[Kelas Inspirasi] Bangun Mimpi Anak Indonesia - SD Cikubang Taraju

Ini tahun ke dua saya mengikuti Kelas Inspirasi. Tahun 2014 lalu, saya bergabung dengan Kelas Inspirasi Priangan Timur dan di tempatkan di SD Handapherang Ciamis (Laporan kegiatannya bisa dibaca di sini). Berbekal pengalaman tahun sebelumnya itulah mengapa saya mendaftar kembali di Kelas Inspirasi Tasikmalaya tahun ini. Kenapa?


Tahun lalu, beberapa anak berlarian mengikuti langkah saya meninggalkan sekolah sambil berteriak; “Bapaak ... kapan ke sini lagiiii?”. Tatapan mereka begitu penuh harap. Saat itu pula saya berjanji dalam hati, semoga saya diberikan waktu dan kemudahan untuk bisa ikut berbagi kembali melalui Kelas Inspirasi. Dan saya menepatinya tahun ini. Meskipun saya tidak bisa kembali ke SD Handapherang Ciamis, tapi saya diberikan kesempatan untuk bisa kembali memupuk mimpi dan harapan anak-anak Indonesia lainnya.


Foto by Lydia

Di Kelas Inspirasi Tasikmalaya #2 ini saya ditempatkan di SD Cikubang Taraju, sebuah sekolah yang jauh di pinggiran Kabupaten Tasikmalaya. Tidak kurang satu jam perjalanan berkendara yang harus dilalui dari pusat pemeritahan Kabupaten Tasikmalaya (Singaparna), dengan medan perjalanan yang cukup terjal dan berliku. Jalanan menanjak terjal, menurun curam, kelokan tajam, menjadi pemandangan rutin yang harus ditemui. Belum lagi lebar jalan yang sempit membuat saya harus hati-hati agar tidak bersinggungan dengan kendaraan dari arah berlawanan. Buat saya yang sampai sekarang masih alergi tanjakan, ini adalah medan yang cukup membuat setres sodara-sodara!

Tapi semangat berbagi Kelas Inspirasi membuat saya berhasil menaklukan alergi tersebut. Apalagi pemandangan hijau dari hutan dan bukit berhasil meluruhkan rasa gugup saya perlahan-lahan. Saya berhasil tiba di lokasi dengan selamat! Horeee .... berhasil! Berhasil! Berhasil! *Joget ala Dora the Explorer*

Saya tidak sendiri. Bersama saya ada 10 orang lainnya yang mengusung niat dan tujuan yang sama; berbagi untuk anak Indonesia. Kelas Inspirasi berhasil mempersatukan kami yang berasal dari beragam profesi, usia, suku, dan tempat tinggal! Ya, meskipun pelaksanaan Kelas Inspirasi ini dilaksanakan di Tasikmalaya, relawan yang terjun berdatangan dari seluruh berbagai daerah! Di kelompok saya, hadir teman-teman relawan yang jauh-jauh datang dari Jakarta, Depok, Cimahi, dan Bandung. Plus, dilengkapi oleh beberapa relawan dari tuan rumah. Melihat antusiasme ini, saya optimis Indonesia masih dipenuhi oleh orang-orang baik yang peduli satu sama lain, terutama peduli terhadap masa depan generasi penerus bangsa.

Siap berangkat menuju lokasi dengan penuh semangat! (foto by Arief)
20 April 2015, pukul 4 subuh, kami sudah berkumpul di Kedai Joglo Semar – Jl. Galunggung 105 Tasikmalaya, sebagai meeting point sekaligus basecamp Kelas Inspirasi Tasikmalaya. Dari kota Tasikmalaya, jarak tempuh yang dibutuhkan tidak kurang dari 2 jam perjalanan. Karena mengejar jadwal upacara bendera di lokasi, kami harus sudah tiba sebelum pukul 7. Tentunya karena kami pun harus sowan dan memperkenalkan diri terlebih dahulu terhadap pihak sekolah. Kepanikan sempat terjadi karena bagian konsumsi belum juga hadir di batas akhir jam keberangkatan. Pukul 5 pagi, Ceuceu Dewie masih belum nongol juga. Pas ditelepon, jawabannya adalah; “Sebentaaaar... aku masih ngegoreng risoles duluuu ...” Hiyaaaaaa ... *kejet-kejet*

Sebagai seksi dapur umum, ceu Dewie tampaknya bertanggung jawab penuh terhadap keselamatan perut seluruh relawan, makanya dia harus bangun pagi buta dan sibuk menyiapkan perbekalan. Tapi terbukti, konsumsi seharian itu melimpah ruah! Hihihi... *elus-elus perut*

Pukul 6.45 kami sudah mendarat dengan selamat. SD Cikubang Taraju sedikit menjorok dari pinggir jalan, dengan lokasi agak di atas dari permukaan jalan. Terdapat 8 ruangan (kelas dan ruang guru) yang membentuk huruf L dengan halaman ber-paving block rapi di depannya. Selain sebagai lapangan upacara dan area bermain siswa, lapangan ini juga berfungsi sebagai sarana olahraga. Terlihat dari dua buah net bola voli yang masih terpasang melintang di tengah lapangan. Selintas saja kami bisa melihat kondisi sekolah yang sangat sederhana.

Kami berjalan menanjak memasuki gerbang sekolah diiringi tatapan beberapa pasang mata anak-anak berseragam putih merah dengan rompi kotak-kotak. Tatapan bingung tersirat dari wajah mereka. Siapakah rombongan berseragam orange gonjreng ini? Mungkin begitu yang ada dalam benak mereka. Apakah mereka ini adalah ... POWER RANGER yang sedang menyamar?

Upacara Bendera (Foto by Lydia)
Jawaban ini akhirnya terpecahkan pada saat upacara bendera berakhir. Sebagai yang dituakan di dalam kelompok (dan memang sudah tua .. hiks), saya pun maju memperkenalkan seluruh relawan yang hadir. Saya juga bercerita sedikit tentang Kelas Inspirasi, tentang sehari mengenal beragam profesi, dan sehari tentang rencana bersuka ria bersama. Senyum dan wajah cerah mulai merebak. Gelak dan tawa pun mulai pecah saat kami mengenalkan beragam tepuk dan yel-yel yang harus mereka lakukan seharian itu. Ada semangat yang mulai terbias di wajah mereka; hari ini akan menjadi hari yang berbeda dalam hidup mereka.

Tepat pukul 8 pagi, jadwal berbagi pun di mulai. Setiap relawan mulai memasuki kelas yang berbeda. Dalam sekejap, SD Cikubang Taraju menjadi gegap gempita. Saya mulai merinding mendengar tepukan dan teriakan semangat dari setiap kelas. Suasana seperti ini yang saya alami setahun lalu dan selalu saya rindukan untuk bisa kembali. Saya bersyukur akhirnya bisa mengalaminya kembali tahun ini.

Kangen itu terobati; ikut upacara bendera lagi! (foto by Arief)
SD Cikubang Taraju digawangi oleh 7 orang Inspirator, 2 orang dokumentator, dan 2 orang fasilitator. Mereka masing-masing :

•    Iwok Abqary (saya) – Penulis
•    Hariyanto Fn – Probity Auditor
•    Tatan Nur Falah – Guru
•    Lydia Maria Kusnadi – Art Director
•    Risye Dewi – Coal Trader
•    Riska Rahma – Enterpreuner
•    Ira Rahmiyani – Apoteker
•    Arief M. Siddiq – Fotografer
•    Sarah Andriyani – Fotografer
•    Sugih Riyanto – Fasilitator
•    Uyung Aria – Fasilitator

Kelas Inspirasi adalah satu kegiatan berbagi mengenai profesi. Anak-anak Indonesia sudah semestinya tahu bahwa ada ribuan profesi yang bisa mereka kejar di luar sana. Profesi dan cita-cita tidak perlu terkotak hanya di seputar guru, dokter, insinyur, atau tentara saja, seperti yang umumnya mereka kenal selama ini. Profesi lebih luas dari itu. Kami hadir sebagai contohnya, dengan profesi masing-masing.

Mendongeng, acara yang paling antusias sambutannya (foto by Arief)
Saya kembali hadir mengusung profesi sebagai penulis. Dari 4 kelas yang saya masuki (kelas 2 – 5), tidak seorang pun yang tunjuk tangan ketika ditanya; “Siapa yang ingin menjadi penulis?”. Saya kecewa? Tidak, karena mereka ternyata tidak mengerti apa itu ‘Penulis’. Dan saya pun mulai bercerita tentang profesi saya; bagaimana asyiknya menjadi seorang penulis, merangkai sebuah cerita sesuai apa yang terlintas dalam kepala. Saya berkisah tentang nikmatnya duduk sendiri di depan laptop, mengetikkan kata demi kata hingga merangkai sebuah cerita tersaji utuh. Seorang penulis tak ubahnya seorang sutradara yang bisa menghidupkan dan mematikan sebuah tokoh sesuai yang ia mau, melibatkan mereka dalam sebuah konflik hingga berakhir manis atau tragis. Semua akhirnya dikemas menjadi sebuah buku yang sangat cantik dan terpajang manis di rak-rak toko buku.

Game menyusun cerita
Sebagai contoh, saya mengajak mereka menyusun ulang sebuah cerita yang sudah saya acak. Sebuah cerita tentang seekor gajah, rubah, dan babi yang ingin bermain congklak saya sodorkan. Mereka harus menyusun kembali bagian demi bagian hingga terangkai tepat. Semangat kembali mencuat di ruangan kelas. Setiap kelompok mulai bersatu, berdiskusi, tak jarang berdebat satu sama lain, memastikan kelompok mereka bisa menjadi yang pertama menyusun dengan sempurna.

Dari game ini saya bisa melihat beberapa anak muncul sebagai calon pemimpin. Sikap mereka menonjol begitu saja; memimpin kelompoknya, melerai sebuah perdebatan, dan berani untuk memutuskan. Saya tersenyum, banyak calon pemimpin bangsa yang bisa hadir dari anak-anak ini. Saya hanya berharap, mereka bisa diberikan kesempatan untuk menimba ilmu setinggi-tingginya dan meraup pendidikan sebanyak-banyaknya, sehingga cita-cita apapun yang dicanangkannya akan mereka raih di kemudian hari.

Lydia dan Kang Uyung diserbu saat jam istirahat. "Kakak, ayo cerita lagi!"
 Di kelas lain tak kalah ramai. Lydia asyik bercerita tentang dunia gambar dan ilustrasi, Ceu Dewie dengan dunia pertambangan yang jauh di tengah hutan Kalimantan, Ira dengan asyiknya meracik obat dibalik profesinya sebagai apoteker, Pak Hariyanto dengan dunianya sebagai Probity Auditor, Riska dan seluk beluknya di dunia agency, serta Tatan dengan profesi yang begitu dikenal anak-anak; guru. Kang Sugih dan Kang Uyung selaku fasilitator tak tinggal diam. Keduanya memantau dari kelas ke kelas untuk memastikan semuanya berjalan lancar. Sementara Arief dan Sarah tetap mobile dengan kamera di tangan, mengabadikan setiap momen yang terjadi.

Semangat itu tak pernah terlihat surut. Sepanjang pagi hingga siang, suasana selalu terdengar gempita. Yel-yel dan salam semangat masih saja bergaung lantang. Sebuah motivasi dan dorongan luar biasa bagi seluruh relawan yang hadir untuk tak mengindahkan rasa lelah atau surut karena tenggorokan yang kering dan mengkerut. Lihatlah anak-anak itu, mereka ternyata butuh kita! Mereka butuh sesuatu yang baru yang tidak pernah mereka dapatkan sebelumnya. Seperti tujuan yang dicanangkan oleh para penggagas dan pendiri, Kelas Inspirasi benar-benar memberikan suatu arti. Kita hadir di satu hari di antara pendidikan akademis mereka sepanjang tahun!

Sehari Mengajar, Selamanya Menginspirasi.

Mungkin kita hanya hadir satu hari saja dalam hidup mereka. Tapi, siapa tahu kalau kesan kita akan merasuk pada diri mereka selamanya? Siapa yang tahu kalau pemimpin bangsa masa depan akan hadir dari anak-anak yang kemarin kita datangi dan terlecut untuk menggapai mimpinya yang tinggi? Tak ada yang tak mungkin, bukan?

Karena itu, jangan pernah merasa rugi untuk menyisihkan satu hari saja untuk anak-anak Indonesia. Berbagi itu tak pernah rugi. Lihatlah kesederhanaan mereka, wajah polos mereka, senyum malu-malu mereka, saat kita datang. Lalu, lihatlah perubahan mereka menjadi wajah-wajah penuh semangat, teriakan mereka yang lantang, tawa mereka yang lepas, dan harapan dan mimpi mereka yang kemudian terbias. Percayalah, tak ada yang bisa menggantikan perasaan bahagia melihat mereka seperti itu.

Menanam Pohon Cita-Cita (foto by Arief)

Pukul 10.30 proses berbagi profesi usai. Selanjutnya kegiatan dilanjutkan dengan pembuatan Pohon Cita-Cita. Setiap anak diberikan selembar daun kertas untuk ditulisi nama dan cita-cita. Daun itu kemudian ditempelkan pada pohon yang sudah disiapkan. Untuk apa? Pohon Cita-Cita ini nanti akan ditempelkan di kelas masing-masing. Setiap anak akan melihat pohon tersebut setiap hari, menatap cita-citanya, menyiram harapan yang mulai tertanam dalam hatinya, merawat cita-cita itu agar terus tumbuh dan mengakar, dan semoga menjadi sebuah janji untuk menggapai cita-cita itu.

Selesai dengan Pohon Harapan, seluruh anak digiring ke halaman sekolah dan berbaris rapi. Sebuah kain putih polos sudah terbentang di sana, lengkap dengan 4 buah baki berisi cat warna-warni. Wajah bingung kembali tersirat. Untuk apa kain tersebut? Saatnya untuk mencanangkan janji!

(foto by Riska)

Setiap anak maju, mencelupkan telapak tangan pada spons cat, lalu menempelkannya pada kain tersebut. Sebuah simbol akan sebuah janji untuk terus mengejar sebuah mimpi tinggi! Sebuah keseruan tersendiri melihat antusiasme mereka menempelkan ‘janji’ mereka pada kain tersebut. Tak ada lagi wajah malu-malu seperti terlihat saat pertama kali kami datang. Semua maju dengan wajah penuh harapan.

(Foto by Arief)

Balon Harapan kami jadikan pemuncak Kelas Inspirasi di SD Cikubang Taraju. Setiap anak kembali berbaris rapi. Kali ini mereka bersiap menempelkan stiker bertuliskan cita-cita pada balon gas. Balon ini akan membantu melambungkan cita-cita seluruh anak SD Cikubang dan menggantungkannya di langit biru sana. Kegiatan ini menjadi simbol pula bahwa anak Indonesia tidak perlu takut untuk bermimpi tinggi. Selama kita belajar dan berusaha keras, cita-cita itu bisa kita jemput di kemudian hari.

(Foto by Riska)


Seluruh anak akhirnya merubung balon udara warna-warni, memegang simpul talinya, merapalkan cita-cita dan doa. Anak yang berada di barisan belakang memegang pundak teman di depannya, menitipkan harapan untuk mimpinya. Dalam hitungan ke tiga aba-aba yang diteriakan, seluruh cekalan pada simpul pun terlepas, membiarkan balon cita-cita untuk mengapung, terbang, dan melayang, berbaur dengan birunya langit yang mahaluas.



Terbanglah ... terbang ...
Tolong simpankan mimpi dan cita-cita kami di antara awan
Biarkan kami menjemputnya di masa depan

Seluruh wajah terdongak, menatap balon-balon itu hingga lepas dari pandangan. Tarikan napas panjang terdengar lirih. Bukan sebuah keputusasaan, tapi lebih pada sebuah hembus keyakinan.


Seluruh rangkaian Kelas Inspirasi di SD Cikubang Taraju akhirnya usai. Ada rasa sedih ketika kami harus berpamitan. Setengah hari memang tak pernah cukup. Mereka butuh lebih!

“Kakak, kenapa nggak nginep saja di sini?” seorang anak lelaki berjalan menjajari langkah saya meninggalkan halaman.
“Lho, kenapa harus nginep?” jawab saya penasaran.
“karena kalau nginep, besok kan bisa ke sini lagi?” harapnya.

Kejadian itu terulang lagi. Seperti tahun lalu, saya tidak bisa lagi berkata. Mata saya terlanjur menghangat.

Tim Kelas Inspirasi SD Cikubang Taraju


Terima kasih banyak untuk :
•    Anak-Anak SD Cikubang Taraju yang hebat dan penuh semangat!
•    Bpk. Kusnadi, Kepala Sekolah SD Cikubang Taraju yang sudah memberi kesempatan kami beraksi.
•    Jajaran Guru SD Cikubang Taraju yang sudah membebaskan kami menguasai seluruh ruangan kelas.
•    Tim Kelas Inspirasi SD Cikubang Taraju (Fasilitator, Inspirator, Fotografer) yang membuat hari itu menjadi satu hari yang seru. Hey, kalian luar biasa!
•    Panitia Kelas Inspirasi Tasikmalaya #2 yang kembali menggagas dan memfasilitasi kami untuk dapat kembali berbagi.
•    Seluruh relawan Kelas Inpirasi Tasikmalaya #2 yang tak pernah ragu untuk berjuang bagi Anak-anak Indonesia. Jabat erat, kawan!

Gegap gempita itu sudah usai, meninggalkan sekian banyak kesan dan cerita.
Sampai bertemu kembali di di Kelas Inspirasi berikutnya!

Salam inspirasi!

Komentar

Unknown mengatakan…
Hahahhaa dan itu yg saya rasakan kang, ketika saya di SDN Indularang saya nanya, "apakah ada yg mau jadi seniman?" Hening (krik krik krik) tapi pas saya bilang "siapa yg mau jd artisssa?" Baru bebereapa org mengacungkan tangan. Meskipun salah persepsi tapi hati senaaaangg
Iwok mengatakan…
@Ghina - hahaha ... ternyata jadi artis lebih laku dibanding seniman ya? Di jam terakhir aku juga iseng nanya lagi; "sekarang, gimana ada yang mau jadi penulis?"

*jangkrik pada lewat* hahaha.
Dian Radiata mengatakan…
I love Kelas Inspirasi... :)
Selalu merinding dan bikin terharu kalo baca-baca cerita relawan KI...
Iwok mengatakan…
@Dee-An - sama! Kelas Inspirasi memberikan sejuta cerita yang berbeda, tetapi semuanya sama-sama merindingnya ya :D
tare_tarr mengatakan…
Pokoke cinta sama kelas inspirasi :)

Merinding dah. Ditunggu loh kedatangane di KI Semarang 2, Kang :)
Iwok mengatakan…
@Lestarie - aamiin .. mudah-mudahan bisa ikut gabung di KI Semarang ya Tar ^^
Obat Herbal Migrain mengatakan…
wah sangat antusias sekali yah murid-muridnya. jadi inget pas zaman SD dlu :D
jellygamatgoldg31 mengatakan…
kayanya seru
Mutia Rizka Isnaini mengatakan…
Sangat menginspirasi kang. Bikin merinding. Sebelumnya perkenalkan nama saya mutia, mahasiswa agribisnis faperta unsil tasikmalaya. Alhamdullilah saya saat ini ada di divisi pengabdian masyarakat kang di ormawa unsil. Kami juga mempunyai sekolah binaan dan fokus kami lebih mengajarkan di bidang pertanian, dan mereka anak-anak yang penuh semangat, jujur, dan sangat sangat mau belajar. hanya sayang mereka masih kekurangan orang-orang yang mampu menginspirasi mereka agar mereka berani bermimpi terutama bermimpi untuk mendapatkan pendidikan setingi-tingginya, berani bermimpi untuk menjadi seseoranh yang luar biasa di masa depan kelak. Suatu kehormatan jika kang iwok dan tim kelas inspirasi berkenan berbagi inspirasi di sekolah binaan kami. :) terimakasih atas postingannya, membuat saya lebih semangat untuk berbagi :))

Postingan populer dari blog ini

Keajaiban Itu Ada; Bocil Sembuh dari Panleukopenia

Digitalisasi Usaha untuk Bertahan di Masa Pandemi

[Tips Menulis] Ketebalan Sebuah Naskah Novel?