[Tips Menulis] Disiplin Menulis

Yuk lanjut ngobrolin penulisan lagi. Kali ini kita bahas tentang Disiplin Menulis.

Menulis itu adalah sebuah profesi yang harus diperlakukan sama dengan profesi lainnya. Kalau untuk mengejar karir di profesi lain dibutuhkan kerja keras dan disiplin kerja yang tinggi, menulis pun tidak berbeda. Menulis pun butuh proses yang tidak sebentar sampai goal yang kita inginkan benar-benar tercapai.

Lalu, bagaimana caranya agar kita bisa produktif dalam menulis? Nah, berdasarkan pengalaman saya, berikut beberapa tips Disiplin Menulis kaitannya dengan Produktif Menulis.

  • Buat Jadwal Menulis
Bagaimana bisa produktif kalau jadwal menulis saja maih acak-acakan. Ayo, sudah saatnya kamu membuat jadwal menulis tersendiri. Setiap orang punya kesibukan tersendiri. So, kapan jadwal luang kamu untuk bisa menulis dengan nyaman? Setiap orang punya waktu kenyamanan tersendiri saat menulis. Ada yang senang menulis saat subuh, pagi hari, siang hari, atau bahkan sore atau malam hari. Jadwal mana pun yang dipilih tidak jadi masalah. Kita sendiri yang menjalani dan menikmati kenyamanan itu kok.

Saya menulis malam hari. Biasanya mulai pukul 9 sampai pukul 1 dini hari. Bukan hanya karena sudah nyaman di zona itu, tapi karena siang saya ngantor dan tidak memungkinkan untuk nulis. Karena sudah terbiasa nulis malam hari, saat libur Sabtu-Minggu pun, saya tetap nggak nyaman nulis siang hari. Lebih baik  waktunya saya gunakan untuk istirahat atau main dengan anak-anak. Hey, jadi produktif bukan berarti melupakan orang sekitar, kan?

Jadi, kapan jadwal nyamanmu untuk menulis?
  • Lalu, disiplinlah!
Percuma punya jadwal menulis kalau ternyata nggak pernah digunakan. Iya toh? Gimana mau produktif kalau disiplin terhadap jadwal yang ditetapkan saja sudah sering dilanggar. Disiplinlah. Duduklah di depan laptop/PC setiap kali jadwal menulis tiba. Lalu menulislah. Sekali kamu memberikan excuse untuk melanggar jadwal yang sudah ditetapkan, maka besok harinya pun kamu bisa saja memberikan excuse yang serupa. Hellooow ... jadi kapan mau nulisnya kalau bolos mulu?

Apakah jadwal menulis itu harus setiap hari? Well, kamu yang harus putuskan; mau seproduktif apa sih kamu dalam menulis? Setiap hari menulis pasti lebih bagus karena akan semakin banyak tulisan yang kamu hasilkan. seminggu 5 kali? Oke. Seminggu 3 kali? Silakan. Seminggu sekali? Yeah, terserah deh. Nggak niat amat ya bikin jadwal? Hehehe.

Lamanya kamu menulis per jadwal nulis kamu juga gimana kamu enaknya. Tapi, setidaknya satu jam itu adalah angka minimal. Tetapkan bahwa kamu akan menulis selama satu/2/3 jam per jadwal menulis *you decide* lalu laksanakan. Jangan biarkan rasa malas menguasai sehingga kamu bisa bilang; "Oke, hari ini terlalu malas untuk menulis. Besok saja ah." Dijamin, besok lusa kamu akan dengan gampang mengatakan hal yang sama.

Disiplin akan membuat menulis menjadi sebuah kebiasaan. Kalau sudah terbiasa, melewatkan satu hari tanpa menulis pasti akan merasa ada sesuatu yang kurang. Ini bukan bohong, coba saja.
  • Buat Target!
Loh, tapi saya kan penulis baru yang belum pengalaman? Tenang, sistem target tidak mengenal kasta. Sistem target bisa memicu seseorang untuk lebih semangat dan produktif dalam menulis. Untuk penulis profesional, target yang ditetapkan mungkin akan jauh lebih tinggi dibanding penulis baru. Kalau penulis baru menargetkan satu halaman per jadwal menulis, penulis profesional bisa saja 10 kali lipat dari angka itu. Atau lebih! Tapi, sama-sama punya target, toh?

Kenapa harus pakai target? Tentunya agar kamu lebih punya tujuan. Target juga akan memacu kita untuk tidak seenaknya terhadap kegiatan yang sedang dilakukan. Setidaknya target akan memaksa kita menciptakan hasil. Apa nggak bangga kalau di satu jadwal menulis kita bisa mengatakan; "Tulisan ini lho yang saya hasilkan hari ini!"

Target membuat kita lebih disiplin dalam menulis. Dengan target pula kita bisa mengira-ngira seberapa lama kita bisa menulis sebuah naskah. Katakanlah untuk menulis sebuah novel remaja dengan ketebalan standar minimal 100 halaman. Dengan menargetkan menulis 3 halaman sehari saja, maka dalam sebulan sebuah naskah novel pun bisa terwujud! Hurraaay!

Hanya kita yang bisa mencanangkan target. Kemampuan setiap orang pasti berbeda-beda. Kalau kita baru mampu menulis satu halaman per hari, ya targetkan 1 halaman saja. Tidak usah ngiri karena orang lain sudah pasang target 3. Kalaupun pada saat menulis ternyata kita bisa melampaui target, ya itu bagus. Saat kemudian 1 halaman sudah terlampau ringan, naikkan targetnya menjadi 2 halaman. Dan seterusnya. Dengan pencanangan target bertingkat ini, kita bisa merasakan kecepatan menulis kita semakin meningkat dengan sendirinya.
  • Reward dan Punishment
Bikin kamu semakin sadar bahwa proses menulis bukan kegiatan iseng saja, tapi sebuah proses yang sangat serius untuk dijalani. Tentunya ini berlaku untuk kamu yang benar-benar ingin jadi penulis. Yang cuma iseng, ya silakan saja ikuti kata hari. Terapkan sistem Reward dan Punishment. Berikan reward kalau kita mencapai progres yang menyenangkan, dan berikan punishment kalau kita ternyata gagal menerapkan disiplin atau target yang dicanangkan.

Contohnya begini (maaf kalau contohnya kurang mendidik) ; Karena saya perokok, maka saya akan memberikan reward berupa kesempatan untuk merokok satu batang (saja) hanya bila saya sudah menyelesaikan satu halaman! Kalau saya belum melewati satu halaman, berarti tidak ada kesempatan untuk merokok dulu. Karena itu saya harus mengejar satu halaman kalau memang sudah sangat ingin merokok. Ini yang saya maksud dengan kerja keras. Harus ada usaha untuk kenikmatan yang ingin kita capai.


Atau contoh lain deh. Saya boleh bikin mie rebus (biasanya kalau begadang kan enak banget tuh bikin mie) hanya kalau saya sudah menyelesaikan dua halaman tulisan. Jadi jangan sampai kenyang didulukan tapi target terlunta-lunta. Habis makan malah ngantuk dan target pun bablas. Wassalam!

Untuk punishment pun berlakukan hal yang sama. Ada kalanya kita tidak berhasil mencapai target harian. Well, oke, kalau sudah mentok memang susah dipaksakan. Tutup laptop, lalu tidur. Eits, tapi jangan biarkan target berlalu begitu saja. Berikan punishment karena target adalah target. Berapa target harianmu? 3 halaman per hari? Dan berapa halaman yang sudah kamu tulis hari ini? 2 halaman? Oke, berarti kamu hutang 1 halaman untuk besok. Target harian 3 halaman, ditambah satu halaman hutang. Besok kamu harus menulis 4 halaman! Tidak mau tahu!

Lalu bagaimana kalau hari ini kamu sudah menulis 4 halaman padahal targetnya cuma 3? Bagus, berarti target kamu besok berkurang 1 halaman. Besok kamu tinggal mengejar 2 halaman tersisa. Cukup fair kan?
  • Siapkan Amunisi
Oke, memikirkan sebuah tulisan bisa bikin kelaparan dan kehausan. Tapi ingat bahwa konsentrasi pun harus tetap terjaga saat kita menulis. Agar lapar dan haus tidak mengganggu, ayo siapkan amunisi kamu sebelum mulai menulis. Yang suka ngopi atau ngeteh manis untuk menemani menulis, ayo seduh dulu. Simpan di tempat yang bisa terjangkau dengan mudah. Punya cemilan? Ayo taruh deket-deket juga.

Jangan sampai konsentrasi nulis kamu terganggu gara-gara; "haduh, minum kopi kayaknya enak nih." terus kamu ke dapur lalu nyeduh kopi dulu. Atau, "laper nih, bikin mie goreng mantep juga kayaknya ya?" dan kamu pun sibuk di dapur bikin mie goreng. Lah, jadi nulisnya kapaaaan? Konsentrasi pun bisa buyar kalau banyak selingan iklannya kayak begitu.

Amunisi memang perlu, tapi mbok ya yang wajar-wajar aja. Jangan sampai acara ngemil lebih mendominasi dibanding nulisnya. Mau nulis apa makan? :D
  • Fokus!
Namanya aja menulis, pastinya butuh konsentrasi tinggi. Karena itu kalau mau nulis jangan sambil nonton infotainment deh. Atau jangan sambil buka-buka fesbuk. Dijamin, pastinya bakalan lebih banyak komen-komen status dibanding nulisnya itu sendiri. Jauhin dulu. Toh kalau sudah beres kewajiban nulis, kamu bisa nyalain TV atau fesbukan lagi. Ya toh?

  • Selamat menulis. :)

Komentar

Unknown mengatakan…
kang.. saya lagi semanget2nya blogging, eh suka tiba-tiba ada yg komen pedes. Bilang tulisan kita jelek lah, ga mutu lah, kurang pengalaman lah...

Sebel banget, bikin down...
Iwok mengatakan…
Jean, yang suka dan tidak suka terhadap tulisan kita itu pasti selalu ada. Jadikan yang suka sebagai penyemangat, dan yang tidak suka sebagai pengoreksi agar kita bisa menulis lebih bagus lagi. Nggak usah jadi down, tar yang ngritik keenakan. hehehe ... semangat ya :)
Hadian mengatakan…
Buat jean.. saya juga pernah down ketika ada beberapa orang haters yang menjelek-jelekan tulisan (cerpen) saya dulu sehingga itu membuat saya down-down banget... sampe 6 bulan gk pernah buat karya tulis apa"... trus dateng 1 orang yang memberikan semangat pada saya dan menyayangkan saya berhenti...

Intinya orang tersebut menyadarkan bahwa tulisan itu sebuah karya seni, dan penilaian orang terhadap seni itu relatif ada yang suka ada yang tidak suka.
jangan takut dapet ejekan atau celaan dari pembaca itu artinya dia masih peduli sama tulisan yang dibuat... buat apa repot" komen kalo gak peduli heee .

:-D semangat menulis jangan takut pulpen habis (ya iyalah pake laptop nulisnya juga haaa).
Anonim mengatakan…
om aku kan tinggal dipalangkaraya .aku pengin nantinya kalau novel aku udah jadi aku penginya kepenerbitnya langsung ke kantornya bukan lewat via email ataupun kantor pas biar bisa langsung ketemu sama orang yg disitu..aku yakin pasti om iwok udah luas infonya ttg penerbitan buku diseluruh indonesia...yang saya tanyakan pa di palangkaraya ada penerbit buku om...tolong om dijawab...makasih :P
Iwok mengatakan…
@anonymous (tolong lain kali kasih nama ya)
mohon maaf, saya kurang tahu penerbit di Palangka Raya. Penerbit saya selama ini ada Jakarta, Bandung, dan Jogja.
sefri mengatakan…
om,surat pengantar untk di kirim ke penerbit ,paling baik di letak kan di mana?
Iwok mengatakan…
Sefri - di lembaran paling depan naskah yang dijilid :)
sefri mengatakan…
om,bs gk minta nmr hp,saya mau diskusi,tapi via sms,soalnya saya lg merantau di daerah yg minim sinyal.kalo gk keberatan,kirim sms ke nmr saya ya pak.saya tunggu..085382758478
Journal Pea mengatakan…
kang, kan ada tuh kita disuruh bikin sinopsis sama surat pengantar. sinopsis yang dimaksud ini sinopsis yang menceritakan garis besar alur lengkap atau kayak sinopsis yang ada di cover belakang buku?

terus kalau contoh surat pengantarnya kayak apa kang?
makasih ya kang :))
Iwok mengatakan…
@Putri - sinopsis yang dimaksud adalah garis besar alur dari awal sampai akhir. Dengan demikian editor penilai dapat melihat alur cerita lengkapnya.
Untuk surat pengantar bisa dilihat dipostingan saya yang ini ya : http://iwok.blogspot.com/2011/06/tips-contoh-surat-pengantar-ke-penerbit.html

Selamat menulis :)
Unknown mengatakan…
makasih kang. tips ny bener bener keren and bermanfaat. khususnya buat para penulis pemula :)

Postingan populer dari blog ini

Keajaiban Itu Ada; Bocil Sembuh dari Panleukopenia

Digitalisasi Usaha untuk Bertahan di Masa Pandemi

[Tips] Mengirimkan Naskah Novel ke Penerbit