[Tips Menulis] Disiplin Menulis
Yuk lanjut ngobrolin penulisan lagi. Kali ini kita bahas tentang Disiplin Menulis.
Menulis itu adalah sebuah profesi yang harus diperlakukan sama dengan profesi lainnya. Kalau untuk mengejar karir di profesi lain dibutuhkan kerja keras dan disiplin kerja yang tinggi, menulis pun tidak berbeda. Menulis pun butuh proses yang tidak sebentar sampai goal yang kita inginkan benar-benar tercapai.
Lalu, bagaimana caranya agar kita bisa produktif dalam menulis? Nah, berdasarkan pengalaman saya, berikut beberapa tips Disiplin Menulis kaitannya dengan Produktif Menulis.
Saya menulis malam hari. Biasanya mulai pukul 9 sampai pukul 1 dini hari. Bukan hanya karena sudah nyaman di zona itu, tapi karena siang saya ngantor dan tidak memungkinkan untuk nulis. Karena sudah terbiasa nulis malam hari, saat libur Sabtu-Minggu pun, saya tetap nggak nyaman nulis siang hari. Lebih baik waktunya saya gunakan untuk istirahat atau main dengan anak-anak. Hey, jadi produktif bukan berarti melupakan orang sekitar, kan?
Jadi, kapan jadwal nyamanmu untuk menulis?
Apakah jadwal menulis itu harus setiap hari? Well, kamu yang harus putuskan; mau seproduktif apa sih kamu dalam menulis? Setiap hari menulis pasti lebih bagus karena akan semakin banyak tulisan yang kamu hasilkan. seminggu 5 kali? Oke. Seminggu 3 kali? Silakan. Seminggu sekali? Yeah, terserah deh. Nggak niat amat ya bikin jadwal? Hehehe.
Lamanya kamu menulis per jadwal nulis kamu juga gimana kamu enaknya. Tapi, setidaknya satu jam itu adalah angka minimal. Tetapkan bahwa kamu akan menulis selama satu/2/3 jam per jadwal menulis *you decide* lalu laksanakan. Jangan biarkan rasa malas menguasai sehingga kamu bisa bilang; "Oke, hari ini terlalu malas untuk menulis. Besok saja ah." Dijamin, besok lusa kamu akan dengan gampang mengatakan hal yang sama.
Disiplin akan membuat menulis menjadi sebuah kebiasaan. Kalau sudah terbiasa, melewatkan satu hari tanpa menulis pasti akan merasa ada sesuatu yang kurang. Ini bukan bohong, coba saja.
Kenapa harus pakai target? Tentunya agar kamu lebih punya tujuan. Target juga akan memacu kita untuk tidak seenaknya terhadap kegiatan yang sedang dilakukan. Setidaknya target akan memaksa kita menciptakan hasil. Apa nggak bangga kalau di satu jadwal menulis kita bisa mengatakan; "Tulisan ini lho yang saya hasilkan hari ini!"
Target membuat kita lebih disiplin dalam menulis. Dengan target pula kita bisa mengira-ngira seberapa lama kita bisa menulis sebuah naskah. Katakanlah untuk menulis sebuah novel remaja dengan ketebalan standar minimal 100 halaman. Dengan menargetkan menulis 3 halaman sehari saja, maka dalam sebulan sebuah naskah novel pun bisa terwujud! Hurraaay!
Hanya kita yang bisa mencanangkan target. Kemampuan setiap orang pasti berbeda-beda. Kalau kita baru mampu menulis satu halaman per hari, ya targetkan 1 halaman saja. Tidak usah ngiri karena orang lain sudah pasang target 3. Kalaupun pada saat menulis ternyata kita bisa melampaui target, ya itu bagus. Saat kemudian 1 halaman sudah terlampau ringan, naikkan targetnya menjadi 2 halaman. Dan seterusnya. Dengan pencanangan target bertingkat ini, kita bisa merasakan kecepatan menulis kita semakin meningkat dengan sendirinya.
Contohnya begini (maaf kalau contohnya kurang mendidik) ; Karena saya perokok, maka saya akan memberikan reward berupa kesempatan untuk merokok satu batang (saja) hanya bila saya sudah menyelesaikan satu halaman! Kalau saya belum melewati satu halaman, berarti tidak ada kesempatan untuk merokok dulu. Karena itu saya harus mengejar satu halaman kalau memang sudah sangat ingin merokok. Ini yang saya maksud dengan kerja keras. Harus ada usaha untuk kenikmatan yang ingin kita capai.
Atau contoh lain deh. Saya boleh bikin mie rebus (biasanya kalau begadang kan enak banget tuh bikin mie) hanya kalau saya sudah menyelesaikan dua halaman tulisan. Jadi jangan sampai kenyang didulukan tapi target terlunta-lunta. Habis makan malah ngantuk dan target pun bablas. Wassalam!
Untuk punishment pun berlakukan hal yang sama. Ada kalanya kita tidak berhasil mencapai target harian. Well, oke, kalau sudah mentok memang susah dipaksakan. Tutup laptop, lalu tidur. Eits, tapi jangan biarkan target berlalu begitu saja. Berikan punishment karena target adalah target. Berapa target harianmu? 3 halaman per hari? Dan berapa halaman yang sudah kamu tulis hari ini? 2 halaman? Oke, berarti kamu hutang 1 halaman untuk besok. Target harian 3 halaman, ditambah satu halaman hutang. Besok kamu harus menulis 4 halaman! Tidak mau tahu!
Lalu bagaimana kalau hari ini kamu sudah menulis 4 halaman padahal targetnya cuma 3? Bagus, berarti target kamu besok berkurang 1 halaman. Besok kamu tinggal mengejar 2 halaman tersisa. Cukup fair kan?
Jangan sampai konsentrasi nulis kamu terganggu gara-gara; "haduh, minum kopi kayaknya enak nih." terus kamu ke dapur lalu nyeduh kopi dulu. Atau, "laper nih, bikin mie goreng mantep juga kayaknya ya?" dan kamu pun sibuk di dapur bikin mie goreng. Lah, jadi nulisnya kapaaaan? Konsentrasi pun bisa buyar kalau banyak selingan iklannya kayak begitu.
Amunisi memang perlu, tapi mbok ya yang wajar-wajar aja. Jangan sampai acara ngemil lebih mendominasi dibanding nulisnya. Mau nulis apa makan? :D
Menulis itu adalah sebuah profesi yang harus diperlakukan sama dengan profesi lainnya. Kalau untuk mengejar karir di profesi lain dibutuhkan kerja keras dan disiplin kerja yang tinggi, menulis pun tidak berbeda. Menulis pun butuh proses yang tidak sebentar sampai goal yang kita inginkan benar-benar tercapai.
Lalu, bagaimana caranya agar kita bisa produktif dalam menulis? Nah, berdasarkan pengalaman saya, berikut beberapa tips Disiplin Menulis kaitannya dengan Produktif Menulis.
- Buat Jadwal Menulis
Saya menulis malam hari. Biasanya mulai pukul 9 sampai pukul 1 dini hari. Bukan hanya karena sudah nyaman di zona itu, tapi karena siang saya ngantor dan tidak memungkinkan untuk nulis. Karena sudah terbiasa nulis malam hari, saat libur Sabtu-Minggu pun, saya tetap nggak nyaman nulis siang hari. Lebih baik waktunya saya gunakan untuk istirahat atau main dengan anak-anak. Hey, jadi produktif bukan berarti melupakan orang sekitar, kan?
Jadi, kapan jadwal nyamanmu untuk menulis?
- Lalu, disiplinlah!
Apakah jadwal menulis itu harus setiap hari? Well, kamu yang harus putuskan; mau seproduktif apa sih kamu dalam menulis? Setiap hari menulis pasti lebih bagus karena akan semakin banyak tulisan yang kamu hasilkan. seminggu 5 kali? Oke. Seminggu 3 kali? Silakan. Seminggu sekali? Yeah, terserah deh. Nggak niat amat ya bikin jadwal? Hehehe.
Lamanya kamu menulis per jadwal nulis kamu juga gimana kamu enaknya. Tapi, setidaknya satu jam itu adalah angka minimal. Tetapkan bahwa kamu akan menulis selama satu/2/3 jam per jadwal menulis *you decide* lalu laksanakan. Jangan biarkan rasa malas menguasai sehingga kamu bisa bilang; "Oke, hari ini terlalu malas untuk menulis. Besok saja ah." Dijamin, besok lusa kamu akan dengan gampang mengatakan hal yang sama.
Disiplin akan membuat menulis menjadi sebuah kebiasaan. Kalau sudah terbiasa, melewatkan satu hari tanpa menulis pasti akan merasa ada sesuatu yang kurang. Ini bukan bohong, coba saja.
- Buat Target!
Kenapa harus pakai target? Tentunya agar kamu lebih punya tujuan. Target juga akan memacu kita untuk tidak seenaknya terhadap kegiatan yang sedang dilakukan. Setidaknya target akan memaksa kita menciptakan hasil. Apa nggak bangga kalau di satu jadwal menulis kita bisa mengatakan; "Tulisan ini lho yang saya hasilkan hari ini!"
Target membuat kita lebih disiplin dalam menulis. Dengan target pula kita bisa mengira-ngira seberapa lama kita bisa menulis sebuah naskah. Katakanlah untuk menulis sebuah novel remaja dengan ketebalan standar minimal 100 halaman. Dengan menargetkan menulis 3 halaman sehari saja, maka dalam sebulan sebuah naskah novel pun bisa terwujud! Hurraaay!
Hanya kita yang bisa mencanangkan target. Kemampuan setiap orang pasti berbeda-beda. Kalau kita baru mampu menulis satu halaman per hari, ya targetkan 1 halaman saja. Tidak usah ngiri karena orang lain sudah pasang target 3. Kalaupun pada saat menulis ternyata kita bisa melampaui target, ya itu bagus. Saat kemudian 1 halaman sudah terlampau ringan, naikkan targetnya menjadi 2 halaman. Dan seterusnya. Dengan pencanangan target bertingkat ini, kita bisa merasakan kecepatan menulis kita semakin meningkat dengan sendirinya.
- Reward dan Punishment
Contohnya begini (maaf kalau contohnya kurang mendidik) ; Karena saya perokok, maka saya akan memberikan reward berupa kesempatan untuk merokok satu batang (saja) hanya bila saya sudah menyelesaikan satu halaman! Kalau saya belum melewati satu halaman, berarti tidak ada kesempatan untuk merokok dulu. Karena itu saya harus mengejar satu halaman kalau memang sudah sangat ingin merokok. Ini yang saya maksud dengan kerja keras. Harus ada usaha untuk kenikmatan yang ingin kita capai.
Atau contoh lain deh. Saya boleh bikin mie rebus (biasanya kalau begadang kan enak banget tuh bikin mie) hanya kalau saya sudah menyelesaikan dua halaman tulisan. Jadi jangan sampai kenyang didulukan tapi target terlunta-lunta. Habis makan malah ngantuk dan target pun bablas. Wassalam!
Untuk punishment pun berlakukan hal yang sama. Ada kalanya kita tidak berhasil mencapai target harian. Well, oke, kalau sudah mentok memang susah dipaksakan. Tutup laptop, lalu tidur. Eits, tapi jangan biarkan target berlalu begitu saja. Berikan punishment karena target adalah target. Berapa target harianmu? 3 halaman per hari? Dan berapa halaman yang sudah kamu tulis hari ini? 2 halaman? Oke, berarti kamu hutang 1 halaman untuk besok. Target harian 3 halaman, ditambah satu halaman hutang. Besok kamu harus menulis 4 halaman! Tidak mau tahu!
Lalu bagaimana kalau hari ini kamu sudah menulis 4 halaman padahal targetnya cuma 3? Bagus, berarti target kamu besok berkurang 1 halaman. Besok kamu tinggal mengejar 2 halaman tersisa. Cukup fair kan?
- Siapkan Amunisi
Jangan sampai konsentrasi nulis kamu terganggu gara-gara; "haduh, minum kopi kayaknya enak nih." terus kamu ke dapur lalu nyeduh kopi dulu. Atau, "laper nih, bikin mie goreng mantep juga kayaknya ya?" dan kamu pun sibuk di dapur bikin mie goreng. Lah, jadi nulisnya kapaaaan? Konsentrasi pun bisa buyar kalau banyak selingan iklannya kayak begitu.
Amunisi memang perlu, tapi mbok ya yang wajar-wajar aja. Jangan sampai acara ngemil lebih mendominasi dibanding nulisnya. Mau nulis apa makan? :D
- Fokus!
- Selamat menulis. :)
Komentar
Sebel banget, bikin down...
Intinya orang tersebut menyadarkan bahwa tulisan itu sebuah karya seni, dan penilaian orang terhadap seni itu relatif ada yang suka ada yang tidak suka.
jangan takut dapet ejekan atau celaan dari pembaca itu artinya dia masih peduli sama tulisan yang dibuat... buat apa repot" komen kalo gak peduli heee .
:-D semangat menulis jangan takut pulpen habis (ya iyalah pake laptop nulisnya juga haaa).
mohon maaf, saya kurang tahu penerbit di Palangka Raya. Penerbit saya selama ini ada Jakarta, Bandung, dan Jogja.
terus kalau contoh surat pengantarnya kayak apa kang?
makasih ya kang :))
Untuk surat pengantar bisa dilihat dipostingan saya yang ini ya : http://iwok.blogspot.com/2011/06/tips-contoh-surat-pengantar-ke-penerbit.html
Selamat menulis :)