Diskon Mendukung Gaya Hidup? Kenapa Tidak?

 Siapa bilang Cuma emak-emak yang langsung sakaw kalau denger kata diskon? Bapak-bapak juga! Err … bapak-bapaknya saya maksudnya. Saya paling nggak bisa lihat kata diskon dianggurin. Kalau memang sedang pas dengan kebutuhan saya, kenapa enggak, kan? Makanya jangan heran kalau sering lihat saya nongkrongin flashsale di marketplace. Siapa tahu kan ada barang yang memang sedang saya butuhkan saat itu?

Sumber gambar : finance.detik.com

Pernah istri saya minta ganti dan dibeliin alat pel lantai baru. Katanya alat pel yang ada sudah mulai rusak. Saya bilang nanti dulu, jangan dulu beli, siapa tahu nanti muncul di flashsale. Hihihi … dan ternyata beneran lho. Beberapa hari kemudian saya lihat ada alat pel dalam daftar barang yang digelar dalam ajang flashsale sebuah marketplace. Harganya turun 50% dari harga normal biasanya. Lihat, nggak ada salahnya berburu barang diskonan, kan? Saya bisa ngirit anggaran 50% dari harga yang seharusnya saya bayar. Gratis ongkos kirim, pula! Sedaaap.

Pernah suatu hari, ketika kami sedang jalan-jalan di sebuah mall di kota Bandung, anak saya mupeng pengen ngopi di Starbucks. Biar kayak orang-orang katanya, nongkrong asyik di kedai kopi paling cihuy di dunia. Sebagai bapak dengan otak irit dan pelit, saya nggak langsung mengiyakan begitu saja. Saya intip dulu akun sosmed Starbucks Indonesia dan langsung berbinar melihat ada promo beli 1 gratis 1 dengan pembayaran kartu debit BCA. Yeaaay … let’s go! Dengan dada membusung, kami pun akhirnya bisa nongkrong asyik di Starbucks. Cukup dengan bayar 2 gelas, saya dapat 4 empat gelas untuk kami sekeluarga. Hureeeey … anak-istri senang, dompet pun riang. Xixixi.

Memiliki dompet dan uang elektronik jadi andalan saya saat ini. Bukan hanya karena saat ini sedang pandemi Covid-19 sehingga cashless akan membuat kita lebih aman dan nyaman agar terhindar dari kontak langsung dengan pedagang, tapi karena banyak manfaat lain di luar itu. Saya punya saldo OVO karena saya biasa berbelanja di Tokopedia yang menggunakan OVO sebagai alat pembayaran digitalnya. Selain itu, OVO juga bisa saya gunakan kalau sewaktu-waktu butuh menggunakan aplikasi ojek Grab atau pesan makanan via GrabFood. 

Gopay? Oh tentu saja saya juga punya. Seperti halnya OVO, Gopay saya gunakan untuk aplikasi pesan Gojek maupun GoFood. Eh, jangan salah … saya pernah belanja buku di sebuah website penerbit dan mendapatkan diskon lima puluh ribu rupiah apabila menggunakan pembayaran dengan Gopay. Uhuuuy … bukan lumayan lagi, dong. 

Pengalaman menggunakan GrabFood dan GoFood ini paling seru. Belakangan ini karena kondisi pandemi, kita jadi lebih sering order makanan di kedua aplikasi ini. Biasanya anak-anak yang paling semangat nyari menu yang bakalan dipilih. Saya sih nggak pernah pilih-pilih makanan, jadi disodorin apa saja selalu saya makan. Jadi urusan pilih makanan biar anak-anak dan istri saya saja yang pusing. Biasanya saya cuma nitip pesan saja, “cari yang lagi diskon, ya!” Tetep, soalnya yang bayar kan saya. Jangan sampai nafsu makan saya hilang gara-gara tagihan yang mencengangkan. Hehehe. Dan percayalah, kami sering banget menemukan promo-promo diskon di aplikasi makanan ini. Surga banget pokoknya. Perut kenyang, hati pun tenang.

Shopeepay? Oh, punya juga dong, jreng! Beda dengan saya yang lebih suka belanja online di Tokopedia, anak istri saya lebih memilih Shopee. Terserahlah, buat saya belanja di mana saja juga nggak ada bedanya. Yang penting … murah! Soalnya selesai mereka memilih belanjaan dan masukin ke keranjang, yang bayar tetep saya. Huhuhu … dan untuk kemudahan pembayaran, saya biasa membayarnya melalui shopeepay. Bukan nggak mau bayar lewat transfer bank atau fitur lainnya, tetapi kalau bayar menggunakan shopeepay ini suka ada promo diskon maupun ongkos kirim gratisnya! Nah, Lebih hemat lagi, kan? Diskon is my life, pokoknya.

Uang elektronik Dana? Ya ampun, saya pasti punyalah. Saya pergunakan saldo Dana apabila butuh beli tiket nonton di aplikasi TIX-ID. Jangan salah, saya pakai aplikasi TIX-ID ini bukan karena bisa beli tiket dan milih kursi lebih awal dan kagak perlu ngantri saja, tapi karena beli tiket melalui aplikasi ini selalu ada diskonnya! Hohoho … otak diskonan saya memang nggak bisa berhenti. Lumayan kan kalau beli satu tiket dapat diskon Rp. 20.000,- untuk pembelian tiket kedua? Gimana nggak lumayan, saya sekeluarga selalu ke mana-mana barengan. Mau jajan, mau nonton, nggak ada yang bisa ditinggal. Harus pergi berempat. Saya dan istri mau nonton berdua aja, eh bocah-bocah langsung teriak, “ikuuuuut …” dan langsung pasang muka dilipet-lipet. Ngalah lagi deh, akhirnya. Jadi, kalau bisa ngirit dan berhemat dari adanya diskon, itu akan berharga sekali bagi kelangsungan hidup dompet saya. Hehehe.

LinkAja? Duh, saya bekerja di sebuah perusahaan mitra BUMN, jadi akun LinkAja wajib punya. Soalnya sering ditanya dan dimintain. Saya sering mengikuti rapat kerja di instansi BUMN yang menjadi mitra kerja ini. Pas beres rapat biasanya suka ada pengumuman; “pengganti uang transportnya akan dikirim melalui akun LinkAja masing-masing, ya.” Asyeeeek … #kipaskipas.

Jadi, uang elektronik sudah menjadi bagian dari gaya hidup saya saat ini. Karena selalu banyak diskonnya, kan? Itu salah satu pertimbangannya. Hihihi … tapi beneran deh, menggunakan uang elektronik tidak saja membuat hidup lebih simpel, tapi memang praktis. Mau belanja online, mau belanja offline, transaksi digital sudah diterima di mana-mana. Kalau belanja online kita harus memasukkan password akun dompet elektronik saat transaksi, nah kalau belanja offline  cukup dengan scan QR Code yang ada di ponsel saja. Beres! Nggak perlu ada kontak langsung dengan pedagang, nggak perlu ribet dan males terima uang kembalian yang lecek dan burik, nggak perlu takut ini dan itu. Semuanya jauh lebih aman dan nyaman.

Dan yang paling penting, bayar dengan uang elektronik membuat saya merasa jauh lebih keren dan kekinian banget. Masa kalah sama anak milenial? #ngaca


Komentar

Anonim mengatakan…
Saya juga suka diskon hihihi
Dian Onasis mengatakan…
Kudunya kagak gaptek ya. Ini bang asis aja baru thn lalu pake m banking. Haahaha. Boro2 paham e money di gadget. Mungkin syarat melek uang elektronik ini perlu ya kang...
Alex Sierra mengatakan…
Sepertinya saya yang muda, masih kalah dengan bapak. Semua E-wallet diborong, harus saya pelajari nih ilmunya, hehehe.
salam kenal, Alex Sierra
Kampus terkemuka mengatakan…
Thanks for the article really helpful would u visit our website on: Kampus terkemuka

Postingan populer dari blog ini

Keajaiban Itu Ada; Bocil Sembuh dari Panleukopenia

Digitalisasi Usaha untuk Bertahan di Masa Pandemi

[Tips] Mengirimkan Naskah Novel ke Penerbit