaha … ampuuun .. penyakit saya nih, tiap nulis blog laporan liburan pasti selalu nggak pernah tuntas. Pasti saya mentok di hari ke-2 atau ke-3. Jadi hari terakhir atau pulangnya begimana ya nggak pernah ketahuan lagi ceritanya. Kacau kan?
Jadi hari ketiga di Malang jadwal kita untuk memetik apel! Horeee … kegiatan agro wisata ini memang sudah saya agendakan sebelum berangkat. Sebagai sentra perkebunan apel di tanah air dan terkenal sebagai kota apel, rasanya kok sayang banget kalau kita melewatkan yang satu ini. Metik langsung apel dari pohonnya tentu akan jadi sensasi tersendiri. Sekalian biar anak-anak tahu pohon apel itu kayak gimana, kan lumayan sebagai pengetahuan yang tak mungkin didapatkan di bangku sekolahan. Jadi, sejak pagi Pak Bambang sudah standby nungguin depan hotel, jemput kita untuk meluncur ke objek berikutnya.
Btw, karena hari ini kita akan menghabiskan waktu di Batu untuk selanjutnya meluncur ke Surabaya, pagi itu kita sekalian check out dari hotel, angkut-angkut koper, lalu masuk ke bagasi mobil. Aman, main sampai jam berapapun kita nggak perlu ribet balik lagi ke hotel buat angkutin koper. Nah, begitu kita meluncur ke kebun apel, pak Bambang rupanya punya usulan lain. “Bagaimana kalau kita ke pusat oleh-oleh dulu, Pak? Mumpung masih pagi dan belum penuh. Jadi setelah itu bapak sekeluarga bebas bermain sebelum kemudian meluncur ke Surabaya.”
Hmm … ide bagus juga sepertinya. Apalagi pak Bambang sepertinya mempertimbangkan rute yang akan ditempuh sesiangan ini. Biar nggak muter-muter, akhirnya jadwal beli oleh-oleh dimajukan di awal. Baiklah, saya ikut usulan pak Bambang. Meluncur pak!
Pusat oleh-oleh Brawijaya sepertinya jadi salah satu sentra oleh-oleh paling lengkap di kota Batu ini. Begitu masuk parkirannya, kita baru nyadar kalau di sinilah kita pas hari pertama datang ikut numpang mandi! Hahaha … halaman parkir belakangnya emang luaaas sekali, bisa menampung puluhan bus berukuran besar. Tak hanya itu, untuk mengakomodasi kebutuhan pengunjung yang bisa ribuan orang itu, pihak toko sudah menyiapkan sederet kamar mandi (sekitar belasan kamar mandi) untuk mereka yang lagi kebelet atau yang pengen touch-up kayak sebelah saya. #eaaaaa #digeprukin
Kalau kamu ke Batu lalu mau beli oleh-oleh, sepertinya memang akan diarahkan ke tempat ini. Soalnya memang koleksi oleh-olehnya cukup lengkap. Serba-serbi keripik buah, bakpia, strudel, hingga kopi tersedia di sini, lengkap dengan variasi harganya. Jadi, mari kita belanjaaaaa.
Beres ngurusin oleh-oleh, saatnya kita meluncur ke kebun apel. Saya kurang paham nama perkebunannya, karena semua sudah diurus oleh pak Bambang. Yang jelas, lokasinya ada di daerah Selecta. Meski begitu, kita beli tiket masuknya di kota Batu, dan kemudian diantar ke lokasi berbarengan dengan sejumlah kendaraan pengunjung lainnya. Lokasi perkebunan berada di daerah ketinggian, karena kendaraan menyusuri jalanan yang terus merayap naik dan kita bisa melihat pemandangan kota Batu di bawah sana. Cakep!
Dan ternyata, perkebunan apel di sana buanyak sekali. Sepanjang jalan yang kita lewati terhampar perkembunan apel semua, sampai kita bingung perkebunan yang kita tuju tuh yang sebelah mana sebenarnya, kok nggak nyampe-nyampe, padahal kan ini sudah apel semua. Yaelah, yang punya kebon beda orang kali, jek! Hahaha … namun kemudian, kita pun tiba di tempat yang dituju. Yeaaay … mari kita makan apeeel.
Setiap orang yang masuk disodori satu kantong plastik kosong. Tujuannya ya untuk menampung apel-apel yang sudah kita petik. Jadi nggak perlu ribet masukin ke saku baju atau celana. Nggak bakalan muat banyak, Bray! Trus asyiknya, setiap orang bebas memetik dan memakan apel sepuasnya! Iya, sekembungnya dah. Asal beneran dimakan ya, jangan asal metik, gigit sedikit lalu dibuang. Sayang soalnya. Makanya untuk mengedukasi pengunjung, ada beberapa pemandu yang berseliweran memberitahu pengunjung, apel seperti apa yang sudah matang, mana yang masih asem, dan gimana memetik buah apelnya dengan baik. Jangan asal tarik sampe matahin ranting-rantingnya gitu lho, kan kasihan pohonnya. Ternyata trik membebaskan pengunjung makan sepuasnya dengan membayar tiket masuk 30ribu per orang ini lumayan jitu. Soalnya, nggak bakalan ada yang sanggup makan apel banyak-banyak kok. Suer deh. Saya aja makan 2 biji udah cukup. Anak-anak juga paling sebiji-dua biji doang. Sisanya malah masuk kantong plastik.
Batu mulai panas. Mataharinya beneran di atas kepala oy! Apalagi pohon apel ini kan bukan pohon rindang yang cocok dijadiin tempat berteduh, jadi ke mana kita melangkah ya tetep aja panas. Makanya, sejam di sini sudah lebih dari cukup. Kan emang gitu-gitu doang, muterin pohon apel sambil petik sana petik sini. Nah, lalu apel yang sudah dipetik boleh dibawa pulang? Boleh banget, Esmeralda, tapi harus ditimbang dulu ya, lalu dibayar! Hehehe … iya, makan di tempat memang boleh gratis sepuasnya, tapi yang dibawa pulang wajib dibayar. Udah, nggak usah protes! Emang di mana-mana juga begitu kok.
Kemana lagi kita meluncur setelah memetik apel? Masih siang dan masih cukup waktu untuk muterin Batu lagi. Dan pilihan kita jatuh pada taman Selecta. Meski bukan objek wisata baru, namun nama Selecta sudah sangat terkenal sebagai objek wisata unggulan di kota Batu. Tiap kali browsing tentang wisata di Batu, nama ini selalu muncul soalnya. Ya sudah, kita lanjut ke sana saja. Apalagi lokasinya ternyata tetanggaan sama agrowisata apel tadi. Turun 5 menit aja langsung nyampe. Hahaha … bisa sambil engklek ini sih.
Selecta adalah wisata keluarga. Tak hanya taman bunga yang bertebaran di mana-mana, sejumlah wahana permainan anak pun siap memanjakan anggota keluarga. Saya dong yang paling girang, soalnya bisa ketemu banyak parade kebun bunga yang cakep-cakep. Batu Malang memang berada di dataran tinggi, makanya cocok sekali untuk lahan berkebun. Pas lihat koleksi hydrangea aja saya sampe melotot, bunganya bisa guede bangeeet. Ada kali lebih gede dari kepala orang dewasa. Ajib pokoknya. Mana warnanya banyak pula. Sementara anak-anak mencoba naik beberapa wahana, saya dan Iren duduk lesehan di bawah pohon. Adem beneeer … di sini banyak pohon rindang soalnya, jadi cocok buat tempat ngaso.
Tak banyak yang bisa kita nikmati di Selecta. Mungkin karena kondisi badan yang mulai menurun juga dan panas yang semakin terik, membuat kita malas melangkah ke mana-mana. Efek begadang dan explore Bromo seharian malam sebelumnya membuat kita belum menikmati istirahat dengan penuh. Jadi kita minta pak Bambang untuk melanjutkan perjalanan menuju Surabaya saja. Benar saja, sepanjang jalan menuju Surabaya semua tertidur dengan nyenyaknya. Hahaha … capeee.
Bersambung ke part 5
Komentar
rasa apel disana juga manis-manis,